NovelToon NovelToon
Iparku, Kekasih Rahasia Suamiku

Iparku, Kekasih Rahasia Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Konflik etika / Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy2R

Luna harus menerima kenyataan pahit saat mengetahui jika suaminya yang baru saja menikahinya memiliki hubungan rahasia dengan adiknya sendiri.
Semuanya bermula saat Luna yang memiliki firasat buruk di balik hubungan kakak beradik suaminya (Benny dan Ningrum) yang terlihat seperti bukan selayaknya saudara, melainkan seperti sepasang kekasih.

Terjebak dalam hubungan cinta segitiga membuat Luna pada akhirnya harus memilih pada dua pilihan, bertahan dengan rumahtangganya yang sudah ternodai atau memilih menyerah meski perasaannya enggan untuk melepas sang suami..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy2R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

(Drama Ningrum 1)

Benny langsung mencari keberadaan Luna yang saat itu sedang memilih perabotan untuk rumah baru mereka.

"Luna.." panggilnya sembari berjalan cepat ke arah Luna.

"Iya, Mas, ada apa?" tanya Luna dengan cuek. Ia terlihat begitu asik melihat-lihat isi di dalam lemari yang berada di depannya sehingga tak terlalu fokus pada ekspresi khawatir yang sedang ditunjukkan suaminya.

"Luna, kita sepertinya harus segera balik deh ke rumah orangtuaku," ucap Benny sembari membalik badan Luna supaya menghadap ke arahnya.

"Kenapa memangnya, Mas? Ada apa dengan orangtuamu?" tanya Luna.

"Ini bukan tentang orangtuaku, Lun, tapi tentang Luna. Dia sedang tidak baik-baik saja," jawab Benny.

Luna berdecak kesal. Ia lalu memalingkan wajahnya sambil memutar malas kedua bola matanya.

Benny langsung buru-buru menunjukkan gambar yang tadi dikirim Ningrum kepadanya.

"Lihat, Lun, Ningrum nekat.." ucap Benny.

Dari layar ponsel Benny, Luna melihat sebuah pergelangan tangan yang disayat oleh benda tajam hingga mengeluarkan banyak darah.

"Gambar nyolong dari google ya?" tanya Luna setengah menyindir.

"Hah?" Benny melongo mendengarnya.

"Cari saja gambar itu ke google, aku yakin pasti ada." ujar Luna. Ia lalu melangkah pergi, meninggalkan suaminya yang masih melongo di tempatnya.

"Gambar nyolong dari google?" gumam Benny.

Penasaran, Benny lantas menyusuri gambar yang dikirimkan Ningrum kepadanya dengan cara memasukkan gambar tersebut ke sebuah pencarian google.

"Apa ini?!" Betapa terkejutnya Benny saat ia mendapati kenyataan jika ternyata apa yang diucapkan Luna tadi benar adanya.

"S*alan si Ningrum. Berani sekali dia membodohiku." gerutunya.

Kesal, Benny lalu mengirimkan bukti pencariannya dari google ke nomor Ningrum.

Benny: [Kamu mau membodohiku?]

Tulisnya.

Tak lama setelah pesannya terkirim, centang dua abu pada kolom pesan Ningrum berubah menjadi biru. Namun, sampai beberapa menit lamanya, Ningrum tak ada membalas pesannya.

Benny menghembus kasar nafasnya. Ia mengantongi kembali ponselnya ke dalam jas kerjanya dan berlalu dari tempatnya berdiri.

**

"Aaargh! S*alan! Tumben amat mas Benny pintar. Biasanya dia selalu percaya begitu saja dengan semua drama yang aku mainkan." Ningrum melempar ponselnya ke sudut ranjang, ia terlihat begitu kesal setelah membaca pesan balasan dari Benny.

"Masa iya aku harus menyayat pergelangan tanganku sungguhan supaya mas Benny percaya?" gumamnya.

Ningrum beranjak dari ranjangnya, ia berjalan menuju ke balkon kamar tidurnya dan berdiri di sana.

"Kalau aku tak berhasil memengaruhi pikiran mas Benny lagi, aku takutnya dia akan semakin jauh dari jangkauanku." gumamnya sembari menggigiti kuku jemarinya.

"Tapi- bagaimana ya caranya supaya mas Benny bisa ku pengaruhi lagi?"

Untuk sekian detik lamanya, Ningrum tampak terdiam. Ia sedang sibuk beradu pendapat dengan pikirannya sendiri.

"Sepertinya memang aku harus mengalah dulu pada si lampir itu. Aku harus pandai-pandai mencari celah hatinya supaya dia mau menerima keberadaanku. Dengan begitu, aku juga bisa diam-diam kembali mencuri perhatian serta hati mas Benny lagi."

Ningrum tersenyum lebar. Ia tampaknya merasa puas dengan ide yang muncul dari pikirannya.

Tok tok tok.

Ketukan di pintu kamar membuat lamunan Ningrum buyar seketika.

"Ck! S*alan! Ganggu orang sedang berkhayal saja." gerutunya.

Dengan kesal, Ningrum membukakan pintu.

"Bi Sum, ada apa, Bi?" tanyanya bernada tak suka.

"A- anu, Non, saya disuruh tuan besar kemari untuk memanggil Non Ningrum. Kata tuan, Non disuruh cepat-cepat ke ruang keluarga, ada yang mau dibicarakan sama tuan," jelas Sumirah.

Ningrum menautkan kedua alisnya, "Apa wajah papa kelihatan marah, Bi?" tanyanya, memastikan.

Sumirah dengan ragu, menggelengkan pelan kepalanya. "Sepertinya sih tidak, Non, tapi sepertinya iya.." jawabnya plin plan.

Ningrum berdecak kesal, "Jawab yang benar dong, Bi, jangan asal seperti itu!" bentaknya.

"Ma- maaf, Non, saya kurang pintar kalau disuruh menebak ekspresi tuan besar soalnya tuan itu orangnya terkadang pintar menyembunyikan perasaannya, Non," ujar Sumirah.

"Halah! Omong kosong!" Dengan kasar Ningrum mendorong tubuh Sumirah yang menghalangi jalannya.

Tap.

Tap.

Tap.

Ningrum berjalan pelan menuruni tangga. Dengan perasaan tak karuan, ia melangkahkan kedua kakinya menuju ke ruang keluarga, di mana papa serta mamanya berada.

"Papa.. tumben ih jam segini sudah pulang dari kantor," ucap Ningrum sembari menyalami dan mencium tangan kanan Hendra.

"Duduklah. Ada yang ingin saya bicarakan padamu," perintah Hendra.

Ningrum lantas mendudukkan pantatnya di sofa, tepat di sebelah kanan Retno. Sedangkan Hendra, dia sedari tadi duduk di sofa tunggal yang menghadap ke arah televisi.

"Papa kenapa kok sekarang bicaranya pakai kata 'Saya'? Seperti bicara sama orang lain saja," tanya Ningrum.

Seingat Ningrum, dulu setelah Hendra mengangkatnya sebagai seorang anak, Hendra selalu memanggil dirinya sendiri dengan panggilan 'Papa'. Hendra juga meminta Ningrum untuk terbiasa memanggilnya seperti itu.

Namun, semenjak kejadian setahun yang lalu sikap serta cara bicara Hendra berubah total kepada Ningrum.

"Tadi kamu mengirim pesan apa ke Benny?" tanya Hendra tanpa memedulikan pertanyaan Ningrum sebelumnya.

"Pe- pesan anu, Pa, pesan biasa. Aku tanya ke mas Benny, di mana dia sekarang kalau-"

"Kamu kira saya orang id*ot yang bisa dengan mudah kamu b*dohi?!" sela Hendra pada kalimat yang belum sempat dilanjutkan Ningrum.

"Apa benar kamu mengirim pesan gambar seperti ini ke Benny?" tanya Retno sembari menunjukkan sebuah pesan yang dikirim oleh Luna kepada Hendra.

"Dasar perempuan br*ngsek! Berani sekali dia mengadukan perbuatanku kepada papa!" umpat Ningrum dalam hatinya.

"Ning, jawablah.. jangan malah melamun seperti itu," tegur Retno.

"Ah, maaf, Ma.." ucap Ningrum. "Sebenarnya aku cuma iseng saja mengirim pesan itu ke mas Benny. Biasalah Ma, aku dan mas Benny kan dari dulu suka becanda," kilahnya.

Retno memandang Hendra dan lalu kembali menatap Ningrum. "Kalian sudah bukan anak kecil lagi, Ningrum, jangan jadikan hal seperti ini sebagai bahan candaan," tuturnya.

Ningrum mengangguk. "Iya, Ma, maaf kalau perbuatanku salah," ucapnya tanpa merasa bersalah.

"Jangan diulangi lagi, ya," ujar Retno.

"Iya, Ma," angguk Ningrum.

Saat Retno menyuruh Ningrum untuk kembali ke kamarnya, saat itu jugalah Hendra kembali angkat bicara.

"Persiapkan semua barang yang ingin kamu bawa besok. Pagi-pagi sekali kamu akan berangkat bersama salah satu bodyguard saya," kata Hendra tiba-tiba.

Ningrum yang tadinya hendak beranjak, langsung mengurungkan niatnya itu.

"Berangkat, Pa? Berangkat ke mana?" tanya Ningrum.

"Saya tadi sudah memesankan tiket untukmu ke luar negeri dan besok pagi kamu sudah harus berangkat," jawab Hendra. "Tinggallah di luar negeri sana dan mulailah kehidupanmu yang baru," ucapnya lagi.

Ningrum terdiam, tatapannya begitu sedih dan tiba-tiba saja air matanya jatuh menetes.

"Papa mengasingkanku? Kenapa Papa setega ini padaku?" tanyanya.

"Saya sudah memperingatkanmu bukan untuk tidak mengganggu hubungan Benny dan Luna? Kenapa kamu mengabaikan peringatan saya?!" bentak Hendra.

Ningrum langsung terdiam. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam dan tak berani lagi menyahut ucapan Hendra.

"Luna memang pembawa s*al dalam hidupku, gara-gara dia, hidupku jadi berantakan seperti ini!" gumam Ningrum dalam hatinya.

_

1
Dhika Chawla
palingan Ningrum SM Benny udah sering tidur bareng wkt pacaran. makanya Ningrum obsesi SM Benny...benny.juga JD laki laki. ga tegas...pindah rumah ajalah..
Uti Enzo
Luar biasa
Ma Em
Ningrum si biang kerok yg mau memisahkan Luna dan Benny sengaja diadu domba agar mereka salah paham begitu juga dengan ibunya Benny dan pak Hendra mertuanya Luna agar mereka bisa benci sama Luna nomor WA Luna diganti agar tdk bisa dihubungi dan menghubungi emang dasar si Ningrum setan sdh usir saja si Ningrum dari rumah pak Hendra
Ma Em
Ningrum cuma anak pembantu yg diangkat derajatnya dijadikan anak angkat sama majikan ibunya tdk tau diri malah mau menggangu pernikahan anak majikannya si Beny yg blm bisa move on dari Ningrum begitu jg Ningrum tdk mau melepaskan Beny kalau kata aku mah mending Luna berpisah saja sama Beny daripada cuma makan hati sama Beny dan Ningrum
Ma Em
Luar biasa
Kafuka Fuura
Aku senang banget tidak salah pilih membaca cerita ini, semoga selalu berlangsung terus thor!
Mommy2R: terima kasihh 🤩
total 1 replies
NotLiam
Wow, thor punya bakat menulis yang luar biasa!
Mommy2R: terima kasihh 😍
total 1 replies
Mommy2R
SELAMAT MEMBACA 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!