apa jadinya kalau seorang istri dari CEO ternama selalu dipandang sebelah mata di mata keluarga sang suami.
kekerasan Verbal sekaligus kekerasan fisik pun kerap dialami oleh seorang istri bernama Anindyta steviona. memiliki paras cantik ternyata tak membuat dirinya di hargai oleh keluarga suaminya.
sedangkan sang suami yang bernama Adriel ramon hanya mampu melihat tanpa membela sang istri.
hingga suatu hari Anin mengalami hal yang membuat kesabaran nya habis.
akan kah Anin dapat membuat keluarga suaminya itu menerima balasan dendam darinya. semua jawaban itu terkuak dari novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 03
Dengan baju rumahan yang terbilang cukup murah. Serta badan nya yang berbau bawang, karna sehabis memasak. Anin hendak ikut sarapan pada pagi hari itu.
Akan tetapi mama mertuanya langsung mengecam perbuatan Anin yang hendak duduk di meja makan bersama. "Ngapain kamu?" Tanya mama mertua Anin.
Polosnya Anin menjawab. "Anin mau makan ma."
"Siapa yang suruh?"
"Tapi tadi.... "
Belum sempat Anin berkata, mertuanya langsung menyelak. "Makan di belakang, kamu pikir siapa yang bakal selera makan dengan perempuan bau dan dekil kayak kamu itu."
Anin menatap suaminya yang seakan acuh dan tak ingin ikut campur ketika dirinya dihina.
Melihat Anin yang malah melamun. Bukannya segera pergi. Mama mertuanya kembali buka suara. "Kamu tuli? Udah miskin, tuli lagi."
Tiba-tiba suara sendok di letakkan dengan keras di atas meja pun terdengar.
Adriel beranjak dari tempat duduknya. "Aku berangkat ke kantor dulu." Ucap Adriel.
Sementara itu Anin masih berdiri di samping Adriel suaminya. Akan tetapi kini Anin seakan patung yang tak di hiraukan keberadaan nya oleh Suaminya sendiri.
Adriel berlalu pergi tanpa berpamitan pada Anin. Bahkan sekedar memandang nya pun seakan enggan.
Serasa senang dengan perlakuan kakak kandungnya. Nita pun ikut beranjak dari duduknya, dan berpamitan untuk segera berangkat kuliah. "Aku pergi dulu yah ma."
"Iyah sayang! Hati-hati yah kamu dijalan."
"Ok ma, emm... Sekalian tolong suruh mandi tuh ma orang itu. Bikin mood pagi aku jadi rusak aja." Imbuh Nita, sambil menatap jijik kearah Anin.
Bukannya menasehati putrinya agar tak berkata menyinggung kakak iparnya sendiri. Mama Nita malah membetulkan ucapan putri bungsunya. "Mama aja sampek muak ngomong berkali-kali ke dia, Udah mendingan kamu berangkat sekarang. Nanti kamu telat lagi."
Nita tersenyum dan merangkul sekilas mamanya.
Langkah kaki Nita beranjak pergi dan melewati Anin. Dengan jelas Nita berkata. "Inget mandi, jorok amat jadi orang."
Tak ada belaan terhadap dirinya sendiri. Anin hanya terdiam seperti orang bodoh.
Ketika Nita sudah berlalu pergi. Mama mertuanya kini ikut beranjak pergi dari meja makan.
"Kamu lihat kan sekarang? Udah nih beresin, itu sisa makanannya kalau kamu mau makan aja. Inget hemat jadi seorang istri, jangan boros. Mubadzir tuh makanan." Ujar mama mertua.
Mata Anin menatap kearah makanan sisa yang masih banyak berada di atas meja makan. Dan kini ia pun menatap kearah penampilan nya sendiri.
Bukannya tak ingin berdandan. Akan tetapi sejak pagi ia terlalu lelah untuk mengurus dirinya sendiri. Masak, hingga menyiapkan keperluan seisi penghuni rumah setiap pagi ia lakukan.
Tanpa sadar air mata Anin keluarkan dari kelopak mata indahnya. "Aku tidak tau sampai kapan aku bisa bertahan, tapi mengapa semuanya teramat berat sekarang." Anin bergumam sembari menatap kemalangan takdir nya saat ini.
********
Flashback on
"Eyang yakin kamu gadis yang baik untuk cucu Eyang."
Kedua wanita yang memiliki umur terpaut cukup jauh. Sedang duduk di taman belakang rumah megah.
Mata Anin terfokus pada wanita lanjut usia didepannya. Seakan melihat sosok nenek kandung sendiri, hingga membuat Anin menghormati dan menyayangi wanita itu dengan sangat tulus.
"Dengan kamu menjadi menantu pertama di keluarga sastro ini, eyang sendiri yang akan menjamin kebahagiaan kamu disini."
Seketika senyuman terukir di kedua sudut bibir Anin. "Em, aku yakin kalau Eyang akan salalu memperlakukan Anin dengan baik disini." Jawab Anin.
Setelah pernikahan
1 minggu menjadi bagian dari keluarga sastro. Tak ada yang berani untuk mengusik hidup Anin. Meski Adriel tak memperlakukan Anin seperti seorang istri.
Akan tetapi Adriel memberikan nafkah lahir dan batin pada Anin.
Setelah beberapa bulan. Tiba-tiba Eyang jatuh sakit dan harus di larikan ke rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut.
Berawal dari kejadian itu lah. Semua kehidupan Anin berubah drastis. Ia sering di perlakukan layaknya seorang pembantu di rumah nya sendiri.
Dan lebih parahnya, Adriel seakan acuh dengan perlakuan mama dan adiknya terhadap Anin.
"Eh jalang!" Panggil Nita.
Karna merasa itu bukan namanya. Tentu Anin tetap fokus dengan aktivitas yang kini tengah lakukan di dapur.
Nita pun mencoba mendekat kearah Anin berada. "Eh jalang lo budek yah."
Sontak Anin langsung mengarahkan pandangan nya pada sumber suara. "Nita! Kamu ngapain disini? Ada yang kamu mau?"
Senyuman remeh Nita perlihatkan. "Iyah, gue mau lo buatin gue jus mangga. Sekarang!"
"Yaudah sebentar kakak buatin dulu yah."
Melihat Anin yang terbilang cukup bodoh, membuat Nita menertawakan sikapnya itu. Sekarang jika Anin orang pintar, seharusnya ia marah kalau di panggil dengan panggilan jalang.
Akan tetapi kakak iparnya itu malah biasa saja. Sekaligus menjawab dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Nita.
Dalam hati Nita berkata. "Dasar jalang miskin rendahan."
2 bulan kemudian
Eyang tak kunjung sembuh. Dan masih di rawat dirumah sakit.
Sedangkan Anin seakan menjadi seorang pembantu di rumah suaminya sendiri sekarang. Di lain sisi ibu kandungnya selalu meminta uang pada dirinya. Dengan alasan untuk kebutuhan adiknya dan kehidupannya.
Dicap sebagai mantu miskin, bodoh, hingga boros karna selalu menghabiskan uang suaminya. Anin kerap di cemooh di rumah itu.
Tak menunggu waktu lama kabar buruk pun sampai di telinga Anin. Karna Eyang yang selalu melindungi nya itu kini harus di rawat di luar negeri.
Tentu kesedihan melanda Anin saat itu. Kehidupan sengsara nya pun di awali di hari dimana Eyang nya pergi berobat di luar negeri yang entah kapan akan kembali ke Indonesia lagi.
flashback off
*******
Di malam hari Anin yang masih berkutik di dapur untuk mencuci piring. Tiba-tiba suara bel rumah pun berbunyi.
Ting Tong Ting Tong
Anin segera melangkah kearah pintu rumah nya. Dan ketika Anin membuka pintu itu, matanya terbelalak melihat suaminya dalam keadaan mabuk. Dan berada di pelukan seorang gadis berpakaian seperti seorang kantoran tapi baju yang dikenakan terbilang cukup minim.
"Mbak nya pembantu yah dirumah ini. Tolong donk bantu saya bawa mas Adriel ke kamarnya."
Deg
Anin mematung di tempat.
Seorang gadis menyebutnya pembantu. Dan merangkul tubuh suaminya dengan sangar intens. "Anda bisa pergi, biar saya yang bawa mas Adriel ke kamar." Sahut Anin.
Akan tetapi siapa sangka gadis itu menghalau Anin mendekat kearah Adriel dan dirinya. Seraya berkata sinis pada Anin. "Kamu itu pembantu, tapi lancang banget sih. Nggak usah kamu bantu, biar saya sendiri yang bawa mas Adriel ke kamarnya."
Gadis itu masuk kedalam rumah tanpa diberi izin oleh Anin.
Tak ingin tinggal diam. Anin melangkah meraih tubuh Adriel yang sejak tadi meracau tak karuan.
"Aku bukan pembantu, tapi aku istri mas Adriel. Paham kamu!"
"Apa?" Gadis itu serasa tak percaya.
Tak lama Adriel mendorong tubuh Anin untuk menjauh darinya. "Dasar jalang kotor, aku menyesal menikahimu. Kau adalah kutukan dalam hidupku selama ini."
Duarrr
Serasa sambaran petir mengenai tubuhnya, Anin pun terdiam.
Bersambung.