Cinta atau benci?!
Rehan Alevando Pratama. Rehan itu hanya ada satu, tapi sifat nya bisa menjadi dua. Kadang baik, kadang kejam. Bukan kah Rehan sama seperti bunglon, beda tempat beda sifat!!!
Ini adalah perjodohan yang dipaksa olh 3 keadaan, keadaan lah yang memaksa agar Rehan terus mau untuk menjaga Naumi, bahkan tamat SMA pun Rehan sudah berniat untuk menikahi nya.
Awalnya Rehan berjanji, kalau ia akan mencoba untuk menyayangi dan mencintai Naumi. Namun, mengapa disaat Rehan mulai jatuh cinta. Naumi malah merusak kepercayaan, dan berkhianat dibelakangnya.
Apakah Rehan dan Naumi akan terus bersama hingga menikah? Atau akan berakhir sampai disini saja?
Ayo yang penasaran sama kisah nya Rehan dan Naumi, buruan baca! Capcusss!!!
~
Didalam cerita ini mungkin akan ada mengandung sedikit bahasa kasar. Jadi dimohonkan untuk para readers, harus bijaklah dalam membaca!
Jangan jadikan bahasa bahasa kasar di cerita ini sebagai contoh untuk kalian mengucapkan nya.
Cuzzz bacaaaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sahidainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Twelve. Luka
...Hiii Bestieeee 🤞 ...
...............
Ctasss
Suara pecahan botol alkohol terdengar jelas ditelinga-telinga anggota Agramatha.
"Lo semua kalau masih mau minum-minum yang beginian mending gausah disini!" bentak Rehan kuat, mata elang nya kini tertuju kearah salah satu anggota Agramatha yang masih memegang satu botol Whisky ditangan nya.
Kalian tau kan, kalau Rehan itu sangat benci dengan hal yang berbau alkohol.
"Gue masih izinin kalian buat ngerokok didepan gue. Tapi jangan sampai minum-minum kaya gini. Gue juga gaada hak untuk ngelarang, tapi jangan di basecamp kita dong!" ujar Rehan mulai menurunkan nada tinggi bicara nya. "Dan kalian tau kan apa tujuan kita untuk membentuk geng motor ini, kalian ingat kan apa visi misi kita. Geng motor kita ini bukan hanya untuk sekedar kumpul-kumpulan gak jelas doang. Dan kalian harus ingat itu." perjelas Rehan sekali lagi.
"Maaf han, tadi gue khilaf ngajak teman-teman untuk,"
"Kali ini gue maafin. Tapi jangan pernah kalian ulang lagi." peringat Rehan memotong ucapan salah satu anggota agramatha.
"Terus gimana udah dapat tanda-tanda siapa pelaku yang membunuh kakak gue?" tanya Rehan mencair kan suasana.
"Belum, tapi yang pasti nya kita semua bakalan berusaha."
Rehan memukul pelan pundak anggota nya yang berbicara itu. "Thanks ya udah mau bantu gue." ucap nya.
"Itu emang udah tugas kita semua." Rehan pun mengangguk serta tersenyum.
BRAKKKKK
Huh. Anjing.
"Ga wat woi gue tadi diserang." ucap seseorang lelaki yang baru datang dengan nafas ngos-ngosan.
Maka Rehan langsung segera menghampiri nya. "Lo kenapa? tanya nya.
"Gawat!!"
"Sekarang kita kerumah sakit dulu, nanti kalau luka lo udah di obatin baru bisa lo jelasin." ujar Rehan.
"Gue gakpapa, cuma luka biasa doang."
"Jangan ngebantah! Gue gasukak anggota Agramatha ada yang terluka. Sekali pun ada yang benci sama geng kita lawan gue, jangan anggota gue!" tegas Rehan. Maka dengan cepat Arel salah satunya anggota Agramatha membawa Aden, teman nya yang terluka itu.
"Kenapa sekarang banyak serangan sih." decih Rey mengacak rambut nya.
"Gue gak akan biarin kalau sampai salah satu dari kalian ngalamin hal yang sama seperti kakak gue. Bakalan gue bunuh langsung orang nya." tegas Rehan membuat mereka semua menatap satu sama lain. Ya Rehan memang begini. Itulah mengapa semua anggota Agramatha menyetujui Rehan yang menjadi ketua, karena Rehan selalu bertanggung jawab dan berani mengambil resiko nya. Bahkan ia rela mati jika untuk menyelamatkan teman-teman nya.
(Dirumah Naumi)
Semenjak pulang sekolah tadi Naumi langsung merebahkan tubuh nya di kasur. Lelah sekarang ia sangat lelah, Naumi menarik nafas nya dalam-dalam, mulai sekarang ia akan memulai kehidupannya yang baru, lebih tepat nya sekolah baru. Ia harap siswa/i di SMA Sultan Anjaya itu tidak akan ada yang membully nya.
Tapi seperti yang Naumi katakan kalau hanya membully tentang masalah ekonomi ia akan melawan nya, sekarang Naumi tidak akan mau terlihat lemah. Yang terpenting sekarang teman-teman di sekolah nya itu tidak ada yang boleh tau tentang siapa sebenarnya dia. Anak haram ya itu.
Tok tok tok.
Mata Naumi yang awal nya terpejam kini langsung terbuka akibat suara ketukan pintu. "Apakah itu Rehan?" tanya nya sendiri.
Tanpa aba- aba Naumi langsung saja berdiri dan berjalan, hingga menyebabkan ia hampir saja terjatuh dan kepala nya juga puyeng, bahkan perasaan Naumi sekarang berasa ada gempa dirumah nya. Maklum lah Naumi punya penyakit darah rendah.
Ckrek.
"Kenapa Han?"
"Kak Rio."
"Ka...kak mau apa?" Naumi benar kaget, ternyata yang datang bukan Rehan melainkan Rio manusia yang paling kejam yang pernah ia temui.
"Ikut gue lo!"
Dengan kasar, Rio mencekal tangan Naumi hingga Naumi merintih kesakitan.
"Kak sakit lepasin, kakak mau bawak aku kemana?" lirih Naumi sedikit meneteskan air mata. Entah lah jika sudah ber urusan dengan Rio maka Naumi akan terlihat menjadi lebih cengeng.
"Kak mohon lepasin Naumi!"
"Bisa diam gak lo!" bentak Rio.
Dengan perasaan takut akhirnya Naumi mengikuti langkah besar Rio, yang terus membawa nya masuk kedalam mobil.
"Masuk!"
"Kakak mau bawa aku kemana?"
Bugh.
"Aw, sakit." lirih Naumi memegang kening nya. Dengan tega nya Rio mendorong tubuh nya secara paksa agar bisa masuk kedalam mobil dan akibatnya kening Naumi terjedut di atas pintu mobil.
"Lo diam atau gue bunuh lo sekarang." ancam Rio. Maka lebih baik Naumi memilih untuk diam saja, karena ancaman Rio itu tidak pernah main-main, ya walaupun sekarang ia benar-benar sesak menahan jatuh air mata nya.
Kini Rio pun juga ikut masuk kedalam mobil itu, kemana ia akan membawa Naumi?
Setelah beberapa menit diperjalanan bersama Rio, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah gedung yang terlihat kumuh, seperti nya itu rumah kosong. Naumi sudah merinding ketakutan, tetapi ia bisa apa selain berdoa. Mau teriak sekuat apa pun percuma, karena disini benar-benar terlihat sunyi tak ada orang.
"Ayo!"
"Kak ri,"
"Sekali lagi lo ngomong gue habisin langsung lo disini!"
Rio membawa Naumi masuk ke dalam rumah itu, dan yang bikin kaget nya ternyata disini banyak sekali lelaki apakah Naumi bisa meminta pertolongan? Tapi sayang nya mereka semua terlihat seperti lelaki yang kejam sama seperti Rio. Atau mungkin mereka semua anggota geng nya Rio.
"Duduk!" perintah Rio, dan Naumi pun menurut ia duduk di kursi kayu didalam rumah itu.
"Ikat dia sekarang!" suruh Rio kepada salah satu lelaki tersebut.
"Lepasin aku kak."
Bugh.
"Ah, sakit." lirih Naumi. Dengan tega nya Rio memukul wajah Naumi sehingga menghasilkan sedikit darah di sudut bibir nya.
"Desah lo, kenapa mau coba ngegoda gue. Ha?" tanya Rio sinis. Maka dengan cepat Naumi langsung menggeleng.
"Gue bakal lepasin lo kalau lo mau jawab pertanyaan gue!"
Satu langkah Rio berjalan mendekati Naumi dan sedikit membungkuk kan tubuh nya, kemudian Rio Langsung memegang pundak Naumi. "Gausah nunduk lo. Lo kira gue kasihan sama lo. Tatap gue sekarang!" bentak Rio.
"Kak...,"
"Apa maksud lo nyuru-nyuruh orang buat nyari tau tentang kematian pacar lo itu? Lo mau masukin gue ke penjara, lo kira gampang."
"Maksud kakak apa?" tanya Naumi yang masih belum mengerti.
"Alah gausah sok bodoh lo. Jawab sekarang!" lagi-lagi Rio membentak Naumi.
"Tapi Naumi gangerti kak."
Bugh.
"Kak... Sakit."
"Lo kira gue peduli ha?"
"Tolongin Naumi."
"Cuih. Lo kira disini ada yang mau nolongin cewe bego!."
Hahaha. Bukan nya kasihan melihat Naumi dipukulin seperti itu, teman-teman Rio malah tertawa. Tega!
"Sekarang jawab, kenapa tadi ada satu orang yang ngikutin anggota gue. Dan saat digebukin sama anggota gue, dia bilang dia curiga sama kita kalau kita yang bunuh lelaki yang bernama Aska. Aska itu pacar lo yang mati itu kan! Dan pasti laki-laki itu suruhan lo kan." tebak Rio.
"Enggak kak,,,."
"Gausah bohong! Jawab!"
"Naumi sama sekali gatau kak. Lagian buat apa Naumi harus nyuruh orang. Kalau Naumi mau, Naumi udah laporin sendiri ke polisi kak."
"Masih gak ngaku lo."
Naumi hanya menunduk.
Kini Rio, kembali bangkit dan menatap ke arah teman-teman nya.
"Hari ini kalian semua bisa puas sama satu wanita ini." ucap nya menunjuk Naumi. Sontak mendengar itu Naumi langsung menangis. Karena ia benar-benar sudah tidak kuat lagi.
"Kak jangan!.."
"Ha serius bos? Mantep ni." pekik salah satu teman Rio.
"Kenapa gak dari dulu aja sih bos kasih." sambung yang lain nya.
"Wow lumayan gratis."
"Bos gamau nyobak juga?" tawar teman Rio.
"Cuihh. Najis gue nyentuh dia." ucap Rio pedas.
"Gue pergi, satu jam kalian harus udah selesai! Lalu kalian campakan dia di hutan!" perintah Rio kepada seluruh anggota nya.
Saat Rio hendak melangkah pergi tangisan Naumi terdengar lebih keras dari sebelumnya.
"Kak Rio. Plis kak. Naumi masih mau sekolah, tolong. Tolongin Naumi. Plis kak."
"Lo diam. Bos gue udah nyerahin lo ke kita." kata salah satu anggota Rio.
Tanpa menunggu waktu lama lelaki bertubuh besar itu mulai melangkah mendekati Naumi. Lelaki itu sangatlah menyeram sekali, dengan memasang wajah nya yang mesum. Sementara Naumi hanya bisa menunduk, menangis, serta berdoa agar ia bisa selamat dari lelaki iblis ini!
Namun, sebelum lelaki itu menyentuh tubuh Naumi, terlebih dahulu Rio menghentikan nya.
"Lepasin dia." perintah Rio yang sudah membalikkan badan nya.
Semua anggota nya menyeritkan kening nya bingung, "Tapi bos."
"Biarin hariini dia bebas. Tapi kalau sempat terulang lagi kejadian tadi. Siap-siap lo habis Naumi. Jangan pernah lo coba-coba nyuruh orang buat ngikutin kita. Ngerti lo!" Mendengar itu Naumi hanya mengangguk, yang walaupun ia tak tahu siapa sebenarnya yang mengikuti Rio dan anggota nya itu.
"Putusin tali nya!" suruh Rio lalu lelaki yang ada didepan Naumi pun mengangguk.
Saat tali nya sudah terbuka, Naumi langsung berdiri dari duduk nya.
"Lo bisa pergi sekarang!" usir Rio. "Ingat perkataan gue tadi awas kalau lo berani macam-macam lagi."
Dengan cepat Naumi berlari kencang meninggal kan tempat itu, ia tak peduli dengan luka yang ada di wajah nya. Sekarang ia hanya ingin pulang ke rumah menangis dan menenangkan dirinya.
"KENAPA BANYAK ORANG JAHATTT." isak Naumi sambil berlari. Berlari dengan wajah yang penuh luka dan lebam.
..........
Gimana part ini?
Kasihan banget ya Naumi, dasar Rio gaada otk.
Terimakasih