NovelToon NovelToon
Tlembuk

Tlembuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Duniahiburan / Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Cinta Terlarang / Pelakor
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

"Tlembuk" kisah tentang Lily, seorang perempuan muda yang bekerja di pasar malam Kedung Mulyo. Di tengah kesepian dan kesulitan hidup setelah kehilangan ayah dan merawat ibunya yang sakit, Lily menjalani hari-harinya dengan penuh harapan dan keputusasaan. Dalam pertemuannya dengan Rojali, seorang pelanggan setia, ia berbagi cerita tentang kehidupannya yang sulit, berjuang mencari cahaya di balik lorong gelap kehidupannya. Dengan latar belakang pasar malam yang ramai, "Tlembuk" mengeksplorasi tema perjuangan, harapan, dan pencarian jati diri di tengah tekanan hidup yang menghimpit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3: Tongkrongan di Dermaga

Malam di dermaga kecil di pinggir kota selalu punya nuansa yang berbeda. Suara ombak yang perlahan menghantam tiang-tiang kayu dan aroma air asin yang lembut memenuhi udara. Di sini, ada tempat nongkrong yang sering jadi pelarian bagi orang-orang yang ingin menghindari kebisingan kota. Di salah satu sudut dermaga, terdapat kafe kecil dengan beberapa meja kayu yang lampu-lampunya remang-remang.

Di tempat ini, Om Joko dan beberapa temannya sering berkumpul. Mereka duduk di salah satu meja dengan pemandangan laut malam yang gelap, ditemani botol-botol minuman dan tawa yang sesekali membahana di udara malam. Meski suasana tampak santai, ada percakapan yang lebih dalam di antara mereka.

"Eh, gua bilang, kemarin gue ketemu sama Lily," kata Om Joko sambil menyeringai lebar. Ia memegang botol birnya dan menggoyangkannya perlahan, menarik perhatian teman-temannya yang mulai penasaran.

Teman-temannya, yang terdiri dari beberapa pria berusia seumuran dengan Om Joko, langsung menoleh. Salah satunya, Pak Herman, dengan kumis tebalnya yang berantakan, mengangkat alis. "Lily? Siapa tuh, Jo?" tanyanya, tertarik dengan cerita baru.

Om Joko mengangguk dengan senyum penuh arti, seperti sedang memamerkan sebuah pencapaian. "Itu cewek yang gue omongin kemarin, yang gue temuin di hotel. Wah, bro, enak banget! Lembut, cantik, masih muda lagi. Pokoknya, pengalaman nggak bakal nyesel deh!"

Tawa teman-temannya pecah mendengar celotehan Om Joko. Mereka tampak menikmati cerita yang ia sampaikan, meski nada percakapan mereka terdengar jauh dari sopan. Di tengah tawa, Pak Herman mencondongkan tubuhnya ke depan, semakin tertarik dengan apa yang Om Joko katakan. "Wah, bisa tuh, bisa! Nomornya ada, nggak?" tanyanya, separuh bercanda namun penuh harap.

Om Joko tertawa kecil, matanya melirik ke arah teman-temannya satu per satu. Ia mengeluarkan ponselnya, lalu menggulirkan layarnya ke nomor Lily yang ia simpan. "Gampang, tinggal hubungi aja. Orangnya asik kok, yang penting siapin duitnya aja," kata Om Joko, sambil memamerkan nomor kontak di layar ponselnya kepada mereka.

Teman-temannya mulai mengerumuni Om Joko, mengintip nomor tersebut dan mencatatnya dengan cepat di ponsel mereka masing-masing. Mereka tertawa-tawa, bersenda gurau, seolah ini adalah bagian dari hiburan malam mereka. Bagi mereka, ini bukanlah sesuatu yang perlu dipikirkan lebih dalam; semua hanya urusan kesenangan sesaat.

Namun di balik canda dan tawa itu, tidak ada satu pun yang menyadari perasaan Lily yang sesungguhnya, yang bergelut dalam kecemasan dan rasa putus asa. Bagi mereka, Lily hanyalah sebuah nama di layar ponsel, tanpa pernah benar-benar mengerti cerita di baliknya.

Di atas meja kayu di dermaga yang mulai dingin oleh angin laut, Om Joko dan teman-temannya melanjutkan malam itu dengan penuh canda tawa, sementara di sudut lain kota, Lily masih terjaga di kamarnya yang sempit, merenungi hidupnya dan setiap pilihan yang pernah ia buat.

Malam semakin larut di dermaga, namun tawa dan canda dari meja Om Joko dan teman-temannya terus berlanjut, menggema di antara suara deburan ombak. Lampu-lampu kota di kejauhan memantul di permukaan air laut yang tenang, menciptakan bayangan bergoyang yang tak henti-hentinya mengikuti arus.

Pak Herman kembalI menyandarkan tubuhnya ke kursi kayu yang mulai reot, sambil menghisap rokoknya dalam-dalam. Asap mengepul dari mulutnya, menyebar di udara malam yang dingin. "Tapi, Jo, ngomong-ngomong, itu cewek kayak gimana sih aslinya? Gua jadi penasaran," tanyanya, mencoba menggali lebih dalam cerita tentang Lily.

Om Joko mengangkat bahu dan tersenyum kecil. "Ya, biasa aja sih kalau dilihat dari luar. Tapi begitu deket, wah, beda! Apalagi senyumnya itu, ada sesuatu yang bikin gua nggak bisa lupa," jawabnya dengan tawa kecil, mengenang kembali pertemuannya dengan Lily.

Teman-temannya tertawa lagi mendengar cerita itu, sementara Pak Anto, yang sedari tadi hanya mendengarkan, akhirnya angkat bicara. "Eh, tapi, hati-hati juga, Jo. Kalau ternyata cewek itu cuma cari mangsa dan akhirnya minta lebih dari yang lo kasih, gimana? Jangan sampai malah jadi masalah nantinya."

Pak Anto memang terkenal sebagai orang yang lebih bijak dan sering mengingatkan yang lain. Meski begitu, ucapannya tidak benar-benar membuat suasana jadi serius. Om Joko malah tertawa lagi, menganggap itu sekadar candaan. "Ah, tenang aja, To. Kita ini udah dewasa, kok. Lagian, siapa sih yang nggak mau uang? Semua orang pasti butuh duit, apalagi kalau lagi kepepet kayak si Lily."

Namun, ucapan Pak Anto itu membuat suasana sedikit berubah. Meskipun tawa masih berlanjut, ada rasa canggung yang samar. Mereka semua sadar bahwa di balik cerita yang disampaikan dengan nada canda itu, ada realita keras yang dihadapi Lily dan banyak orang lain yang sepertinya.

Pak Herman, yang masih penasaran, melirik Om Joko sambil mengerutkan kening. "Omong-omong, Jo, kalau emang dia butuh duit, kenapa nggak kita tawarin bantuan yang lebih baik? Siapa tahu bisa keluar dari situasinya, gitu," katanya, meski tahu tawarannya itu mungkin akan ditolak mentah-mentah oleh yang lain.

Om Joko hanya tertawa kecil, gelengan kepalanya membuat suasana kembali ringan. "Ah, Herman, lu itu kebanyakan nonton sinetron! Siapa yang mau nolongin kalau kita sendiri juga lagi susah? Udah, dinikmatin aja selagi ada kesempatan. Kalau dia butuh bantuan, ya kita bantu seadanya, tapi nggak usah muluk-muluk."

Mereka melanjutkan obrolan, beralih ke topik lain yang lebih ringan, seperti bisnis kecil-kecilan yang sedang mereka rintis atau proyek bangunan yang akan dimulai pekan depan. Tapi sesekali, percakapan tentang Lily kembali muncul, meski hanya sebagai lelucon.

Sementara itu, angin malam semakin kuat, meniupkan rasa dingin yang merasuk hingga ke tulang. Suara deburan ombak kini terdengar lebih keras, seolah ingin menenggelamkan setiap tawa dan obrolan di atas dermaga. Di dalam hati masing-masing, mungkin ada keraguan kecil tentang apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka memandang orang lain yang sedang berjuang dalam hidupnya.

Om Joko meraih botol bir terakhir di meja, mengangkatnya ke atas, dan berseru, "Udah lah, yang penting kita senang-senang aja dulu. Yang lain biar kita pikirin belakangan!"

Botol-botol itu saling beradu, suara mereka terdengar nyaring di tengah sunyi malam, seakan menjadi penutup untuk percakapan panjang mereka di malam itu.

Semakin malam, suasana di dermaga terasa makin hening, hanya sesekali suara motor yang lewat memecah keheningan. Om Joko dan teman-temannya terus mengobrol, meski kini topik mereka mulai beralih ke bisnis dan peluang usaha. Namun, pembicaraan tentang Lily belum benar-benar berakhir di benak mereka, menyisakan rasa penasaran dan keingintahuan yang masih menggelayut.

Pak Herman, yang duduk dengan sikap santai di atas bangku kayu, akhirnya mengajukan pertanyaan yang sempat ia tahan. “Eh, Jo, tadi lu bilang si Lily ini butuh duit banget, ya? Sampe rela kayak gitu?” Pak Herman menarik rokoknya dalam-dalam, lalu meNghembuskan asapnya ke langit malam yang berbintang.

Om Joko mengangguk pelan. “Iya, katanya keluarganya susah, udah nggak ada pilihan lain. Cuma itu jalan yang bisa dia ambil buat nyambung hidup. Kadang gue mikir juga sih, kasihan cewek kayak dia... tapi, ya, itu urusan hidup dia, kan?” katanya dengan nada yang sedikit lebih serius, mengingat-ingat percakapan singkat yang pernah ia lakukan dengan Lily.

Pak Anto, yang sedari tadi hanya mendengarkan, mengerutkan alisnya. “Tapi, kasihan juga kalau nanti malah jadi omongan orang, Jo. Kan, kita tahu, hidup di kota ini nggak gampang. Banyak mata yang lihat, banyak mulut yang ngomong,” katanya sambil menggelengkan kepala.

Om Joko hanya tersenyum tipis. Baginya, masalah seperti itu adalah bagian dari kehidupan di kota kecil ini, di mana berita cepat sekali menyebar dan tak jarang berakhir menjadi gosip. Namun, jauh di dalam dirinya, ia menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda pada Lily. Ia bukan sekadar gadis yang menghibur, tapi seseorang yang tampak terbebani oleh keadaan hidupnya yang sulit.

Di sela-sela percakapan mereka, tiba-tiba terdengar suara motor mendekat ke arah dermaga. Dari balik kegelapan, seorang pria muda muncul, mengenakan jaket kulit hitam dengan helm yang masih dikenakannya. Ia menghampiri meja Om Joko dan teman-temannya, tampak agak terburu-buru.

“Eh, Joko, ada tamu nyariin lo di kafe depan sana. Gue tadi dititipin pesen buat nyampein ke lo,” katanya dengan nada yang terengah-engah.

Om Joko mengangkat alis, tampak sedikit bingung. “Siapa tuh? Tamu siapa yang nyariin gua malam-malam begini?” tanyanya.

Pria itu hanya menggeleng sambil mengangkat bahu. “Nggak tahu juga. Katanya penting banget, makanya gue langsung ke sini.”

Om Joko berdiri sambil meraih jaketnya yang tergeletak di atas kursi. “Oke deh, gua cek dulu. Lu pada tunggu sini aja, ya,” katanya sambil berjalan meninggalkan meja, diikuti tatapan penasaran teman-temannya.

Pak Herman menatap punggung Om Joko yang menjauh, lalu beralih ke Pak Anto. “Kayaknya ada yang nggak beres nih. Kita lihat aja nanti, siapa tahu ada drama seru lagi,” katanya dengan nada bercanda, meski matanya menyiratkan rasa ingin tahu yang besar.

Mereka melanjutkan duduk di dermaga, menunggu Om Joko kembali, sambil sekali-sekali menatap ke arah laut yang gelap dan berbicara tentang kehidupan sehari-hari. Namun, di tengah semua obrolan mereka, bayangan Lily masih mengambang di benak mereka, seolah menjadi bayangan gelap yang tak bisa diabaikan begitu saja.

Di kafe depan dermaga, Om Joko melangkah masuk dengan rasa penasaran. Suara lonceng kecil di pintu kafe berbunyi saat ia mendorongnya, dan di dalam, ia melihat sosok yang tampak familiar. Lily duduk di sudut kafe, memegang cangkir kopi yang sudah hampir dingin, sambil memandang ke luar jendela.

Melihat kehadiran Om Joko, Lily tersenyum tipis, meski jelas ada kelelahan di matanya. Om Joko mendekat dan duduk di depan Lily, mencoba membaca ekspresi di wajahnya.

"Kenapa, Lil? Nyariin gua malam-malam gini?" tanya Om Joko, mencoba menyelidiki niat kedatangannya.

Lily menatapnya, lalu menghela napas pelan sebelum berbicara. “Aku cuma butuh ngobrol, Om. Mungkin... sekedar temen bicara aja,” jawabnya, suaranya terdengar lelah namun jujur.

Om Joko terdiam sejenak. Ia memandang Lily, lalu mengangguk pelan. Di antara canda dan obrolan receh dengan teman-temannya di dermaga, momen ini terasa berbeda. Ada sesuatu di mata Lily yang membuat Om Joko menyadari bahwa di balik senyuman dan perannya yang tampak percaya diri, ada sisi lain yang mungkin jarang orang lihat.

1
Zhu Yun💫
Tenang Ly, masih ada stok rokoknya om Joko noh 🤭😁🤣🤣✌️
DJ. Esa Sandi S.: eh, minta kontak wa kamu sih ...
Zhu Yun💫: masama kakak 👍
total 4 replies
Zhu Yun💫
Tangan Om Joko nakal ya 🤭😁🤣✌️✌️
Zhu Yun💫
Pak Herman pengin nyobain daun muda juga nih 🤭
Pasatv Mase
vidionya kok gak ada
DJ. Esa Sandi S.: ini kan novel boss
total 1 replies
Zhu Yun💫
Beban hidup ya Ly,,, Semangat ya Ly, semua ada masanya.... 😁💪💪
Zhu Yun💫
weleh-weleh 😅
DJ. Esa Sandi S.: /Applaud//Applaud/
total 1 replies
Zhu Yun💫
Semangat kak Esa buat novel barunya 💪💪💪
DJ. Esa Sandi S.: udah q follback yah /Sly//Sly/
Zhu Yun💫: Follback kakak, nanti bisa saling chat,,
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!