Elle, seorang barista di sebuah kedai kopi kecil di ujung kota, tanpa sengaja terlibat perselisihan dengan Nichole, pemimpin geng paling ditakuti di New York. Nichole menawarkan pengampunan, namun dengan satu syarat: Elle harus menjadi istrinya selama enam bulan. Mampukah Elle meluluhkan hati seorang mafia keji seperti Nichole?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Absolute Rui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9: Pertemuan Yang Penuh Bara
Hujan deras mengguyur New York malam itu, membawa udara dingin yang merasuk hingga ke tulang. Elle duduk di salah satu sudut restoran mewah, merasa sedikit canggung di antara dekorasi kristal dan kursi kulit mahal. Nichole memintanya datang dengan alasan "pertemuan bisnis penting," tetapi anehnya, ia tidak memberinya detail lebih lanjut.
Saat Elle melirik jam tangannya untuk ketiga kalinya, pintu restoran terbuka, dan seseorang masuk dengan langkah penuh percaya diri. Wanita itu mengenakan gaun hitam yang membentuk tubuhnya dengan sempurna, rambut cokelat panjang yang berkilau, dan senyum menggoda yang sudah tidak asing lagi. Katherine.
Elle meneguk ludah, merasakan kehadiran Katherine yang mendominasi ruangan. Wanita itu berjalan langsung ke mejanya, senyumnya berubah menjadi sesuatu yang lebih tajam begitu tatapannya tertuju pada Elle.
"Oh, jadi kau benar-benar ada di sini," kata Katherine, suaranya lembut namun penuh dengan sindiran. "Aku hampir berpikir Nichole hanya mengada-ada soal gadis barunya."
Elle menarik napas dalam-dalam, berusaha mempertahankan ketenangannya. "Aku tidak tahu apa yang kau lakukan di sini, tapi aku yakin kita bisa menjaga malam ini tetap... damai."
Katherine terkekeh kecil, menarik kursi di hadapan Elle tanpa menunggu undangan. "Damai? Sayang, aku tidak datang ke sini untuk itu. Aku hanya ingin... mengenalmu lebih baik."
"Aku rasa kita tidak punya banyak kesamaan," jawab Elle dingin.
"Oh, aku tidak yakin," Katherine menyeringai. "Kita berdua terlibat dengan pria yang sama, kan? Itu cukup untuk membuat kita... seperti keluarga."
Elle ingin membalas dengan komentar tajam, tetapi suaranya terhenti ketika pintu restoran terbuka sekali lagi. Kali ini, seorang wanita lain masuk—sama elegannya, tapi dengan aura yang lebih gelap. Rambut pendeknya tersisir rapi, dan jas hitam yang ia kenakan membuatnya terlihat seperti seorang pebisnis sukses. Selene.
Elle langsung merasa jantungnya berhenti berdetak. Wanita yang selama ini muncul dalam ancaman dan teka-teki, orang yang menjadi musuh dalam bayangan Nichole, sekarang berdiri hanya beberapa langkah darinya.
Selene melirik sekeliling restoran dengan tenang sebelum pandangannya tertuju pada meja Elle dan Katherine. Senyum tipis muncul di wajahnya saat ia berjalan mendekat.
"Ah, kebetulan sekali," katanya dengan nada tenang yang memancarkan otoritas. "Aku tidak menyangka akan menemukan dua wanita paling penting dalam hidup Nichole duduk bersama."
Katherine menyeringai, melipat tangannya di atas meja. "Selene, lama tidak bertemu. Masih sibuk merusak hidup orang lain?"
Selene mengabaikan komentar itu, pandangannya beralih ke Elle. "Dan kau pasti Elle. Gadis yang menjadi pusat perhatian Nichole belakangan ini."
Elle merasa seluruh perhatian di ruangan itu tertuju padanya, meskipun hanya ada tiga orang di sana. Ia mencoba berbicara, tetapi kata-katanya tidak keluar.
"Apa ini semacam pertunjukan aneh?" akhirnya ia berhasil berkata, mencoba menutupi kegugupannya. "Karena jika ya, aku tidak mendaftar untuk ini."
Selene tersenyum tipis. "Oh, sayang, ini bukan pertunjukan. Ini... realitas. Dan kau baru saja menemukan betapa kecilnya kau dalam permainan ini."
Katherine terkekeh kecil, menikmati kekacauan yang mulai terbentuk. "Selene, jangan terlalu keras pada gadis ini. Dia bahkan mungkin tidak tahu apa yang sedang terjadi."
Elle menatap Katherine tajam. "Aku tahu lebih banyak daripada yang kau pikirkan."
"Benarkah?" Katherine mendekatkan tubuhnya ke meja. "Katakan padaku, Elle. Apa kau tahu siapa sebenarnya Nichole? Apa kau tahu apa yang dia lakukan di belakangmu? Apa kau tahu bagaimana dia menghancurkan segalanya, termasuk diriku?"
Kata-kata Katherine menusuk Elle seperti belati, tetapi ia menahan dirinya untuk tidak bereaksi berlebihan. "Aku mungkin tidak tahu segalanya, tapi aku tahu dia bukan pria jahat seperti yang kau ingin aku pikirkan."
Selene tertawa pelan, seperti seorang guru yang mendengar muridnya mengatakan sesuatu yang naif. "Elle, kau mungkin berpikir kau bisa mengubahnya. Tapi percaya padaku, orang seperti Nichole tidak berubah. Dia hanya menyembunyikan sisi gelapnya lebih dalam."
Elle merasakan panas di dadanya, tetapi sebelum ia sempat membalas, pintu restoran terbuka untuk ketiga kalinya. Kali ini, Nichole muncul. Langkahnya mantap, ekspresinya gelap, dan tatapan matanya tajam seperti pisau.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" suara Nichole terdengar rendah namun penuh dengan kemarahan yang tertahan.
Katherine tersenyum lebar, berdiri untuk menyambutnya. "Oh, sayang, kami hanya mengadakan reuni kecil. Tidak perlu khawatir."
Nichole tidak menghiraukan Katherine dan langsung berjalan ke arah Elle. "Apa mereka mengganggumu?" tanyanya dengan nada lembut, berbeda dengan tatapannya yang masih tajam.
Elle menelan ludah, mencoba mencari kata-kata. "Aku... aku baik-baik saja. Hanya saja, aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi."
Katherine mendengus. "Oh, dia pasti belum memberitahumu, ya? Betapa manisnya."
Nichole berbalik menatap Katherine, ekspresinya berubah dingin. "Katherine, aku tidak akan mengulanginya. Jangan coba-coba melibatkan Elle dalam urusan kita."
Katherine tertawa sinis. "Kau benar-benar berubah, Nichole. Siapa sangka seorang bos mafia besar bisa begitu... lembut?"
Sementara itu, Selene berdiri dengan tenang, senyum tipis masih terpasang di wajahnya. "Aku hanya ingin mengamati," katanya pelan. "Dan sekarang aku tahu. Gadis ini... dia kelemahanmu, Nichole."
Nichole melangkah maju, suaranya lebih dingin dari sebelumnya. "Jangan bawa dia ke dalam ini, Selene. Kau tahu batasnya."
Selene tidak gentar. Ia melangkah mendekat, berdiri hanya beberapa inci dari Nichole. "Batas? Kau bicara tentang batas? Sepertinya kau lupa siapa yang mengajarkanmu tentang itu."
Udara di antara mereka begitu tegang hingga Elle merasa sulit bernapas. Ia tidak tahu harus berkata apa atau berbuat apa.
Namun, Katherine tiba-tiba memecah keheningan dengan tawa kecilnya. "Ini menghibur sekali. Tapi aku rasa aku sudah cukup melihat untuk malam ini. Selamat malam, Nichole. Dan Elle..." Katherine menatap Elle dengan senyum yang lebih menyerupai ancaman. "Semoga beruntung. Kau akan membutuhkannya."
Selene mengikutinya beberapa detik kemudian, meninggalkan Nichole dan Elle sendirian di restoran.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah mereka pergi, Nichole menghela napas panjang dan duduk di kursi di sebelah Elle. "Aku minta maaf," katanya pelan.
Elle menatapnya dengan campuran kemarahan dan kebingungan. "Kau bilang aku bisa mempercayaimu, tapi kau tidak pernah memberitahuku tentang mereka. Tentang... Katherine, Selene, semua ini!"
Nichole menundukkan kepalanya, sesuatu yang jarang ia lakukan. "Aku mencoba melindungimu. Aku tidak ingin kau terlibat dalam semua ini."
"Yah, terlalu terlambat untuk itu, bukan?" Elle berdiri, suaranya sedikit gemetar karena emosi. "Aku terjebak di tengah permainan kalian, dan aku bahkan tidak tahu apa aturannya."
Nichole berdiri, mendekat padanya. "Elle, dengarkan aku. Tidak peduli apa yang terjadi, aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu."
Elle ingin mempercayainya, tetapi kata-kata Katherine dan Selene terus bergema di pikirannya. *Dia kelemahanmu.*
"Aku tidak tahu harus percaya pada apa lagi," kata Elle akhirnya, sebelum berbalik dan berjalan keluar dari restoran, meninggalkan Nichole sendirian dengan semua rahasia yang belum terungkap.
Di luar, hujan masih turun, tetapi kali ini, tetesannya terasa seperti menusuk lebih dalam ke dalam hati Elle.
...To be Continued...
Aku membaca sampai Bab ini...alurnya bagus cuma cara menulisnya seperti puisi jdi seperti dibuat seolah olah mencekam tpi terlalu..klo bahasa gaulnya ALAY Thor...maaf ya 🙏...Kisah yg melatar belakangi LN dn itu soal cium" ketua mafia hrsnya lebih greget ngak malu"... klo di Indonesia mungkin sex tdk begitu ganas krn kita mengedepankan budaya timur..ini LN sex hrnya lbih wau....dlm hal cium mencium..ini mlah malu" meong 🤣🤣🤣🤣🤣