NovelToon NovelToon
Jejak Kode

Jejak Kode

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Persahabatan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:655
Nilai: 5
Nama Author: Faila Shofa

Laila, seorang gadis muda yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu, tiba-tiba terjebak dalam misteri yang tak terduga. Saat menemukan sebuah perangkat yang berisi kode-kode misterius, ia mulai mengikuti petunjuk-petunjuk yang tampaknya mengarah ke sebuah konspirasi besar. Bersama teman-temannya, Keysha dan Rio, Laila menjelajahi dunia yang penuh teka-teki dan ancaman yang tidak terlihat. Setiap kode yang ditemukan semakin mengungkap rahasia gelap yang disembunyikan oleh orang-orang terdekatnya. Laila harus mencari tahu siapa yang mengendalikan permainan ini dan apa yang sebenarnya mereka inginkan, sebelum dirinya dan orang-orang yang ia cintai terjerat dalam bahaya yang lebih besar.

Cerita ini penuh dengan ketegangan, misteri, dan permainan kode yang membawa pembaca masuk ke dalam dunia yang penuh rahasia dan teka-teki yang harus dipecahkan. Apakah Laila akan berhasil mengungkap semuanya sebelum terlambat? Atau akankah ia terjebak dalam jebakan yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faila Shofa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

rahasia bawah tanah

Rifki, Laila, Keysha, Rio, dan Dina berdiri di depan pintu rahasia itu. Wajah mereka tegang, penuh keraguan sekaligus penasaran. Tangga yang menuju ke bawah tanah tampak gelap dan sempit, seperti membawa mereka ke dunia lain.

"Apa ini benar-benar ide bagus?" tanya Keysha, suara gemetarnya mencerminkan rasa takut.

"Kita nggak punya pilihan," jawab Laila sambil menatap lurus ke depan. "Semua petunjuk mengarahkan kita ke sini."

Rifki menyalakan senter dari ponselnya. "Aku di depan. Kalau ada apa-apa, aku bisa melindungi kalian."

Mereka mulai menuruni tangga satu per satu, langkah kaki mereka bergema di lorong sempit itu. Aroma lembap dan udara dingin menyambut mereka saat tiba di dasar. Sebuah koridor panjang terbentang di depan mereka, dengan dinding batu yang dipenuhi lumut.

"Ini seperti adegan film horor," gumam Rio, mencoba meredakan ketegangan dengan candaan.

Namun, tidak ada yang tertawa.

Setelah berjalan beberapa meter, mereka tiba di sebuah pintu besi besar. Pintu itu terkunci, tetapi ada tulisan samar di atasnya:

“Di balik cahaya, kunci tersembunyi.”

"Apa maksudnya?" tanya Dina sambil mengerutkan dahi.

Rifki mengarahkan senter ke sekeliling pintu. Tidak ada yang mencurigakan, hanya dinding kosong dan debu. Namun, ketika ia mengarahkan cahaya ke dinding sebelah kanan, mereka melihat bayangan samar berbentuk lingkaran.

"Cahaya mengungkapkan sesuatu," bisik Laila. "Coba arahkan cahaya itu lebih lama."

Rifki menuruti. Setelah beberapa detik, bayangan itu semakin jelas. Mereka melihat pola seperti peta kecil dengan tanda X. Dina menyentuh tanda itu, dan dinding bergeser sedikit, mengungkapkan celah kecil yang cukup untuk mengambil sesuatu.

"Ini dia kuncinya!" seru Dina sambil menarik sebuah kunci logam dari celah tersebut.

Dengan hati-hati, mereka membuka pintu besi itu.

Di balik pintu, mereka menemukan sebuah ruangan besar yang dipenuhi meja-meja tua, buku-buku berserakan, dan benda-benda aneh. Di tengah ruangan, ada papan tulis besar dengan coretan simbol-simbol yang sulit dimengerti.

"Apa ini tempat semacam laboratorium rahasia?" tanya Rio, mencoba memahami suasana tempat itu.

Laila mendekati papan tulis dan membaca simbol-simbol tersebut. "Ini mirip sandi yang kita temukan sebelumnya," ujarnya. "Tapi lebih rumit."

Di salah satu meja, Keysha menemukan sebuah buku catatan kecil. Ia membukanya dan membaca isi halaman pertama. "Lihat ini. Ada nama-nama siswa di sini... termasuk nama Clara."

"Apa maksudnya?" tanya Rifki sambil mendekati Keysha.

"Nama mereka dicoret," kata Keysha sambil menunjuk daftar tersebut. "Tapi nama kita juga ada di sini, dan belum dicoret."

Semua terdiam.

Di sudut ruangan, Dina menemukan sebuah mesin tua dengan gulungan kertas di dalamnya. Mesin itu sepertinya digunakan untuk mencetak pesan-pesan rahasia. Ketika ia menarik kertas terakhir, ia melihat deretan angka aneh:

17-3-15-20-9-15-14

"Apa ini sandi angka lagi?" tanya Dina bingung.

Laila mengangguk. "Kita tahu ini mungkin kode alfabet. Setiap angka mewakili huruf. Mari kita coba."

Mereka mulai mencocokkan angka dengan huruf dalam alfabet:

17 \= Q

3 \= C

15 \= O

20 \= T

9 \= I

15 \= O

14 \= N

"Q-C-O-T-I-O-N," kata Rio sambil mengerutkan dahi. "Apa artinya ini?"

Laila berpikir keras. "Mungkin ini kata yang harus kita susun ulang, seperti anagram."

Setelah beberapa menit merenung, Dina berseru. "Cotillion! Kata itu berarti pesta dansa formal. Tapi kenapa?"

"Mungkin ini petunjuk lokasi berikutnya," kata Rifki. "Ada aula dansa di gedung lama sekolah kita, kan? Kita harus memeriksanya."

Mereka meninggalkan ruangan bawah tanah itu dengan perasaan campur aduk. Ketika mereka keluar dari pintu rahasia, langit sudah mulai gelap. Namun, mereka tahu bahwa mereka harus melanjutkan pencarian ini malam itu juga.

Gedung lama sekolah berada di ujung area sekolah, jarang digunakan kecuali untuk acara-acara besar. Saat mereka tiba di sana, suasana tempat itu terasa suram, seperti menyimpan banyak rahasia.

Pintu aula dansa terkunci, tetapi Dina menemukan kunci tua tergantung di salah satu dinding. Ketika mereka membuka pintu, mereka terkejut melihat aula itu dipenuhi cermin besar di dinding, memantulkan bayangan mereka yang terlihat kecil di ruangan sebesar itu.

Di tengah aula, ada sebuah kotak kecil yang dikelilingi lilin.

"Kotak itu pasti penting," bisik Keysha.

Rifki mendekati kotak tersebut dan membukanya dengan hati-hati. Di dalamnya, ada secarik kertas dengan pesan yang ditulis menggunakan tinta tak terlihat.

"Ini tinta tak terlihat," kata Rifki. "Aku ingat cara mengungkapnya dari pelajaran Pak Arman. Kita butuh panas atau cahaya ultraviolet."

Rio mencari di sekeliling aula dan menemukan lilin kecil. Mereka memanaskan kertas itu dengan hati-hati, hingga tulisan mulai muncul:

"JANGAN PERCAYA SIAPA PUN. MEREKA SUDAH DEKAT."

Mereka saling memandang dengan wajah pucat. Pesan itu membuat mereka semakin bingung dan takut.

"Mereka? Siapa mereka?" tanya Dina dengan suara bergetar.

Rifki menghela napas panjang. "Kita nggak bisa berhenti sekarang. Semua ini pasti ada hubungannya dengan hilangnya Clara dan murid-murid lainnya."

"Tapi bagaimana kalau kita salah langkah?" tanya Keysha. "Bagaimana kalau kita yang jadi target berikutnya?"

Laila menatap mereka dengan tegas. "Kalau kita berhenti sekarang, kita nggak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kita harus lanjut."

Di bawah kotak tersebut, mereka menemukan catatan kecil dengan koordinat yang mengarah ke sebuah lokasi di hutan dekat sekolah. Lokasi itu terpencil dan jarang dikunjungi siapa pun.

"Besok pagi kita ke sana," kata Rifki. "Kita butuh istirahat dulu sebelum melanjutkan."

Semua setuju untuk kembali ke rumah masing-masing, meski rasa takut dan penasaran terus menghantui pikiran mereka.

Namun, mereka tidak tahu bahwa seseorang diam-diam mengamati mereka dari balik cermin aula dansa itu.

Keesokan harinya, Rifki, Laila, Keysha, Rio, dan Dina berkumpul di depan gerbang sekolah sebelum matahari terbit. Langit masih berwarna oranye, dan udara pagi terasa menusuk kulit. Mereka membawa perlengkapan seadanya: senter, botol air, dan peta sederhana yang diambil dari koordinat yang mereka temukan semalam.

"Kalian yakin ini ide bagus?" tanya Rio, menguap lebar sambil menggosok matanya.

"Kita sudah sampai sejauh ini," jawab Laila dengan tegas. "Hutan itu adalah satu-satunya petunjuk yang kita miliki sekarang."

"Jangan lupa," tambah Keysha, "kita nggak bisa sembarangan. Kalau memang ada yang mengawasi kita, kita harus hati-hati."

Rifki mengangguk. "Ayo berangkat. Kita cari tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Mereka berjalan menuju hutan di pinggir sekolah. Hutan itu sering disebut "Hutan Larangan" oleh siswa karena banyaknya cerita seram yang beredar. Ada yang bilang tempat itu dihuni oleh makhluk gaib, ada juga yang percaya bahwa hutan itu menjadi lokasi ritual aneh pada malam hari.

Saat mereka masuk ke hutan, suasananya langsung berubah. Cahaya matahari sulit menembus pepohonan yang rimbun, membuat suasana terasa suram dan dingin.

"Kita ikuti peta ini," kata Rifki sambil mengarahkan senter ke peta. "Koordinatnya nggak terlalu jauh dari sini."

Namun, perjalanan itu tidak semudah yang mereka bayangkan. Jalan setapak yang mereka lalui semakin sempit, dipenuhi akar-akar pohon yang mencuat dari tanah. Beberapa kali, Dina hampir terpeleset karena tanah yang licin.

"Aku nggak suka tempat ini," gumam Keysha. "Kenapa harus di hutan segala?"

"Karena orang-orang yang membuat teka-teki ini tahu bahwa kita nggak akan menyerah," jawab Laila, mencoba menenangkan.

Setelah berjalan hampir satu jam, mereka tiba di sebuah area terbuka. Di tengah-tengahnya ada bangunan kecil yang tampak seperti gudang tua. Catnya sudah mengelupas, dan pintunya hampir hancur karena dimakan usia.

"Apa ini yang kita cari?" tanya Dina sambil memperhatikan bangunan itu dari jauh.

"Sepertinya iya," jawab Rifki. "Koordinatnya mengarah ke sini."

Mereka mendekati gudang itu dengan hati-hati. Rifki membuka pintu yang berderit keras, dan bau apek langsung menyeruak keluar. Di dalam, mereka menemukan meja tua dengan banyak kertas berserakan di atasnya.

"Lihat ini," kata Laila sambil mengambil salah satu kertas. "Ada sandi lagi."

Kertas itu berisi deretan angka-angka yang ditulis rapi:

25-1-14-7-1-14-7

"Sandi angka lagi," kata Rio, menghela napas. "Aku benci hal ini."

"Tenang," kata Rifki. "Kita sudah pernah memecahkan yang seperti ini. Mari kita coba lagi."

Mereka mulai mencocokkan angka dengan huruf dalam alfabet:

25 \= Y

1 \= A

14 \= N

7 \= G

1 \= A

14 \= N

7 \= G

"YANGANG," gumam Dina. "Apa maksudnya ini? Kata ini nggak masuk akal."

Laila berpikir sejenak. "Mungkin ini bukan kata yang harus dibaca begitu saja. Bisa jadi ini anagram, seperti teka-teki sebelumnya."

Setelah beberapa menit mencoba menyusun huruf-huruf tersebut, Rifki akhirnya menemukan jawabannya.

"GANYANG!" serunya. "Tapi... apa ini semacam ancaman?"

Saat mereka terus memeriksa ruangan itu, Dina menemukan sebuah botol kecil berisi cairan bening di atas meja.

"Apa ini?" tanya Dina sambil memegang botol itu dengan hati-hati.

"Itu tinta tak terlihat," jawab Laila, mengingat apa yang mereka temukan di aula semalam. "Mungkin ada sesuatu yang tertulis dengan tinta ini."

Rifki mengambil kertas kosong di dekatnya dan menggosok cairan itu di atasnya menggunakan kain. Mereka memanaskan kertas dengan lilin yang mereka temukan di sudut ruangan. Perlahan, tulisan mulai muncul:

"Kalian sudah dekat. Tapi ini belum akhir. Hati-hati dengan siapa yang kalian percayai."

Pesan itu membuat mereka semua terdiam.

"Kenapa selalu ada peringatan seperti ini?" tanya Rio, suaranya penuh frustrasi. "Siapa yang bermain-main dengan kita?"

"Kita harus cari tahu," jawab Rifki tegas. "Tapi sebelum itu, ayo periksa lagi ruangan ini. Mungkin masih ada petunjuk lain."

Saat mereka keluar dari gudang, mereka terkejut melihat seseorang berdiri di kejauhan, mengamati mereka.

"Siapa itu?" bisik Keysha sambil mundur beberapa langkah.

Orang itu memakai hoodie hitam dan wajahnya hampir sepenuhnya tertutup. Ia tidak bergerak, hanya berdiri diam seperti patung.

"Kita harus pergi sekarang," kata Dina panik.

Namun, saat mereka hendak meninggalkan tempat itu, orang tersebut mulai berjalan mendekat.

"Jangan panik," bisik Rifki. "Tetap tenang dan ikuti aku."

Mereka berjalan menjauh dari gudang dengan langkah cepat. Namun, semakin mereka mempercepat langkah, orang itu juga semakin mendekat.

"Dia mengejar kita!" seru Rio sambil mulai berlari.

Mereka semua berlari sekuat tenaga, menyusuri jalan setapak yang sama seperti sebelumnya. Suara langkah kaki di belakang mereka semakin dekat, membuat jantung mereka berdegup kencang.

Akhirnya, mereka tiba di tepi hutan, tempat mereka sebelumnya memulai perjalanan. Ketika mereka menoleh ke belakang, orang itu sudah tidak terlihat lagi.

"Apa itu tadi?" tanya Keysha, terengah-engah.

"Aku nggak tahu," jawab Rifki sambil mencoba mengatur napas. "Tapi yang jelas, kita harus lebih berhati-hati mulai sekarang."

Setelah kembali ke sekolah, mereka berkumpul di ruang kelas yang kosong untuk membahas temuan mereka.

"Kita menemukan tinta tak terlihat, sandi angka, dan ancaman lagi," kata Laila. "Semua ini seperti bagian dari permainan besar."

"Tapi kita nggak bisa bermain sendirian," kata Dina. "Kita butuh bantuan."

"Bantuan dari siapa?" tanya Rio skeptis. "Semua orang bisa saja terlibat."

"Mungkin kita bisa cari tahu lebih banyak tentang siapa yang membuat teka-teki ini," usul Rifki. "Mungkin ada jejak di perpustakaan sekolah atau di arsip lama."

Mereka semua setuju untuk memulai pencarian di perpustakaan keesokan harinya. Namun, jauh di dalam hati mereka, masing-masing merasa bahwa apa pun yang mereka hadapi ini akan semakin berbahaya.

1
secret enjel
seruu kak, aku bakal bacaa sampai habis
michiie
gk paham jir
michiie
bagusssssss
Sa'diah Sasa
seru nih, aku suka yang teka-teki yang begini
Aulia Nur
aaahh... seru! 🥰
Aimee
Penasaran
Aimee
Misteri apa yang ada di baliknya?
miilieaa
thor...
apa rahasianya bisa nulis banyak novel?
Violence: ga ada sih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!