"Dia membuang sebuah berlian, tapi mendapatkan kembali sesuatu yang kurang berharga. Aku yakin dia akan menyesali setiap keputusannya di masa depan, Illana."—Lucas Mathius Griggori.
Setelah cinta pertamanya kembali, Mark mengakhiri pernikahannya dengan Illana, wanita itu hampir terkejut, tapi menyadari bagaimana Mark pernah sangat mengejar kehadiran Deborah, membuat Illana berusaha mengerti meski sakit hati.
Saat Illana mencoba kuat dan berdiri, pesona pria matang justru memancing perhatiannya, membuat Illana menyeringai karena Lucas Mathius Griggori merupakan paman Mark-mantan suaminya, sementara banyak ide gila di kepala yang membuat Illana semakin menginginkan pria matang bernama Lucas tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Eclaire, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Pria itu terbebas dari penjara.
Tenaga Illana telah terserap habis seperti tubuh seseorang yang dihisap oleh lumpur hidup pada hutan pedalaman, saat wanita itu berniat membuka pintu mobil untuk memasukan kopernya, tubuh Illana tiba-tiba lunglai dan berakhir terduduk di lantai basement—tepat di samping mobilnya.
Ia tak segera beranjak, tapi terdiam beberapa saat, lalu menangis kembali, seolah belum cukup—sikap Mark telah merampas kesenangan Illana.
Siapa pun perempuan itu, dia pasti akan sangat terluka jika tiba-tiba berpisah karena perempuan lain—saat kisah pernikahan mereka tak pernah mendapat masalah besar, jadi ini seperti pukulan yang cukup menyakitkan.
"Aku ingin berhenti, sangat ingin berhenti. Aku ingin melupakannya, ingatan seperti ini terlalu jahat jika dibiarkan terlalu lama." Illana masih terus menangis, untung saja suasana di basement sangat sepi manusia.
Dua mobil lain bermunculan, pengemudinya mengisi kekosongan ruang bersebrangan dengan mobil Illana, meski menyadari beberapa orang keluar dari dua mobil tersebut, Illana tak berniat beranjak, ia tetap menangis—sengaja memperlihatkan kesulitan hidupnya kepada siapa pun di tempat ini.
"Maaf, Nona. Apa yang terjadi denganmu sehingga seperti ini? Bisakah aku membantu?" Suara serak terdengar cukup menghipnotis, membuat Illana terdiam.
Ia memang mendengar banyak ketukan pantofel di sekitarnya, tapi belum menyadari jika seseorang berpaling untuk menghampiri wanita itu karena merasa kasihan.
"Aku—" Illana mengusap air mata di wajahnya, lalu menengadah, ia tercengang melihat kemunculan seseorang yang sudah hampir setahun mendekam di penjara. "Paman, Paman Lucas?"
"Kau—" Pria itu lebih terkejut, ia membantu Illana beranjak seraya memperhatikan kondisinya. "Apa yang terjadi denganmu, Illana? Di mana Mark?"
"Paman sudah keluar dari penjara?" Pikiran Illana tentang Mark segera teralihkan karena muncul pertanyaan lain di kepalanya.
Lucas mengangguk. "Ya, sebulan lalu, tapi aku baru muncul ke publik akhir-akhir ini. Jadi, di mana suamimu?" Ia mengerutkan kening ketika menemukan koper besar Illana. "Mengapa ada koper di sana? Kau membawanya pergi?"
Illana tidak menyahut, ia membuka pintu mobil dan berusaha mengangkat kopernya. Melihat Illana kesulitan membuat Lucas segera mengambil alih koper dan memasukannya pada bagasi mobil.
"Terima kasih," ucap Illana seraya tersenyum tipis, tentu tidak cukup untuk menghapus kesedihan di wajahnya.
"Kau akan pergi? Berlibur?"
Illana menggeleng. "Aku akan kembali ke apartemen lamaku."
"Mengapa? Apa yang terjadi? Aku sudah bertanya sejak awal, tapi kau selalu menghindar tanpa menjawab. Keponakanku menyakitimu, huh?"
Illana mencengkram pintu mobil, meski Paman Lucas telah melihat bagaimana ia menangis di tempat ini, tapi sulit untuk mulai terbuka kepada orang lain meski Lucas adalah adik bungsu Steve Griggori, ayah Mark.
"Kau akan mengetahui jawabannya jika berhasil menemui Mark, Paman. Aku harus pergi sekarang."
Lucas tak berniat memaksa, ia membiarkan Illana memasuki mobil, tapi wanita itu berhasil meninggalkan rasa penasaran yang besar di kepala Lucas.
***
Tidak bisa pergi ke 'Cinnamon' membuat Illana menghubungi sektretarisnya agar menunda seluruh jadwal pertemuan di kantor hari ini, ia tak mungkin menyuguhkan wajah sedih atau bersikap seolah sedang baik-baik saja, sebab yang terjadi bukanlah sakit biasa.
"Terima kasih banyak, Nora. Aku akan kembali besok, kau tak perlu mencemaskan kondisiku." Ia menarik napas, dadanya masih terasa sesak, dan banyak gumpalan tisu bertebaran di lantai. "Aku baik-baik saja."
Setelah merasa cukup, Illana mengakhiri panggilannya kepada Nora, ia terdiam untuk melamun.
Sebelum menikah dengan Mark, apartemen ini menjadi tempat tinggal Illana meski keluarganya memiliki rumah yang besar, sejak memulai pekerjaan pertamanya Illana telah mengumumkan bahwa ia harus mencoba hidup mandiri, dan hal itu sangat efektif mempertegas karakter 'independent women' pada diri Illana.
Fokusnya terganggu ketika mendengar suara bel dari pintu utama, ia mengerutkan kening karena merasa janggal.
"Siapa yang mencariku hingga ke tempat ini? Bukankah semua orang tahu jika aku tinggal bersama Mark?"
Rasa penasaran mengajaknya beranjak menemui siapa pun di luar pintu unit apartemennya, dan Illana hampir terkejut ketika menemukan tubuh tinggi atletis Paman Lucas berdiri di sana.
"Paman? Apa yang kau lakukan di sini?" Illana bahkan tak mengingat jika ia sempat mengatakan bahwa berpindah ke apartemen ini beberapa jam lalu kepada pria setinggi 180centi di depannya.
"Mencarimu."
"Mencariku?" Wanita itu semakin kebingungan. "Tapi, ada apa?"
"Bisakah mengizinkanku masuk sekarang, Illana?"
Setelah Lucas masuk, ia segera duduk di sofa ruang tamu, sementara Illana tetap berdiri di dekat pintu seraya melipat tangan di dada.
"Aku sudah melihatnya, Illana. Mungkin sekaligus menyimpulkan masalah yang terjadi antara kau dan Mark."
Mendengar hal itu mengubah ekspresi Illana, ia kembali sayu.
"Aku terkejut ketika mengetahui bahwa Deborah berada di sana, bukankah hubungan mereka sudah berakhir cukup lama?" Ia mendengkus seraya mengingat kembali momen aneh pagi ini. "Sialnya Mark menegaskan bahwa kalian bercerai hari ini, lelucon macam apa yang aku dengar. Meski sangat ingin meninju wajahnya, tapi aku terus menahan diri demi berinteraksi dengan keponakan yang sudah lama tidak bertemu."
"Mark benar, Paman. Kami memang telah bercerai, dia sudah mengisi tanda tangan pada dokumen perceraian yang aku berikan. Kami berhenti melanjutkan hubungan sakral itu."
Tiba-tiba Lucas beranjak, ekspresinya berubah, ia terkejut karena masih ragu terhadap informasi tersebut.
"Kalian benar-benar bercerai, huh? Kau menyerah pada pernikahanmu karena Deborah?" Pertanyaan Lucas justru terkesan mengejek Illana, membuat wanita itu dua langkah mendekat bersama bola matanya yang membulat akibat kesal.
"Aku melakukannya karena keponakanmu tidak berniat memperjuangkannya, Paman! Berhenti menghakimi jika kau tidak mengetahui apa pun." Ia memutar arah, berdiri membelakangi Lucas. "Tidak masalah jika sekarang aku sangat terluka, atau bahkan hancur. Setidaknya aku telah menyelamatkan diriku lebih cepat dari bencana ini."
Lucas mendengkus, ia menyadari kesalahannya karena terlalu menekan hubungan orang lain.
"Maaf, Illana. Aku hanya terpancing emosi mengetahui kekonyolan ini, tapi lucu menyadari bahwa beberapa orang di keluargaku adalah pengkhianat. Steve mengkhianati adik kandungnya sendiri sehingga aku harus masuk penjara, lalu keponakanku juga mengkhianati pernikahannya. Aku membenci semua ini."
"Apa maksudnya?" Illana tertarik pada topik pertama. "Apa maksud dari mantan ayah mertuaku telah mengkhianati adiknya?"
"Saat kau mendengar hal ini, tolong jangan mengatakannya kepada siapa pun karena orang kepercayaanku masih terus menyelidikinya." Ia menyentuh bahu Illana seraya menatapnya tanpa berkedip. "Alasanku baru muncul setelah sebulan keluar dari penjara adalah karena sengaja bersembunyi, teman baikku membayar denda serta uang sogokan cukup besar agar aku bisa terbebas setelah dia menemukan kejanggalan pada kasus yang menimpaku, dan seseorang sejak awal telah mensabotase semuanya, Illana. Kakak kandungku cukup jahat sampai menggiring adiknya ke dalam penjara."
"Paman yakin bahwa dia adalah pelakunya?"
Lucas mengangguk tanpa keraguan. "Aku lebih mempercayai seseorang yang sudah membelaku saat masa sulit seperti ini ketimbang anggota keluarga yang tidak peduli terhadapku."
"Aku bersedih mendengar fakta seburuk ini."
"Dengarkan ini, Illana. Mark membuang sebuah berlian, tapi mendapatkan kembali sesuatu yang kurang berharga. Aku yakin dia akan menyesali setiap keputusannya di masa depan."
Bola mata Illana kembali berkaca setelah mendengar kalimat pujian seperti itu. "Tidak, entah bagaimana, atau memang aku yang bersalah, tapi Mark mungkin tidak melihatku sebagai seseorang yang sangat berharga, karena jika dia merasa istrinya begitu berarti, dia takkan pernah melakukan hal sejahat ini, Paman Lucas."
***