NovelToon NovelToon
Ditawan Hot CEO

Ditawan Hot CEO

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / CEO / One Night Stand
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cecee Sarah

Nadia, seorang gadis desa, diperkosa oleh seorang pria misterius saat hendak membeli lilin. Hancur oleh kejadian itu, ia memutuskan untuk merantau ke kota dan mencoba melupakan trauma tersebut.



Namun, hidupnya berubah drastis ketika ia dituduh mencuri oleh seorang CEO terkenal dan ditawan di rumahnya. Tanpa disangka, CEO itu ternyata adalah pria yang memperkosanya dulu. Terobsesi dengan Karin, sang CEO tidak berniat melepaskannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cecee Sarah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua

Pagi di desa itu datang dengan keindahan yang khas setelah hujan badai semalam. Matahari terbit perlahan, sinarnya menembus sisa-sisa embun yang menggantung di dedaunan, memberi kilauan kecil yang seolah menyelimuti desa dalam warna keemasan. Aroma tanah basah tercium segar di udara, bercampur dengan bau padi dan rumput liar yang baru saja dilanda hujan.

Di sepanjang jalan, bekas-bekas genangan air masih terlihat, mencerminkan langit cerah yang kini tanpa awan. Sesekali, burung-burung berkicau riang dari dahan pohon mangga dan pisang, seolah merayakan hari yang baru.

Namun, suasana hangat desa itu terasa begitu berbeda dengan keadaan di rumah kosong yang terletak agak jauh dari keramaian. Di dalam rumah yang sepi itu, Nadia terbangun dengan tubuh yang lemah. Matanya perlahan terbuka, menyaksikan cahaya pagi yang masuk melalui jendela berdebu, tapi tak sedikit pun menambah kehangatan di ruangan itu.

Kondisinya mengenaskan—pakaiannya yang sobek tergeletak acak di lantai kayu yang dingin. Beberapa jejak darah tampak di antara pahanya, kontras dengan kain lusuh yang dipakai seadanya untuk menutupi tubuhnya. Udara di ruangan itu masih terasa lembab dan dingin, seolah menyimpan sisa badai semalam yang tak kunjung menghilang.

Nadia menarik nafas pelan, merasakan tubuhnya yang lemah dan kesakitan.

Pandangannya kosong, rambutnya acak-acakan, dan matanya yang sembab penuh dengan kebingungan. Ia berharap, meski hanya sesaat, bahwa semua ini hanyalah mimpi buruk yang akan hilang begitu saja. Namun, kenyataan yang menakutkan itu terpampang jelas di depannya.

Ketika ia sepenuhnya tersadar, Nadia menyadari bahwa ia ditinggalkan sendirian di bangsal mewah itu. Laki-laki yang merenggut kehormatannya telah pergi, meninggalkannya dalam keadaan terpuruk.

"Bajingan," pikirnya, penuh kebencian.

Bagaimana bisa dia meninggalkannya begitu saja, dalam keadaan seperti ini, tanpa sehelai pakaian pun yang tersisa? Namun, saat pikirannya kalut mencari jawaban, matanya menangkap sesuatu di sudut ruangan.

Di atas kursi, terdapat satu set pakaian baru yang rapi, lengkap dengan pakaian dalam mewah dari merek-merek ternama yang namanya hanya pernah ia dengar sebelumnya.

Semua pakaian itu tampak indah dan mahal, seolah-olah disiapkan untuk seorang putri. Dan di sampingnya, ada sebuah amplop cokelat kecil.

Hatinya seketika hancur berkeping-keping. Inikah harga dirinya? Apakah semua ini adalah cara laki-laki itu menebus dosa-dosanya? Alih-alih merasa terbantu, Nadia merasa lebih terhina. Bagaimana bisa mereka berpikir bahwa harganya bisa dibayar dengan materi?

Dengan hati yang hancur, Nadia meraih amplop itu dan membukanya. Di dalamnya, terdapat selembar cek dengan jumlah yang sangat besar. Angka yang begitu besar, seharusnya bisa membuat hidup seseorang berubah dalam sekejap. Namun bagi Nadia, itu bukan apa-apa selain penghinaan.

*******

Nadia melangkah keluar dari rumah kosong itu dengan langkah yang terasa berat, seperti beban yang tak pernah lepas. Setiap langkahnya membuat hati semakin sesak, seolah-olah tanah yang diinjaknya pun turut menanggung beban yang tak terucapkan.

Ketika ia sampai di depan jalanan, matanya tertuju pada payung yang tergeletak rusak di tanah, tergeletak begitu saja, seolah-olah itu menggambarkan dirinya—rusak, tak berarti, dan tak ada yang peduli.

Dengan langkah perlahan, ia melangkah pergi meninggalkan tempat yang telah menyisakan kenangan pahit itu. Angin pagi yang berhembus lembut seakan turut menghapus air mata yang hampir tak terbendung, namun tak mampu menenangkan hati yang hancur. Rumah kosong itu semakin menjauh, namun bayangannya tetap membekas dalam ingatannya.

*****

Nadia berjalan menuju rumah paman dan bibinya, tempat yang seharusnya menjadi pelindung dan tempat ia menemukan kedamaian. Namun, kenyataannya jauh berbeda.

Paman dan bibinya, yang seharusnya menjadi orang yang merawatnya setelah orangtuanya meninggal, justru tak lebih dari sekadar orang yang menyisakan luka dalam hidupnya.

Setiap hari, Nadia bekerja keras di kebun milik juragan setempat, memetik hasil pertanian yang tak pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tak hanya itu, untuk mengisi kekurangan, ia juga membuka usaha jahit kecil-kecilan di rumah.

Di balik ketekunan dan senyum manisnya, banyak yang tak tahu betapa beratnya hidup yang ia jalani. Ia adalah wanita tercantik di desa itu, si kembang desa yang selalu dihujani pujian, namun pujian itu hanya membuat hatinya semakin sunyi.

Kehidupannya bersama keluarga paman dan bibinya terasa seperti kisah dalam negeri dongeng yang kelam. Ia tak pernah merasakan kasih sayang yang tulus. Paman dan bibinya lebih sering memanjakan anak-anak mereka, sementara Nadia hanya diperlakukan seperti pembantu.

Nadia tiba di rumah paman dan bibinya. Rumah itu tampak biasa saja dari luar, dengan pagar kayu dan atap yang tampak usang.

Nadia melangkah masuk ke dalam rumah dengan langkah lesu, setiap detiknya terasa semakin berat. Pintu yang terbuat dari kayu tua itu berdecit saat ditutup, dan suara itu menggema di ruang tamu yang sunyi.

Di depan televisi, sepupu perempuannya, Ira, duduk santai di atas sofa, satu kaki terangkat dan tangan sibuk dengan camilan. Ia kuliah di kota, dan Nadia—yang tidak pernah bisa melanjutkan pendidikannya setelah orangtuanya meninggal—telah bekerja keras untuk membiayai kuliah Ira. Semua pengorbanan itu ia lakukan dengan senyum di wajahnya, tanpa mengeluh, meski harus melepaskan mimpinya sendiri.

Nadia berharap bisa segera ke kamarnya, menghindari pertemuan ini. Ia hanya ingin menyendiri, menenangkan diri setelah semalam yang mengerikan, setelah malam yang membuat hatinya terhantam begitu keras.

Namun, begitu ia melangkah melewati ruang tamu, Ira menoleh dan langsung melihatnya. Dengan mata yang tajam, Ira mulai berbicara dengan nada sinis, "Dari mana saja kau semalam?"

Nadia ingin segera menghindar, namun sebelum ia sempat menjawab, Ira memperhatikan sesuatu di lehernya. Ada sesuatu yang mencurigakan, bekas yang jelas terlihat meskipun sudah tertutup syal.

Ira mengernyit, matanya langsung menajam, dan dalam sekejap, ia bangkit dari sofa. "Apa itu?" ujarnya, nada suara berubah menjadi lebih tajam. Nadia merasa sekujur tubuhnya merinding. Dengan cepat, Ira mendekat, tanpa menunggu jawaban, dan langsung mencoba menarik syal yang menutupi leher Nadia.

"Jangan, Ira," kata Nadia dengan suara bergetar, tangannya berusaha menahan, mencegah Ira melepas syal itu. Ia tak ingin Ira melihat bekas-bekas itu, bukti yang tak bisa hilang dari tubuhnya—bekas keganasan pria semalam.

Dengan perasaan panik, Nadia berusaha menggeser tangan Ira, tetapi Ira lebih kuat. Tanpa belas kasihan, Ira berhasil menarik syal itu dengan kasar, dan yang tersisa adalah sebuah pemandangan yang membuat hati Nadia semakin hancur.

Bekas merah yang tersebar di leher dan dada Nadia tampak jelas, bekas yang tak bisa hilang meski sudah digosokkan dengan keras. Nadia telah berusaha menggosoknya sepanjang pagi, berharap bisa menghapus bukti itu, tapi semuanya sia-sia. Bekas itu tidak hanya menandakan kebuasan nafsu pria itu, tetapi juga bagaimana lemahnya Nadia.

Ira menatapnya dengan tatapan penuh ejekan. "Oh, jadi, kau menjual diri ya?" sindir Ira dengan nada kejam.

Matanya melotot, dan senyumnya semakin menyeringai, seolah-olah ia telah menemukan kelemahan yang bisa dihancurkan. Kata-katanya begitu tajam, seolah ingin menancapkan pisau di hati Nadia.

1
Herlianti Amrah
Lumayan
Herlianti Amrah
Biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!