Follow My IG : @mae_jer23
Geyara, gadis kampung berusia dua puluh tahun yang bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga Cullen. Salah satu keluarga terkaya di kota.
Pada suatu malam, ia harus rela keperawanannya di renggut oleh anak dari sang majikan.
"Tuan muda, jangan begini. Saya mohon, ahh ..."
"Kau sudah kupilih sebagai pelayan ranjangku, tidak boleh menolak." laki-laki itu terus menggerakkan jarinya sesuka hati di tempat yang dia inginkan.
Tiga bulan setelah hari itu Geyara hamil. Masalah makin besar ketika mama Darren mengetahui sang pembantu di hamili oleh sang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Manjakan Aku
Lidah Darren mendesak masuk memainkan bagian itu bak sedang mengisap ice cream. Yara meremas kuat-kuat rambut Darren, matanya merem melek. Sungguh, ini rasanya luar biasa enak. Dia tidak menyangka akan sangat menikmati bagai seorang jalang. Jantungnya berdebar-debar kencang.
"Aahh, ssshh ..." cairan kental keluar dari dalam tubuhnya dan ditelan habis oleh Darren. Seluruh tubuh Yara bergetar hebat. Sensasi permainan Darren sungguh luar biasa hebatnya, membuatnya merasakan orgasme yang tak dapat lagi dia ungkapkan dengan kata-kata.
Darren berdiri mengecup bibir Yara. Tangannya memelintir pucuk merah muda Yara dengan gerakan penuh sensual. Tadi itu barulah pemanasan. Karena dia ingin Yara tergila-gila pada apa yang dia lakukan terhadap wanita itu. Ia ingin Yara puas.
Darren mulai melucuti pakaiannya satu persatu tanpa memalingkan wajahnya sedikitpun dari Yara. Kemejanya ia buang ke sembarang tempat lalu menurunkan celananya.
Yara menelan ludah. Darren begitu gagah berdiri tanpa sehelai benangpun di depannya. Sesaat kemudian pria itu kembali menggendongnya. Membaringkannya ke tempat tidur.
"Bermainlah sebentar di sini, manjakan aku." gumam Darren sudah berbaring di samping Yara dan menunjuk ke miliknya yang makin besar.
Yara mengangguk dan mengganti posisinya menjadi duduk. Dengar perlahan tapi pasti tangannya menggapai milik Darren.
"Hhh ... Oh .." Darren mengerang ketika tangan Yara mulai bergerak naik turun. Semakin lama cepat hingga Darren mau gila rasanya.
"Ughh ... Yes sweetie, seperti ituu .."
"Ahhh ..." Darren membuka mulutnya lebar-lebar. Yara begitu pandai membuatnya serasa ingin terbang. Mulut wanita itu kini memainkan miliknya dengan lihat. Ia menggapai rambut Yara, menekan kuat kepalanya hingga miliknya masuk makin dalam ke mulut Yara.
"Oh_ ohhh ..." Darren mengerang kuat. Sialan, dia mau gila rasanya karena pelepasan luar biasa ini. Kenapa Yara bisa memberikannya kenikmatan yang tidak bisa dia dapatkan dari perempuan lain.
Saat para wanita nakal itu memainkan miliknya seperti yang Yara lakukan, ia memang bisa orgasme. Tapi rasanya tidak seenak yang Yara lakukan terhadapnya. Dia tidak mengerang seperti ini ketika wanita lain memanjakannya, tapi suara desa-hannya keluar dengan sendirinya kalau Yara yang bermain di sana. Wanita ini betul-betul sudah membuatnya kecanduan.
Darren mendorong Yara hingga wanita itu terlentang di atas kasur dan menindih tubuhnya.
"Ayo bermain yang lebih enak lagi."
Darren langsung mengarahkan miliknya ke lubang Yara dan melesat masuk tanpa aba-aba. Yara meremas punggung pria itu. Walau sudah beberapa kali masuk, ia masih harus membiasakan diri karena milik tuan mudanya sangat besar. Begitu milik pria itu masih semua kedalamnya mulutnya membuka lebar.
"Ah_" ia merasa sesak dan penuh, tapi nikmat.
"Kau suka?" Darren mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur. Yara tidak menjawab, tapi wajahnya tidak bisa berbohong Kalai dia menikmatinya.
"Aghh!" Yara memekik kuat saat milik Darren menusuk dengan keras.
"Jawab aku, kau suka rasanya?" Darren ingin dengar jawaban Yara.
"I ... Iya tuan muda ah ..." Darren tersenyum puas. Ia menusuk makin keras.
Rahangnya mengetat merasakan milik Yara yang sempit meremas miliknya dengan sangat kuat.
"Uhh ..." suara Darren begitu seksi ditelinga Yara. Pinggulnya makin cepat lagi. Miliknya menghujam Yara tanpa ampun. Yara tidak tahan lagi, ia ingin segera keluar.
"Tuan muda aku ..."
"Tahan, keluar sama-sama ..."
"Mmphh ... Ohh_" Yara merasakan cairan Darren memenuhi rahimnya. Mereka keluar bersama. Badan mereka dipenuhi peluh. Darren menjatuhkan tubuhnya di dada Yara dengan nafas tersengal-sengal. Dia amat bahagia dan puas karena berhasil menyalurkan hasratnya pada wanita itu malam ini.
Darren lupa lagi kalau hari ini dia kembali tidak mengenakan pengaman, seperti hari-hari sebelumnya. Tapi dia tidak peduli. Bercinta dengan Yara memang lebih enak tidak pakai pengaman. Lagipula dia akan bertanggung jawab dengan segala konsekuensi yang bisa terjadi.
Kalau Yara hamil, dia sudah berpikir akan menikahinya.
"Ceritakan masa kecilmu," tiba-tiba Darren ingin mendengar cerita tentang masa kecil seorang Yara. Dia ingin mengenal wanita ini lebih dalam.
Yara sampai heran dengan pertanyaan pria itu.
"Menurutku tidak penting tuan muda mengetahui masa kecilku seperti apa." ucap Yara. Dia selalu merasa pesimis dengan hubungan terlarang ini. Dia yakin dirinya tidak akan berakhir di pelaminan bersama dengan laki-laki ini, jadi untuk apa menceritakan kehidupan pribadinya? Toh Darren juga tidak mencintainya.
"Aku ingin tahu seperti apa kau tumbuh." gumam Darren. Tangannya membelai-belai lembut pipi Yara. Wanita itu terpaku sesaat. Mata tuan mudanya sangat indah.
"Ayo ceritakan, mm?"
Pertahanan Yara pun luntur.
"Seperti yang tuan muda lihat, aku lahir dan tumbuh di sebuah desa kecil dengan keluarga yang hidupnya pas-pasan. Bagi orang kaya raya seperti tuan muda, kalian pasti menganggap kami miskin." Yara mulai bercerita.
"Aku tidak pernah menganggapmu begitu." gumam Darren tulus.
Huh. Karena kau hanya menginginkan tubuhku. Dan menganggap bisa menghidupiku dengan uangmu.
Yara tidak percaya dalam hatinya. Kalau laki-laki ini tidak pernah menyukai tubuhnya, pasti dia akan memandang Yara hanyalah wanita miskin yang tidak ada apa-apanya, seperti kebanyakan orang kaya lainnya. Normal bagi Yara berpikir seperti itu, karena sudah terlalu banyak ia diremehkan oleh orang-orang yang tampak memiliki semuanya itu.
"Kenapa menatapku begitu, kau tidak percaya?" Darren seolah tahu apa yang sedang wanita itu pikirkan.
Yara hanya tersenyum tipis.
"Aku harus kembali ke kamarku. Ceritanya nanti saja ya tuan muda." Yara mendorong kecil tubuh Darren yang masih berada di atasnya dan bangkit dari tempat tidur, matanya mencari-cari daster dan dalaman yang di buang Darren tadi.
Darren juga sudah terlalu lelah untuk menahannya sekarang. Ia terus menatapi Yara yang saat ini memakai kembali dasternya.
"Hari libur kerjamu jumat sabtu kan?" pria itu bertanya. Yara menatapnya dengan berkerut.
"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat pada hari jumat."
"Ta,"
"Tidak boleh menolak. Sudah kubilang kan sekarang kau adalah milikku seorang. Kalau kau menolak, aku akan membuat semua orang tahu hubungan kita berdua."
Yara melotot. Dia paling takut kalau begitu. Kalau orang-orang tahu dia menjadi simpanan putra majikannya, mereka pasti akan menghujatnya habis-habisan. Dia tidak mau.
"Bagaimana?"
"Baiklah." setelah mengangguk setuju, Yara pun keluar. Ia mengendap-endap turun tangga. Malam ini dia terpaksa harus mandi lagi. Badannya sudah lengket semua.