Runa seorang gadis cantik yang sudah lelah menjalin hubungan dengan kekasihnya yang posesif memilih mengakhiri sepihak. namun apakah Abi akan membiarkan gadis yang sudah di claim sebagai miliknya lolos dari genggamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wattped Love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
Bel pulang sekolah belum bunyi Abi sudah menunggu kekasihnya di depan pintu kelasnya yang terbuka. Kurang lima menit lagi sih tapi tetap saja kelas runa baru bersiap-siap untuk pulang.
" Pacar lo sekarang aneh banget tau run. Dari pertama Lo pacaran ngga pernah tuh orang bela-belain nunggu di depan kelas. Boro-boro nungguin terkadang aja lo di tinggal pulang padahal udah janjian mau pulang bareng." komentar Cika sembari melirik Abi yang bersandar di tembok memainkan hpnya.
Runa yang tengah memasukkan bukunya ke dalam tas berhenti sejenak saat mendengar ucapan Cika.
" Mungkin pas naik motor kepalanya kepentok trotoar jadi amnesia." balas runa ngawur.
Ia pun juga merasa aneh dengan perubahan Abi yang tiba-tiba sejak mereka putus. Runa tidak tau apa yang Abi rencanakan di belakangnya. Bahkan sekarang Abi juga jadi sering ngomong dan menujukan ekspresi. Tersenyum hingga tertawa meski tidak sering. Setidaknya itu perubahan besar dari pada dulu yang jarang sekali bersikap seperti manusia normal pada umumnya.
Yang menyebalkan bagi runa sekarang ia tidak bisa bebas merayu cowok-cowok tampan dan dedek gemes antariksa. Hampir setiap detik selalu ada Abi yang menempeli nya. Nomor-nomor di hpnya juga sudah berkurang banyak sejak di club malam saat itu.
" Harusnya runa tuh bersyukur pacaran sama Abi." celetuk Amel.
" Kenapa?" tanya Cika.
" Berkat Abi dosa runa jadi berkurang."
" Apa hubungannya?" sewot runa tidak terima.
" Sejak Lo putus terus balikan lagi. Gue liat-liat udah jarang banget lo godain cowok-cowok lagi. Apalagi sampai jalan bareng. Sekarang runa udah jadi versi alim yang setia sama satu cowok. Jadi Lo udah ngga dapet tuh dosa selingkuh apa ngga banyak pahala yang ke kumpul sekarang." jelas Amel.
" Ehh bukannya berhenti yah cuma belum dapat target yang bagus aja." bantah runa mengibaskan rambutnya sombong.
"Alah alasan." cibir amel
" Tapi ngga rugi juga loh pacaran sama Abi, dia kan royal banget sama Lo. Tinggal tunjuk ada tuh barang udah di depan mata." ucap Cika membela Abi.
" Ini kalian kenapa sih? Kok kesannya kaya setuju banget gue balikan sama Abi. Kemarin aja nunggu-nunggu kapan gue putus, ngga konsisten banget." sinis runa.
" Tau tuh Cika."
" Heh! Kenapa jadi gue kan Lo duluan." sewot Cika pada Amel.
" Udah ah diem, gue mau pulang dulu ngantuk mau tidur." potong runa mengangklek tasnya.
Amel dan Cika buru-buru memasukkan barang-barangnya ke dalam tas menyusul runa yang sudah berdiri di depan Abi.
" Langsung pulang?" tanya Abi mengambil tas di gendongan runa untuk ia bawa. Jadi Abi membawa dua tas, satu miliknya satu milik runa.
" Hemm." balas runa sembari menguap.
" Tutup mulutnya ana." Abi meletakkan telapak tangannya menutupi mulut runa yang terbuka.
Keduanya berjalan beriringan. Di belakangnya Amel dan Cika membuntuti mereka tanpa suara. Koridor kelas ramai anak-anak yang berlalu lalang untuk pulang. Ada juga yang masih menetap sekedar untuk kumpul organisasi atau ekstrakurikuler.
Di parkiran mereka berpisah runa dan Abi ke parkiran motor. Amel dan Cika menunggu jemputan di depan pagar.
" Teman-teman kamu mana?" tanya runa saat hanya melihat tersisa satu motor di parkiran biasa Abi parkir.
" Pulang duluan." balas Abi menaiki motornya.
" Ohhh."
Setelah Runa naik, Abi menyalakan motornya meninggalkan area parkiran sekolah.
***
Setelah mandi runa turun ke bawah untuk makan malam. Malam ini ayahnya belum pulang karena lembur. Besok weekend jadi Hendra tidak ingin urusan kantor mengganggu waktu istirahatnya. Biasanya baru pulang sekitar pukul sembilan malam.
" Kok ngga ada makanan bun?" tanya runa bingung saat meja makan kosong melompong. Laras malah asik nonton tv di ruang keluarga.
" Kita di undang makan malam di rumah nak Roy. Jadi bunda nyuruh mbok Siti cuma masak buat belakang aja."
" Emang ada acara apa?"
" Ya ngga ada apa-apa cuma lagi pengin kumpul aja katanya." balas Laras.
" Berdua dong bun?"
" Nanti bentar lagi ayah sampe, lagi di jalan. Kita tunggu di teras aja yuk." ajak Laras.
" Okelah."
Laras dan runa duduk di kursi teras rumah menunggu kepulangan kepala keluarga. Halaman rumah runa tidak luas banget maklum di area perumahan. Tapi cukup untuk parkir mobil empat. Apalagi di depan ada taman kecil dengan bangku panjang yang dihiasi lampu-lampu hias. Menambah keindahan halaman itu. Uniknya rumah ini memiliki pohon jambu air di tembok yang berseberangan dengan rumah Roy. Saat kecil sering kali pohon itu di gunakan Roy dan runa untuk memanjat jika malas lewat gerbang.
Kebetulan juga pohon itu cukup tinggi namun banyak dahan-dahan untuk menopang kaki. Entah kebetulan atau apa kamar Roy dan runa bersebelahan. Jadi Roy bisa menaiki pohon jambu untuk sampai di balkon kamar runa begitupun sebaliknya. Asik sekali bukan?
Halaman rumah runa juga di tumbuhi rumput jepang yang subur dan hijau. Laras memang mendesain rumahnya agar sejuk namun tetap terlihat mewah.
Sebuah mobil berwarna putih memasuki gerbang yang terbuka otomatis jika kendaraan yang masuk sudah terkena sensor. Selain modern rumah ini juga canggih. Yang ditunggu-tunggu pun sudah datang. Hendra tersenyum bahagia saat melihat dua perempuan kesayangannya dengan setia menunggunya di teras rumah.
" Ayah jadi terharu di sambut dua bidadari cantik." canda Hendra merentangkan kedua tangannya. Membawa istri dan putrinya ke dalam
" Bunda aja kali, runa mah lagi nyante."
" Ahh masa?" goda Hendra mencolek hidung putrinya.
" Tapi boong papale papale." balas runa tertawa ngakak mengikuti sound tok- tok.
Hendra masuk lebih dulu untuk mandi dan berganti pakaian. Sedangkan Laras dan runa tetap menunggu teras rumah.
" Bun kita ngga bawa apa-apa nih?" tanya runa saat mereka tidak membawa buah tangan. Minimal kue atau makanan ringan gitu.
" Bener juga kamu. ya udah bunda ke dalam dulu nyari makanan buat di bawa." ucap Laras kembali ke dalam.
Runa sendiri di halaman rumah memandangi langit yang cerah tapi berawan. Bulan malam ini juga tidak terlihat hanya bintang-bintang kecil. Itupun tidak banyak mungkin karena tertutup awan. Udaranya juga cukup dingin. Untung runa menggunakan sweater. Ia sempat berganti baju tidurnya. Ya kali bertamu pakai baju tidur.
" Yuk berangkat." Hendra dan Laras keluar berbarengan. Hendra sudah menggunakan baju santai juga laras yang membawa roti brownis yang di bungkus tas.
Keluarga cemara itu berjalan santai menuju rumah bima yang terletak di samping kiri rumahnya. Runa berjalan di belakang membuntuti pasangan yang asik bergandengan tangan. Melupakan dirinya yang jomblo berjalan sendirian. Hendra dengan tampang tidak berdosa mengumbar keromantisan di depannya. Tidak tahu apa dirinya ini jomblo. Ehh bukan jomblo sih kan ia punya pacar. Meskipun tampang psikopat.