pernikahan merupakan impian setiap wanita. apalagi mengadakan perayaan layaknya negeri dongeng. namun hal tersebut pupus bagi seorang wanita bernama nadin.
nadin merupakan seorang gadis cantik berusia 22 tahun, kuliah nya harus terhenti disaat majikan orang tuanya memaksa nya untuk menikah dengan putranya yang bernama Andreas.
Baca cerita lengkapnya yaaa...
stay tune sayangkuu🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya genza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27
"waah.. dapat banyak ya yah umbinya.. ini bisa dibuat keripik bu.. Kenapa tidak kita buat usaha keripik saja ya bu. Nanti kita coba taruh di warung warung. " ucap nadin yang menemukan ide untuk buka usaha.
"iya ya..Benar juga kata kamu..bagaimana yah? " tanya bu arum menanyakan pendapat pak tarno.
"silahkan saja.. Ayah mah terserah nadin sama ibu saja" ucap pak tarno.
"kita coba saja dulu nak, nanti kalo enak baru kita jual. Dan kalau laris dan banyak peminat nya baru kita produksi yang banyak" jelas bu arum
"iya bu.. "jawab nadin.
" oh iya nak, ayah lupa bilang.. Kemarin ada undangan dari pengadilan agama buat sidang perceraian kamu.. apa kamu mau datang nak? " tanya pak tarno.
"bagaimana ya yah.. Aku datang atau tidak ya??.. " tanya nadin balik.
"waktu itu kata mas andreas aku tidak usah datang ke sidang perceraiannya, katanya biar cepat prosesnya lagian aku juga sudah tanda tangan surat talaknya.. " jelas nadin.
"datang saja nak.. untuk memastikan perceraian kalian.. " ucap pak tarno.
"liat bagaimana nanti deh yah.. " jawab nadin.
Setelah mereka selesai panen, pak tarno pergi ke pasar terdekat untuk menjual hasil umbinya, sedangkan bu arum dan nadin kembali pulang ke rumah dengan membawa sekitar lima kilo umbi untuk mereka jadikan keripik.
Disepanjang perjalanan pulang, banyak sekali tetangga yang kepo dengan kehidupan nadin.. Maklum karena mereka tinggal di kampung jadi nggak afdhal jika tetangga nggak kepo dan julid.. Hehe..
"loh ini nadin ya... Yang baru dicerai suaminya itu..? Kabar nya sih si andreas itu udah mau menikah lagi, kasihan sekali kamu masih muda sudah janda.. Mangkanya jangan tergiur uangnya, liat kan kalo nggak cinta ya ditendang.. " ledek bu rusdi tetangga tak jauh dari rumah nadin.
"semua garis hidup itu sudah ditakdirkan bu.. jadi harus menerima apa pun jalannya" ucap nadin.
"iya sih.. Tapi nasib mu buruk sekali ya, niatnya ingin punya suami mapan dan kaya eeh malah di tendang dari rumahnya.. " ucap bu rusdi dengan mulut nya yang super julid itu, padahal dia juga mempunyai anak perempuan bernama silvi.
"iya bu rusdi.. Semoga silvi tidak seperti nadin ya.. " ucap bu arum yang mulai kesal dengan ucapan tetangga nya yang menghina anaknya.
"haha kalo silvi anak ku tidak mungkin kaya begitu bu arum... Silvi itu dari kecil tercukupi hidupnya. Tidak seperti nadin yang bajunya aja dekil, lusuh dan kucel dari kecil. Baru kali ini aja terlihat lebih bagus.. Pasti dapat dari uang harta gono gini yaa? " kata bu rusdi.
"maaf ya bu rusdi.. Aku bercerai tidak membawa harta apapun dari rumah mas andreas.. Ini murni dari hasil kerja kerasku. " jelas nadin.
"sudah ayo bu kita pulang,, nanti kesorean" ucap nadin lalu mengajak bu arum langsung pergi meninggalkan bu rusdi.
"alaah... kerja apaan sih..sekolah aja cuma lulusan SMA.. Yang kuliah aja susah cari kerja..miskin saja kok belagu.. Pikirkan tuh rumah kalian yang udah peyong bentar lagi rubuh mampus ketiban sekeluarga.. "gumam bu rusdi yang kesal ditinggal pergi gitu saja.
"bu lain kali nggak usah ladeni ucapan tetangga lagi ya.. " ucap nadin.
"ibu kesal nak.. Bu rusdi itu bukan sekali ini saja menghina kamu.. Biasanya ibu diam, tapi lama kelamaan mulutnya tambah jahat.. " ucap bu arum mengomel melepas kesalnya.
"sudah lah. Nanti akan aku buktikan kalo kita bisa hidup layak. " ucap nadin dengan yakin.. Ia percaya selagi mau berusaha pasti selalu ada jalan dan rezeki.
Bu arum dan nadin melanjutkan mengupas umbi yang akan mereka jadikan keripik. Tiba tiba berhenti mobil putih di depan rumah nadin.
"seperti mobil nya mas andreas.. " bathin nadin.
Benar saja.. Andreas turun dari mobilnya mengenakan pakaian kantor yang rapi diikuti oleh indri pacarnya dan juga bu ningsih. Banyak tetangga yang kepo dan mengintip dari jendela mereka.
"mau apa mereka datang nak? " tanya bu arum.
"tidak tahu bu.. " jawab nadin.
"nadin... " panggil andreas tanpa mengucapkan salam.. Nadin dan bu arum langsung bangkit dari duduknya.
"ada apa kalian kesini? " tanya nadin.
"besok adalah hari sidang perceraian kita.. Jadi kamu tidak usah datang.. Lagian kamu juga sudah menanda tangani surat talak kan. Nanti jika sudah selesai sidang, aku kirimkan saja surat cerai nya kesini" jelas andreas.
"apa kamu takut kalo aku akan menuntut harta gono gini kalo aku datang ke persidangan?? " tanya nadin.
"heehh!!! Kau harus tau diri.. Mau nuntut harta gono gini segala!. " bentak bu ningsih.
"maaf bu.. Anda siapa berani membentak anak saya?? " tanya bu arum.
"intinya aku datang kesini cuma mau bilang itu..aku tidak mau kamu datang ke persidangan untuk mempersulit perceraian kita.. Aku dan indri sebentar lagi akan menikah, jadi jangan berusaha untuk mempersulitnya. " jelas andreas.
"baiklah.. Aku tidak akan datang.. Uruslah sesuka mu mas.. tapi ingat satu hal, kalian jangan pernah lagi menghina dan merendahkan aku dan keluarga ku." ucap nadin.
"baiklah kalo gitu.. Ayo ma, ayo sayang.. Kita pergi dari sini.. " ucap andreas langsung pergi begitu saja.
"rumahnya kayak kandang sapi ya ma.. Kok mas andreas mau sih.. Hihi.. " ucap indri menghina rumah nadin yang masih berdinding kayu sambil masuk ke dalam mobil yang masih bisa di dengar oleh nadin dan bu arum.
"sabar bu.. Biarkan mereka bicara apa saja.. Itu hak mereka.. " kata nadin menenangkan bu arum yang takut terpancing.
"andai saja ayah sama ibu mampu, pasti kamu tidak akan di hina seperti ini nak.. " ucap bu arum yang tiba tiba sedih.
"tidak apa apa bu.. Aku bahagia kok jadi anak ayah dan ibu.. Sudah jangan dipikirkan lagi.. Kita lanjut ngupas umbinya saja yuk bu" ajak nadin yang tak mau memperlihatkan rasa sedih di hatinya.
*****
Hari demi hari berlalu.
"assalamu'alaikum" ucap seorang tukang paket di depan rumah nadin. Nadin yang tengah duduk di ruang tamu langsung berdiri dan melihat siapa yang datang.
"wa'alaikumsalam.. Siapa ya?? " tanya nadin.
"ini mba.. Saya mau antar paket, ini ada surat dari pengadilan agama. " ucap kang paket.
"ini dengan mba nadin anandira benar?? " tanya kang paket..
"iya mas, saya sendiri.. " jawab nadin.
"oke .. Jadi saya tidak salah orang.. Silahkan tanda tangan disini mbak.. " ucap kang paket menunjukkan bagian yang akan di tanda tangani. lalu nadin menanda tangani bagian tersebut.
"terima kasih.. Marii mba cantik.. " ucap kang paket yang iseng menggoda nadin.. Nadin hanya geleng geleng kepa dibuatnya.
"surat apa ya ini??.. Dari pengadilan agama.. " gumam nadin melihat amplop surat tersebut.
HAPPY READING♥
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SAYANGKU♥