Setelah mati secara tiba-tiba, Kazuma Hiroshi, seorang programmer jenius, terlahir kembali di dunia lain sebagai seorang World Breaker, kelas terkuat dengan kekuatan yang tak terbatas. Dilengkapi dengan kemampuan manipulasi mana dan sistem yang bisa ia kendalikan layaknya sebuah game, Kazuma segera menyadari bahwa kekuatannya tidak hanya luar biasa, tetapi juga berbahaya. Dalam dunia penuh monster, sihir, dan ancaman dari Reincarnator lain, Kazuma harus belajar memanfaatkan kekuatannya dengan bijak dan menghadapi musuh yang mengincar kehancuran dunia barunya. Petualangan epik ini menguji batas kekuatan, strategi, dan kemanusiaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reito(HxA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03. Musuh yang Tak Terduga
Kazuma tersenyum puas melihat kelompok goblin yang terlempar akibat serangan Fireball. Namun, dia sadar ini baru permulaan. Goblin-goblin itu memang lemah, tapi mereka datang dalam jumlah banyak dan bisa mengepung dengan cepat jika dia lengah.
"Jangan terlalu meremehkan mereka, Kazuma," Sylvia memperingatkan sambil memeriksa sekeliling. "Goblin sering menyerang berkelompok, dan biasanya ada pemimpinnya yang lebih kuat di antara mereka."
Kazuma mengangguk, matanya tidak lepas dari gerombolan goblin yang tersisa. "Aku tahu. Tapi, selama aku bisa menggunakan sihir ini, mereka tidak akan jadi masalah."
Beberapa goblin yang masih hidup berlarian ke arah Kazuma, membawa tombak dan senjata sederhana. Tanpa berpikir panjang, dia kembali mengayunkan tangannya. "Lightning Strike!"
Kilatan petir menyambar dengan keras dari langit, menghantam tanah dan menghanguskan beberapa goblin yang berusaha mendekat. Mereka terkapar, tak bergerak lagi. Namun, Kazuma merasa sesuatu yang aneh. Biasanya dalam game, setelah beberapa serangan, musuh akan mundur atau kabur jika tahu mereka kalah. Tapi ini berbeda.
"Kenapa mereka tidak berhenti menyerang?" Kazuma bertanya-tanya.
Sylvia tampak berpikir. "Mungkin ada sesuatu yang mengendalikan mereka dari belakang."
Kazuma merasakan firasat buruk. "Maksudmu, ada bos atau sesuatu yang lebih besar?"
Sebelum Sylvia bisa menjawab, tanah di sekitar mereka bergetar. Kazuma merasakan ada kekuatan yang mendekat. Dari balik bukit, sesosok besar muncul. Seekor goblin raksasa dengan tubuh berotot dan baju besi yang usang, membawa kapak besar yang berkilauan di bawah sinar matahari.
[Goblin Chief Lv. 30]
Kazuma terdiam sejenak melihat tulisan yang melayang di depan matanya. Dia tahu bahwa lawan ini bukan sekadar monster biasa.
"Goblin Chief!" serunya sambil mundur sedikit. "Level 30? Itu jauh di atas levelku!"
Sylvia dengan tenang mendekat. "Kau masih bisa mengalahkannya. Kau punya kekuatan yang jauh lebih besar dari sekadar angka level. Gunakan Mana Control-mu dengan bijak."
Kazuma menggenggam tangannya lebih erat. Ini adalah ujian yang sebenarnya. Goblin Chief itu mendekat dengan langkah-langkah berat, setiap langkahnya mengguncang tanah. Di belakangnya, goblin-goblin kecil lainnya mulai bergerak lagi, mengikuti pemimpinnya dengan semangat baru.
"Baiklah," Kazuma berbisik pada dirinya sendiri. "Kita akan lihat seberapa kuat kau."
Goblin Chief mengangkat kapaknya tinggi-tinggi, siap untuk menyerang. Dalam sekejap, Kazuma mengayunkan kedua tangannya ke depan.
"Ice Wall!"
Dinding es besar muncul di depannya, memblokir serangan kapak Goblin Chief yang menghantam es dengan kekuatan besar, membuat retakan di permukaannya. Tapi dinding es itu cukup kuat untuk menahan serangan sementara.
"Sylvia, aku butuh waktu untuk mengumpulkan lebih banyak mana!" seru Kazuma sambil menahan napas.
Sylvia mengangguk dan mengeluarkan sebuah jimat dari balik gaunnya. Dia mulai melantunkan mantra pelindung yang memperkuat dinding es itu, memberi Kazuma sedikit waktu untuk beristirahat.
Kazuma merasakan aliran mana di dalam tubuhnya. Dengan latihan singkat yang ia dapat, dia bisa merasakan mana di dunia ini lebih mudah dikelola. Tapi serangan sederhana tidak akan cukup untuk mengalahkan makhluk sekuat ini. Dia butuh sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang memanfaatkan semua poin yang telah ia alokasikan ke Intelligence dan Mana Control.
"Ini saatnya menggunakan serangan pamungkas," pikir Kazuma.
Dengan fokus penuh, dia mulai mengumpulkan mana di kedua tangannya. Sebuah bola energi biru mulai terbentuk, tumbuh semakin besar dan kuat. Dia bisa merasakan kekuatan luar biasa yang mengalir dari tubuhnya menuju bola energi itu.
"Mana Burst!"
Bola energi itu meledak keluar dari tangannya dengan kekuatan yang dahsyat, melesat langsung ke arah Goblin Chief. Ketika bola itu menghantam makhluk besar itu, ledakan besar terjadi, menciptakan gelombang kejut yang mengguncang sekeliling. Goblin-goblin kecil terhempas ke segala arah, dan Goblin Chief terlempar mundur beberapa meter, tubuhnya terbakar oleh energi yang luar biasa itu.
Kazuma terengah-engah, kelelahan setelah mengeluarkan serangan itu. Dia merasa tubuhnya melemah, tetapi matanya tetap terfokus pada Goblin Chief yang terkapar di tanah.
“Apakah aku berhasil…?”
Namun, sebelum Kazuma bisa menarik napas lega, Goblin Chief mulai bergerak lagi. Tubuhnya yang terbakar perlahan berdiri, meskipun goyah, tapi masih hidup. Kazuma merasa terkejut, tidak percaya bahwa makhluk itu masih bisa berdiri setelah serangan pamungkasnya.
"Tidak mungkin..." gumamnya, merasakan kecemasan mulai merayap di dalam dirinya.
Namun, Sylvia tetap tenang dan maju beberapa langkah. "Kazuma, sekaranglah saatnya kau belajar bahwa kekuatan sihirmu tidak hanya bergantung pada mana dan skill. Kau harus tahu kapan menggunakan kekuatan dan kapan menggunakan strategi."
Kazuma menatap Sylvia, bingung. "Apa maksudmu?"
"Seranganmu kuat, tapi jika kau hanya mengandalkan kekuatan tanpa taktik, kau akan mudah dilawan. Serangan fisik tidak cukup melawan makhluk sekuat ini," jelas Sylvia. "Gunakan Control-mu."
Kazuma terdiam sejenak, lalu ia mulai memahami apa yang dimaksud Sylvia. "Mana Control..." pikirnya, mengingat kembali statistiknya yang terfokus pada kontrol mana. Mungkin ini bukan hanya tentang seberapa besar serangan yang bisa dia keluarkan, tapi bagaimana dia bisa memanfaatkan mana untuk membatasi gerakan lawannya.
Dia kembali mengangkat tangannya, kali ini lebih tenang. Dia merasakan mana di sekitarnya, mencoba mengendalikan alirannya. Perlahan, lingkaran sihir terbentuk di bawah Goblin Chief yang masih berusaha bangkit.
“Bind!” teriak Kazuma.
Tiba-tiba, akar-akar sihir muncul dari lingkaran itu, melilit tubuh besar Goblin Chief, menahannya di tempat. Monster itu menggeram dan mencoba melepaskan diri, tapi cengkeraman akar itu semakin kuat, menahannya di tanah.
Sylvia tersenyum puas. "Itu dia. Sekarang, kau sudah memahami kekuatanmu."
Kazuma mendekat, kelelahan namun puas. Dengan Goblin Chief yang kini terjebak oleh sihirnya, dia tahu bahwa ini adalah kemenangannya. Tapi, lebih dari itu, dia kini menyadari bahwa dunia ini jauh lebih kompleks daripada sekadar melemparkan serangan besar.
Petualangannya baru dimulai, dan dia harus terus belajar bagaimana menggunakan kekuatan overpower-nya dengan bijak.