Runa seorang gadis cantik yang sudah lelah menjalin hubungan dengan kekasihnya yang posesif memilih mengakhiri sepihak. namun apakah Abi akan membiarkan gadis yang sudah di claim sebagai miliknya lolos dari genggamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wattped Love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Putus
Seperti biasa kantin SMA antariksa selalu ramai di jam istirahat. Anak-anak berhamburan untuk mengisi perut laparnya setelah menguras otak berjam-jam di kelas.
Kantin yang tadinya ramai tiba-tiba menjadi hening saat tiga siswa cantik memasuki kantin.
Mereka berjalan bak model di atas catwalk. Mengibaskan rambut panjangnya membuat kecantikan ketiga perempuan itu semakin terpancar.
Seragamnya yang ketat dan rok yang lebih pendek membuat lekukan tubuh mereka semakin terlihat. Tentu saja tidak ada yang berani menegur anak donatur terbesar SMA antariksa. Runa Liliana Mahendra anak semata wayang dari marga Mahendra. Pengusaha sukses dan kaya raya.
" gila makin cantik aja bebeb runa." celetuk Alex. cowok keturunan bule yang terkenal playboy.
Plak
" Sakit anjing." teriak Alex mengusap kepala belakangnya yang tiba-tiba di gampar.
" Mau mati lo!" ucap Deni menujuk laki-laki yang duduk tepat di depan Alex dengan dagunya.
" Hehe....sorry brother." kekeh Alex cengengesan.
Tubuhnya merinding saat melihat tatapan tajam yang mengarah padanya.
" Hai..." suara merdu menghampiri meja yang terisi empat laki-laki.
" Hai Amel....hai cika." balas Alex dan Deni berbarengan.
Amel dan Cika hanya memutar bola matanya malas mendengar sapaan cowok-cowok playboy cap buaya itu. Alex dan Deni memang terkenal suka gonta-ganti pasangan. Hampir semua siswa cantik pernah menjadi korban mereka. Tentunya kecuali mereka bertiga.
" Kok gue ngga di sapa sih!" protes runa pura-pura marah.
" Takut oyyy pawangnya galak." canda Alex tertawa kecil.
Runa balik tertawa menanggapi candaan alex. Matanya berpindah atensinya pada laki-laki yang dari tadi menatapnya intens.
" Hai...baby." Sapa runa tersenyum cerah. Kedua tangannya bertumpu pada meja tepat di depan laki-laki itu.
" Hmm."
" Ayo putus." dua kata yang keluar dari bibir kecil itu menarik atensi penghuni kantin. Suaranya yang cukup keras membuat para siswa mendengarnya.
Uhukk
Uhukk
Deni saja sampai tersedak kuah bakso yang tengah di seruputnya.
"Alamak perang ketiga ini." guman Alex lirih.
" Ulangi!" suara berat laki-laki itu terdengar menakutkan siapa saja yang mendengarnya.
Tentu tidak bagi runa. Hampir satu tahun menjalin hubungan. Ia sudah hafal dengan watak kekasihnya.
" Ayo kita putus Abi." runa kembali mengulangi ucapannya. mengabaikan tatapan tajam sang kekasih yang sebentar lagi jadi mantan.
" Kamu terlalu baik buat aku dan...." runa menggantung ucapnya. Ia mempersempit jarak keduanya.
Wajah keduanya begitu dekat. Mata mereka saling menatap dengan pandangan yang berbeda.
" Membosankan." lanjut runa.
Setelah perkataan runa yanga terakhir. Kantin semakin hening. Mereka seakan sedang menonton drama nyata didepannya. Menunggu reaksi sang pria yang terkenal dingin dan kejam di antariksa.
Tanpa menunggu jawaban dari sang mantan kekasih. Runa mengajak kedua sahabatnya untuk pergi.
" Cabut."
Abi merapatkan mulutnya namun mata tajamnya tak lepas dari sosok perempuan yang berjalan keluar dari kantin. Kedua tangannya mengepal kuat di bawah meja. Menahan emosi yang kapan saja bisa meledak.
" Den tampar gue." Ucap Alex pelan.
Plak
" Kok lo tampar gue sih!" Alex menatap protes Deni. Pipinya terasa panas dan perih.
" Kan elo yang nyuruh ogeb." bantah Deni.
" Anjir gue kira lagi mimpi." bisik Alex di telinga Deni.
Genta yang dari tadi diam. Hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah bodoh kedua sahabatnya.
" Gue terlalu baik dan membosankan?" Abi tersenyum miring mengulang kembali ucapan kekasihnya.
Belum tahu saja sudah berapa puluh nyawa yang habis di tangannya. Sepertinya kekasihnya itu perlu sedikit diberi hadiah kecil.
Sedangkan runa dan kedua sahabatnya tengah berada di kelas. Cika dan amel masih tidak percaya, akhirnya runa memutuskan pacar terlamanya itu. Lebih tepatnya sih salah satu pacarnya. Tentu saja runa bukan perempuan yang cukup hanya dengan satu laki-laki. Bahkan saat masih berpacaran dengan Abi, runa masih sering jalan dengan cowok lain di belakang kekasihnya.
" Sekarang tepati janji lo." tagih runa yang tengah mempoles bibirnya dengan lipstik berwarna pink.
" Iya...iya... Orang kita udah siapin dari lama kok. Lo nya aja yang masih betah sampe sekarang. Perasaan perjanjiannya dua bulan kok jadi satu tahun lebih." sindir Amel.
" Iya bener tuh, atau jangan-jangan lo udah cinta yah sama Abi." tuduh Cika menatap runa penuh curiga.
" Helloo..... bestieku yang cantik tapi lebih cantikan gue. Dengerin nih yah, Ngga ada dalam kamus princess runa ada kata jatuh cinta."
" Semuanya tuh ada timbal baliknya. Selama dia mampu nurutin semua keinginan gue mereka boleh jadi pacar gue." jelas runa memanyunkan bibirnya yang jadi lebih berwarna di depan cermin sedang di tangannya.
" Apa passwordnya sayang...."
" Selain donatur dilarang mengatur." kompak Cika dan amel sembari tertawa.
Memang runa berpacaran dengan Abi bukan tanpa sebab. Taruhan yang sahabatnya berikan satu tahun yang lalu cukup menarik. Sebuah jam tangan merek ternama limited edition yang saat itu sedang booming dan hanya di jual tiga buah di dunia.
Runa cukup mengajak Abian kaisar rakabumi menjadi kekasihnya hanya dalam waktu dua bulan. Sosok siswa laki-laki yang terkenal dingin dan kejam dengan prestasi yang memenuhi lemari piala SMA antariksa. Apalagi Abi terkenal anti kepada siswi-siswi yang mendekatinya. Ada juga kabar yang beredar jika abi adalah laki-laki homo.
Runa yang tidak pernah berpacaran dengan laki-laki semacam Abian tentu saja tertantang untuk mendekati Abi. Biasanya para pria lah yang mengejarnya lebih dulu. Dan benar saja saat pertama kali runa mengajak berkenalan. Dengan sombongnya dirinya di tolak laki-laki itu.
Tapi runa tidak pernah menyerah. Hampir setiap hari ia menempeli kemanapun Abi pergi. Di kelas, kantin, perpustakaan, lapangan bahkan kamar mandi, runa selalu mengikuti abi. Ya tentu saja saat di kamar mandi, runa hanya menunggu di depan pintu. Tidak mungkin dirinya ikut masuk. Bisa-bisa ia di panggil ke ruang BK karena di kira mesum. Bahkan kata-kata pedas yang Abi ucapan seperti angin lalu bagi runa. Pada akhirnya Abi menyerah saat itu.
" Lo yakin mau jadi pacar gue?" tanya abi serius.
Kedua tangannya mengurung tubuh runa yang lebih kecil dari tubuhnya menempel di tembok. Mereka tengah di depan gedung lab biologi.
"Iya gue tertarik sama lo, udah jelas kan?"
" Tertarik?"
" Yah, lo satu-satunya laki-laki yang ngga terpesona sama kecantikan gue di antariksa ini."
Abi tidak berhenti menatap bibir runa yang tidak berhenti tersenyum." terus loh mau apa?"
Dengan berani runa mengusap pipi kanan Abi. Mengelusnya begitu lembut.
" Kita pacaran?"
Woww sungguh Abi akui keberanian perempuan di depannya ini. Belum ada satupun orang yang berani memegang tubuhnya tanpa seijinnya.
Tersenyum tipis, abi memiringkan kepalanya. Mendekatkan wajahnya sampai hidung keduanya hampir bersentuhan.
" Okeh kita pacaran. Gue berharap lo ngga akan menyesal nanti."
***
Diparkiran Abi dan ketiga sahabatnya tengah duduk di atas motor tempat biasa mereka parkir. Dan hanya kendaraan mereka berempat yang boleh parkir di sana. Tentu saja dengan uang apapun bisa dilakukan.
Orang yang mereka tunggu-tunggu terlihat berjalan mengarah ke gerbang. Lebih tepatnya hanya Abi yang menunggu. Yang lain hanya menemani sebagai sahabat yang setia kemanapun sang bos pergi.
Tau jauh dari mereka runa, Amel, dan Cika berjalan santai. Sesekali mereka terlihat tertawa di sela-sela obrolannya.
" Run...ada mantan lo tuh." ucap Cika pelan menyenggol bahu kanan runa yang pertama kali menyadari keberadaan Abi dan gengnya.
Entahlah apa mereka sudah bisa di sebut mantan atau belum. Yang pasti kabar runa memutuskan Abi sudah tersebar luas seantero SMA antariksa.
" Bodo amat, gue ngga peduli." balas runa cuek.
Sejak ucapannya di kantin sikap runa berubah 360° derajat. Runa yang biasanya selalu menempel abi. Sekarang cuek bebek bahkan meliriknya saja tidak. Meskipun runa sadar dari tadi mantannya itu tak lepas menatapnya.
Tapi inilah sifat asli runa, ia akan bodo amat dengan apapun yang sudah bukan urusannya. Apalagi seseorang yang sudah tidak ia butuhkan.
Terdengar kejam tapi terbiasa hidup enak sejak kecil. membentuk pribadi runa yang angkuh dan sombong. Runa selalu berpikir apapun yang ia inginkan akan selalu ia dapatkan. Runa tidak butuh orang lain, tapi mereka lah yang butuh dirinya.
Mereka melewati Abi dan teman-teman nya seakan tidak saling mengenal.
" Lo yakin ngga ikut kita aja?" tanya Cika memastikan. Mereka tenang berdiri di depan gerbang. Juga ada supir Cika yang menunggu.
Diantara mereka bertiga hanya runa lah yang rumahnya tidak searah. Runa yang terbiasa berangkat dan pulang bersama mantan kekasihnya, hari ini ia harus memesan taxi setelah putus.
Karena supirnya sedang mengantarkan bundanya pergi. Sedangkan supir sang bunda sedang ijin. Ini juga salah runa sendiri karena tidak mengabari supirnya sejak awal. Pasalnya runa juga tidak tahu jika akan memutuskan hubungan hari ini. Ia hanya spontan saja saat Amel memamerkan jam tangannya di layar hp.
" Ya udah kita duluan yah." pamit amel dan Cika.
" Iya udah sana, kasian tuh supir lo lama udah lama nunggu." balas runa.
" Dadahh..."
" Bayy...."
Setelah mobil cika sudah pergi. Dela mengutak-atik hpnya memesan greb.
Tiba-tiba hp di tangannya melayang berpindah ke tangan Abi yang tiba-tiba muncul di sampingnya.
" Balikin hp gue." sentak runa berusaha merebut hpnya dari tangan Abi.
Namun Abi dengan sengaja memasukkan hp itu di saku celananya. Mata runa melotot melihat itu. Mau ngambil takut salah pegang bisa panjang urusannya nanti.
" Lo apa-apaan sih!" marah runa. Dirinya sudah capek setelah ulangan mendadak sebelum jam pulang. Sekarang ia hanya ingin pulang mandi dan tidur. Tapi mantannya itu sepertinya tidak akan mempermudah keinginannya.
" Pulang sama aku."
" Ogah." sewot runa melipat kedua tangannya di dada.
" Pulang sama aku atau hp kamu aku sita?" ancam Abi.
Runa menatap tajam Abi yang seenaknya. Tidak ada sejarahnya yah runa mau diantar oleh mantannya. Bagi runa jika sudah mantan berarti harus di buang.
" Kita itu udah mantan yah!"
" Bagi aku, kamu tetap pacar aku." bantah Abi.
" Ayok aku antar kamu pulang." Abi menarik tangan runa menuju motornya terparkir.
" Ihh lepas....gue ngga mau!" Runa meronta berusaha melepaskan tangannya yang di genggaman erat Abi.
Berulang kali memukul-mukul tangan Abi dengan tangan kecilnya. Tapi tidak ada hasilnya.
Akhirnya Runa menggigit tangan Abi kuat. Abi yang kaget membuat genggamannya terlepas. Runa tidak menyia-nyiakan kesempatan itu langsung saja dirinya berlari menjauh. Kebetulan teman kelasnya sedang lewat.
" Roy gue nebeng dong."
Roy yang melihat Abi berlari ke arahnya menatap runa yang berdiri dengan puppy eyesnya.
" Naik."
Runa tersenyum lebar. Ia langsung naik ke jok motor Roy. Setelah Runa naik roy langsung melajukan motornya meninggalkan area sekolah. Runa menjulurkan lidahnya mengejek ke arah abi saat jarak keduanya semakin dekat.
Dengan sengaja tangannya memeluk pinggang Roy. Abi menendang angin melampiaskan kekesalannya.
"Sial, awas kamu baby."
***
Motor Ducati berwarna merah berhenti di depan gerbang rumah mewah.
Runa turun dari motor itu, melepaskan helmnya." Btw makasih yah tumpangannya."
" Iya santai." Roy menerima helm yang tadi di pakai runa.
" Mau mampir, ehh tapi jangan deh bokap gue galak." ucap runa menakut-nakuti.
" Hahaha....nanti aja kali udah jadi calon mantu." canda Roy tertawa kecil.
" Ngarep loh."
" Hahaha."
" Udah sana pulang loh, entar di cariin emak lo lagi. Kan anak mamah." sindir runa tertawa mengejek.
" Sialan lo."
" Ya udah gue pergi yah. Salam buat bokap sama nyokap lo." pamit Roy.
" Hmm."
Runa masuk kerumahnya setelah motor Roy tidak terlihat. Ya iyalah cepet orang rumahnya di samping rumah runa.
Runa dan Roy memang tetanggaan. Bahkan mereka berteman sejak kecil.
Sampai rumah runa langsung masuk ke kamarnya. Ayah dan bundanya juga belum pulang. Jadi ia memilih untuk mandi dan tidur sebentar. Tubuhnya rasanya sangat lelah hari ini.
Kamar runa sangat besar dengan tema pink soft. Terdapat ranjang yang cukup besar dengan boneka beruang berwarna putih berukuran besar di atas kasurnya. Meja rias yang penuh dengan alat-alat kecantikannya. Sofa dan meja di pojok ruangan yang mengarah ke balkon.
Juga ada ruangan walking closet yang berisi semua pakaiannya juga aksesoris seperti jam tangan, sepatu, sendal, topi, tas dan masih banyak lagi. Tentunya juga dengan kamar mandi dalam yang di desain sendiri oleh runa. Kamar mandi luas yang tersedia shower dan bathtub. Juga tempat cuci tangan dengan cermin besar.
Runa termasuk tipe perempuan yang sangat suka kebersihan. Setiap hari kamarnya harus di bersihkan dengan teliti dan barang-barangnya harus sesuai tempatnya. Dan runa hanya percaya pada satu maid yang membersihkan kamarnya. Namanya mbok siti, wanita paruh baya yang mengurusnya sejak ia bayi. Jadi runa sangat dekat dan percaya kepada mbok Siti itu.
Menjadi anak tunggal tidaklah semenyenangkan itu. Apalagi dengan orang tua yang selalu sibuk bekerja membuat runa sering kali kesepian. Saat kecil runa hanya bermain di temani mbok Siti. Ia tidak bisa bebas bermain dengan anak kecil yang lain dengan leluasa.
Terlahir dari keluarga pengusaha yang sukses pastinya juga ada sisi negatifnya. Seperti saingan bisnis ayahnya yang bermain licik bahkan mereka rela menukar nyawa hanya untuk jabatan yang lebih tinggi. Barulah saat runa SMP bundanya sudah tidak menjadi sekretaris ayahnya. Sekarang di gantikan om Reno sebagai sekretaris ayahnya.