menceritakan seorang anak perempuan 10tahun bernama Hill, seorang manusia biasa yang tidak memiliki sihir, hill adalah anak bahagia yang selalu ceria, tetapi suatu hari sebuah tragedi terjadi, hidup nya berubah, seketika dunia menjadi kacau, kekacauan yang mengharuskan hill melakukan perjalanan jauh untuk menyelamatkan orang tua nya, mencari tau penyebab semua kekacauan dan mencari tau misteri yang ada di dunia nya dengan melewati banyak rintangan dan kekacauan dunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YareYare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 7. Orang Gila
Beberapa waktu yang lalu, saat Levia dan Yuli sedang berbicara di bawah pohon, Levia terkejut setelah mendengar bahwa sebuah pohon raksasa muncul sekitar satu bulan yang lalu. Hal itu membuat Levia kebingungan, karena bagi Levia, rasanya baru satu minggu saja. Sementara itu, di waktu yang sekarang, terlihat Hill, Levia, Yuli, dan Erik sedang berjalan di tengah hujan deras menuju sebuah rumah bekas bangsawan yang ada di ujung desa untuk menyelidiki pembunuhan yang baru saja terjadi di desa. Setelah terus berjalan, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, lalu Hill pun berkata:
"Kemarilah, jejaknya ada di pinggiran rumah besar ini."
Mereka mengikuti Hill berjalan, sampai akhirnya mereka sampai dan Erik pun berkata:
"Sepertinya jejaknya sudah hilang karena hujan deras ini. Mungkin pilihan terbaik kita adalah menghancurkan pintu rumah ini agar kita bisa masuk."
Mereka setuju untuk melakukannya, lalu akhirnya mereka berada di depan pintu rumah bangsawan yang terkunci. Erik pun mulai mengangkat kakinya untuk menendang pintu itu. Levia pun berkata:
"Hanya tendangan saja? Apakah itu berhasil?"
"Kekuatan ku mengandalkan otot. Aliran energi sihir yang ada di dalam diriku akan memperkuat tendanganku. Menghancurkan pintu ini sangat mudah."
Seketika, Erik bersiap untuk menendang pintu itu. Hanya dengan sekali tendangan, Erik berhasil membuat lubang kecil di tengah pintu tersebut. Erik pun mencoba menendangnya lagi untuk menghancurkan pintu itu, tetapi saat Erik akan memulai tendangan keduanya, tiba-tiba dari belakang ada seseorang yang berbicara:
"Tunggu dulu, jangan hancurkan sesuatu yang ada di rumah ini. Di rumah itu tidak ada apa-apa."
Mereka berempat langsung berbalik ke belakang.
"Sebaiknya jangan dihancurkan. Untuk sekarang, kembalilah. Mungkin kalian belum makan."
Seketika, Yuli pun berkata:
"Ibu Jill? Kenapa kamu di sini?"
"Aku khawatir dengan kalian. Untuk sekarang, ayo kita kembali dulu. Kalian bisa pikirkan lagi setelah di rumah."
Mereka pun mulai berjalan kembali ke desa. Di tengah perjalanan, terlihat Erik yang terus menoleh ke belakang. Waktu terus berlalu, dan hari sudah malam. Di rumah Ibu Jill, terlihat Hill, Levia, Yuli, Erik, dan Ibu Jill sedang makan. Lalu, Levia pun berkata:
"Waaahhh, makanan buatan Ibu Jill selalu enak! Setiap hari makan daging yang enak ini, membuatku tidak ingin pergi dari desa ini. Hahahaha."
"Hey, Levia, kita harus segera pergi setelah masalah di sini selesai."
"Iya, iya, Hill. Hahahaha."
Tak lama kemudian, Yuli mulai berbicara dengan wajah yang terlihat senang dan berkata:
"Semua, dengarkan! Setelah masalah di desa ini selesai, aku dan Erik berencana untuk menikah. Selama ini kami selalu bersama, tetapi Erik selalu merasa dirinya belum siap untuk menikahiku karena takut tidak bisa membahagiakanku. Tetapi akhirnya Erik mau, jadi setelah masalah di desa ini selesai, kami akan ikut dengan Hill dan Levia sebagai sepasang suami istri."
Setelah mendengar hal itu, mereka pun bertepuk tangan dengan gembira, lalu Ibu Jill berkata:
"Kalau begitu, besok saja."
Seketika, yang lainnya diam dan melihat Ibu Jill.
"Aku sebagai kepala desa di sini akan membuat pesta besok untuk kalian berdua. Aku akan mengundang seluruh warga desa. Meski desa ini memiliki warga yang sedikit, tidak sampai 40 orang, tetapi mereka pasti akan datang semua. Kita akan membuat pesta di depan rumahku. Apakah kalian tidak keberatan mengadakan pernikahan di saat hujan?"
Setelah mendengar hal itu, Erik pun menjawab:
"Ibu Jill, untuk tempat, aku tidak mempermasalahkannya, tetapi saat ini desa sedang ada kasus pembunuhan yang belum kami selesaikan. Jadi rasanya berat bagiku jika melakukannya besok."
"Sebenarnya, tadi aku dan warga desa sudah membicarakannya. Kami tidak ingin membuat kalian terlibat bahaya, jadi kami berencana untuk mencari tahu sendiri sebagai penduduk desa ini. Kalian sudah hampir dua minggu berada di sini, kalian sudah kami anggap sebagai keluarga, jadi yang di sini biarkan saja kami yang melakukan sesuatu. Kalian bisa melanjutkan perjalanan kalian."
Seketika, semuanya mulai terdiam dan memikirkan apa yang harus mereka lakukan: apakah menuruti Ibu Jill atau tetap menyelidiki apa yang sudah terjadi di desa ini. Erik, yang melihat wajah Ibu Jill, bisa melihat ekspresinya yang sangat serius. Tak lama kemudian, Hill berbicara:
"Aku akan menuruti perkataan Ibu Jill. Aku tidak ingin berlama-lama di sini. Aku ingin segera memulai perjalanan lagi."
Erik, yang sudah mengetahui tujuan Hill dan Levia, mulai berpikir.
...Aku merasa tidak bisa membiarkan para orang tua melakukan hal yang berbahaya, tetapi di sisi lain, Hill saat ini sedang berjuang untuk bertemu dengan ibunya. Aku harus memilih: mengutamakan orang yang sudah tua atau seorang anak kecil...
"Apapun keputusannya, aku akan tetap mengikuti apa yang Hill inginkan. Jika Hill ingin segera berangkat, maka aku pun memilih seperti itu."
...Levia sudah memutuskan. Sama seperti Yuli, Yuli pasti akan mengikuti keputusan ku...
Setelah lama berpikir, akhirnya Erik memutuskan:
"Baiklah, aku akan menuruti perkataan Ibu Jill. Aku merasa tidak enak meninggalkan para orang tua di sini, tetapi kalian mempunyai banyak orang yang bisa saling membantu. Aku berterima kasih kepada Ibu Jill karena mau membuat pesta untuk pernikahan kami. Setelah pesta selesai, kami akan berangkat melakukan perjalanan."
Mereka sudah memutuskan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Waktu pun berlalu. Erik dan Yuli kembali ke tempat mereka, sementara itu di perjalanan, Yuli pun berkata:
"Erik, apakah kamu yakin tentang ini?"
"Aku melihat tatapan Ibu Jill, dia sangat serius dan tidak ingin merepotkan kita. Mungkin dia khawatir kepada kita. Orang-orang di sini sangat baik, tetapi aku melihat Hill. Dia melakukan perjalanan hanya berdua dengan seorang peri, membuatku ingin sekali segera membantunya."
"Aku juga, Erik. Aku ingin membantu Hill. Terkadang aku merasa sedih saat melihat ekspresi Hill. Anak sekecil itu harus melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan."
Waktu terus berlalu sampai akhirnya malam pun sudah berakhir. Keesokan harinya, terlihat banyak orang menggunakan jas hujan sedang mengadakan pesta untuk merayakan pernikahan Yuli dan Erik. Para warga mengucapkan selamat kepada mereka berdua. Tak lama kemudian, terlihat Levia yang sedang menari bahagia lalu berteriak:
"Daging yang ada di desa ini sangat enak sekali! Woowwwww, Ibu Jill, aku suka masakanmu!"
"Hahahaha, kalau begitu aku akan memberikanmu beberapa daging untuk perjalanan kalian."
"Eh, benarkah? Aku senang sekali!"
Mereka terus berpesta. Waktu terus berlalu, perlahan-lahan para warga satu per satu kembali ke rumahnya. Sore hari pun tiba, pesta sudah selesai. Terlihat hanya ada Hill, Levia, Yuli, Erik, dan Ibu Jill yang sedang duduk di dalam rumah Ibu Jill. Lalu, Erik pun berkata:
"Besok kita akan memulai perjalanan. Sebaiknya kalian melakukan persiapan."
"Hill, ini ada daging, roti, air minum, dan sedikit buah-buahan untukmu."
"Terima kasih, Ibu Jill."
...Akhirnya aku bisa pergi ke Kota Magi. Sekarang ada Kak Erik dan Kak Yuli, aku merasa sedikit tenang karena mereka bersedia membantu kami. Oiya, aku harus memasukkan pemberian Ibu Jill ke dalam kantong sihirku...
Hill membuka tasnya, lalu mengambil kantong sihir dan memasukkan bekalnya ke kantong sihir itu. Lalu, Hill pun mengambil buku putih pemberian ibunya.
...Sudah lama aku tidak membuka buku ini. Ini adalah buku berharga pemberian ibu ku...
Hill pun mulai membuka bukunya, melihat-lihat buku yang memiliki gambar dan tulisan yang tidak bisa ia mengerti. Lalu, Yuli yang melihat hal itu berkata:
"Buku mu bagus sekali, Hill."
"Ini adalah buku yang diberikan oleh ibu ku, tetapi aku tidak mengerti dengan tulisannya."
"Biar ku lihat... Hmm, buku ini memiliki huruf kuno."
"Huruf kuno?"
"Aku pernah membaca sebuah buku yang membahas tentang sejarah, dan aku melihat ada sebuah tulisan yang sama seperti ini. Hanya ada sedikit orang yang bisa membaca tulisan kuno."
Waktu pun terus berlalu. Terlihat Yuli dan Erik sudah tidak ada, dan Hill, Levia, serta Ibu Jill pun mulai tertidur. Sementara itu, di tempat kediaman Yuli dan Erik:
"Yuli, sebenarnya ada sesuatu yang membuatku penasaran. Aku akan pergi ke rumah bangsawan yang ada di ujung desa sekarang. Kamu bisa tidur duluan."
"Apakah tidak bisa menunggu besok saja?"
"Besok kita akan berangkat. Sebelum kita pergi, aku ingin cek tempat itu. Mungkin saja aku akan mendapatkan petunjuk untuk mempermudah penduduk desa."
"Baiklah, tolong jangan terlalu lama."
"Tenang saja, sayang."
"Hahaha, kamu bisa aja."
Erik pun mencium pipi Yuli lalu pergi. Sementara itu, di tempat Hill yang sedang tertidur:
"Hill, pergilah ke kota DISHA."
"Siapa itu? Di mana aku?"
...Apakah aku sedang bermimpi? Aku berada di sebuah tempat putih. Aku mendengar suara seorang wanita berbicara, yang entah dari mana dia berbicara...
Sementara itu, di tempat lain, terlihat Erik yang sedang berada di depan pintu rumah bangsawan di ujung desa.
...Sebaiknya aku menghancurkan pintu ini...
Erik pun menendang berkali-kali pintu itu sampai akhirnya pintu itu rusak. Lalu, dengan pelan-pelan, Erik mulai masuk ke dalam rumah bangsawan.
...Aahhh, bau sekali. Aku mencium bau yang sangat menyengat. Lalu, di sini sangat gelap...
Di rumah itu, terdapat aula yang luas. Di depan Erik, ada sebuah tangga besar. Erik pun terus berjalan lurus semakin ke dalam rumah bangsawan.
...Banyak sekali barang-barang yang sudah rusak di sini. Ada lukisan wajah seorang pria di atas sana. Tunggu dulu, apakah itu lukisan? Semakin aku mendekatinya, itu terlihat seperti nyata. Itu bukan lukisan, itu seperti sebuah tanah liat yang membentuk wajah dan menempel di sebuah bingkai...
Erik terus berjalan sambil melihat-lihat ke arah sekelilingnya. Banyak sekali pintu, tetapi semuanya terkunci. Tak lama kemudian, di depan Erik terlihat sebuah bayangan seseorang yang menggunakan jubah. Setelah Erik melihatnya, bayangan itu langsung berlari.
"Siapa itu? Tunggu!"
Erik pun mengejar bayangan itu. Dia terus berlari sampai akhirnya Erik dan bayangan itu berada di tempat buntu. Di samping bayangan itu ada sebuah pintu, lalu bayangan itu menembus pintu itu dan masuk ke dalam ruangan. Seketika, Erik mulai menendang pintu itu sampai terbuka. Setelah terus menendang, akhirnya pintu itu hancur. Erik pun melihat bayangan itu sedang berdiri di dalam ruangan. Lalu, Erik mulai masuk ke ruangan itu, mendekati bayangan itu dengan hati-hati. Setelah mulai masuk ke ruangan itu, seketika Erik terkejut. Tiba-tiba, wajah Erik terlihat pucat dan mengeluarkan keringat di wajahnya. Erik yang panik pun segera berlari kembali.
...Aku sebenarnya sudah merasa aneh dengan desa ini. Kenapa mereka selalu memiliki banyak daging, sedangkan setiap aku berkeliling di hutan dekat desa, aku tidak melihat satupun hewan atau monster? Aku harus segera memberitahu Yuli. Kita harus cepat pergi dari sini...
Waktu pun berlalu, malam sudah berakhir. Di kediaman Yuli dan Erik, terlihat Yuli sedang duduk.
...Oh tidak, aku sangat khawatir. Ini sudah pagi, Erik masih belum kembali. Tengah malam tadi, Ibu Jill datang membawa masakan untuk kami. Aku menyisakannya untuk Erik, saat dia datang mungkin akan lapar. Sebaiknya aku hangatkan...
Waktu berlalu, Yuli menunggu Erik, tetapi Erik masih belum datang juga. Yuli semakin khawatir dengan Erik.
...Mungkin dia sekarang ada di tempat Hill. Sebaiknya aku lihat ke sana...
Waktu berlalu, di rumah Ibu Jill, terlihat Hill dan Levia yang sudah bersiap berangkat, sedang menunggu Yuli dan Erik. Levia pun berkata:
"Hill, aku tidak melihat Ibu Jill dari tadi. Kemana dia?"
"Aku tidak tahu, semenjak aku bangun dia sudah tidak ada."
Tak lama kemudian, Yuli datang.
"Hill, Levia, apakah Erik ada di sini?"
"Aku tidak melihatnya. Justru sekarang ini, aku dan Hill sedang menunggu kalian, karena kita akan segera pergi, kan?"
"Sebenarnya, Erik pergi tadi malam ke rumah bangsawan yang ada di ujung desa itu, dan sampai sekarang dia belum kembali."
"Mungkin dia ketiduran di sana."
"Itu tidak mungkin. Sebaiknya aku pergi ke sana untuk melihatnya, aku sangat khawatir."
"Tunggu, kami ikut bersama mu."
Hill, Levia, dan Yuli pun menggunakan jas hujan mereka, lalu mereka pergi ke rumah bangsawan. Mereka terus berjalan. Levia pun berkata:
"Hey Yuli, ini hanya perasaanku saja, atau kalian merasakan hal yang sama? Rasanya desa ini terlihat berbeda."
"Aku juga merasakannya, dari tadi kita berjalan tetapi tidak melihat satu pun warga desa. Biasanya ada yang berjalan atau duduk di depan rumah mereka."
Waktu pun terus berlalu sampai akhirnya mereka bertiga sampai di depan pintu rumah bangsawan.
"Yuli, Hill, lihat! Sepertinya pintu itu rusak karena Erik. Kita harus segera masuk."
Mereka bertiga mulai memasuki rumah itu, dan mereka pun menaiki tangga dan terus berjalan. Levia pun berkata:
"Bau sekali di sini. Semakin kita masuk ke dalam, semakin menyengat baunya. Rasanya aku ingin muntah."
"EEERRRIIIIKKKK, EEEERRRRIIIKKK."
"Hill, Yuli, kita kembali saja, yuk. Sepertinya Erik tidak ada di sini. Aku tidak kuat mencium aroma tempat ini."
"Levia benar, mungkin dia tidak ada di sini. Kak Yuli, mari kita kembali dan mencari Kak Erik di tempat lain."
Mereka bertiga pun mulai berjalan kembali. Tak lama kemudian, terdengar banyak langkah kaki yang mendekat. Setelah mendengar itu, mereka merasa tidak enak lalu mulai berjalan ke arah sebaliknya. Yuli pun berkata:
"Kita harus cepat mencari tempat bersembunyi."
Dengan rasa panik, mereka bertiga terus menjauhi suara langkah kaki itu. Tak lama kemudian, suara langkah kaki itu bergerak cepat.
"Oh tidak, mereka berlari! Kita harus segera sembunyi."
"Di depan sana jalan buntu!"
"Kak Yuli, Levia, lihat! Ada ruangan yang sepertinya terbuka di sana."
"Mari kita ke sana."
Dengan rasa panik, mereka bertiga lari ke ruangan itu dengan cepat, sampai akhirnya mereka masuk. Seketika, Yuli tanpa sengaja menginjak sesuatu lalu terjatuh.
"Aduh, sakit sekali."
Saat terjatuh, Yuli melihat ke arah Hill dan Levia.
"Hill, Levia, ada apa? Kenapa kalian melihat kakiku dengan ekspresi yang kaget seperti itu?"
Yuli pun melihat ke arah kakinya. Seketika, Yuli kaget melihat apa yang ada di dekat kakinya. Hill pun mulai melihat ke sekitar ruangan itu, lalu Levia berteriak sambil menutup mata Hill dengan kedua tangannya.
"Hill! Jangan melihatnya!"
Yuli pun berteriak histeris, dia melihat kepala erik yang sudah terpenggal di dekat kaki nya.
"Eriiiiikkkkkkkkk".
Sebuah ruangan yang sangat menakutkan, menjijikan, yang seharus nya tidak mereka lihat, ruangan yang besar banyak sekali mayat manusia yang terpotong, lantai yang di penuhi darah, levia pun berteriak sambil menarik tangan hill.
"Yuli ayok cepat pergi dari sini, yuliiiiiii.
Terlihat Yuli menangis histeris sambil memeluk kepala Erik. Levia panik menarik tangan Hill, lalu mereka keluar dari ruangan itu. Saat di luar, mereka melihat seseorang berdiri di depan mereka.
"Aduh, ya ampun, seharusnya kalian jangan ke tempat ini."
Levia terkejut melihat orang-orang yang ada di depan, para warga desa yang sedang memegang pedang. Saat itu, Hill hanya terdiam dengan wajah pucat, menunduk sambil melotot. Levia terus memegang tangan Hill, lalu berkata.
"Ibu Jill, apa maksudnya ini? Apakah itu perbuatan kalian?"
Dengan tersenyum, Ibu Jill menjawab.
"Hahaha, tentu saja."
"Kenapa kalian melakukan hal ini?"
Banyak sekali anak muda di desa ini yang pergi karena mereka tidak ingin tinggal di tempat yang selalu hujan. Kami yang sudah tua kesulitan mencari makan di sini, hewan-hewan tidak ada di sini, kami tidak kuat melakukan perburuan. Lalu kami minta tolong kepada tuan rumah ini, tetapi dia selalu mengabaikan kami. Tidak ada yang peduli dengan orang tua seperti kami. Kenyataan nya Bangsawan yang tinggal di sini tidak pergi, saat itu kami menyerang nya, kami membunuh keluarga nya, meski kami hanya orang tua, tetapi mereka tidak bisa melawan banyak orang, kami mengambil makanan mereka, lalu kami merasa itu tidak cukup, kami pun memotong keluarga bangsawan ini, lalu menempelkan wajah tuan rumah ke sebuah bingkai untuk menghina nya, saat itu pertama kali nya kami memakan daging yang belum pernah kami makan, itu sangat enak hahahahaha, semenjak itu kami ingin daging seperti itu lagi, setiap ada orang dari luar kami menyambut mereka, ketika mereka lengah kami menyerang nya".
"Kalian sangat buruk, padahal aku mempercayai kalian. Tapi kenapa kalian tidak menyerang aku, Hill, Erik, dan Yuli dari kemarin?"
"Karena kami tahu Erik sangat kuat. Meski kami bekerja sama untuk menyerang, kami tidak akan menang. Waktu itu, salah satu warga desa memaksa kami untuk segera membunuh kalian, kami tidak menyetujui nya karena berbahaya, tetapi dia keras kepala, lalu aku membunuh pria tua berengsek itu, waktu itu saat kalian mau masuk ke dalam rumah ini aku menghentikan kalian karena erik masih ada disitu bersama kalian, aku memikirkan cara agar erik lengah, kemarin aku sengaja memaksa kalian untuk segera pergi, karena kami tau di saat itulah erik pasti akan berusaha menyelidiki tempat ini sendirian sebelum kalian pergi, saat malam tadi dia sendiri kesini, aku melihat dia mengejar sebuah bayangan, kami tidak tau apa itu, tetapi berkat itu erik bisa sampai ke ruangan ini, di saat dia panik sendirian, yang dia fikirkan hanyalah memberi tau kalian, dia tidak memperhatikan sekitar nya, kami menyerang dia lalu taaa daaa, seperti yang kalian lihat sekarang hahahahahahah".
Terlihat Ibu Jill tertawa dengan wajah yang menyeramkan, membuat Levia kehilangan kata-kata karena melihat betapa gila-nya dia. Tak lama kemudian, di ruangan itu terdengar teriakan Yuli.
"Dasar berengsek, aku tidak akan memaafkanmu!, akan ku bunuh kamu".
"Oh ya ampun seram sekali, apakah kamu tau? Aku semalam mengantarkan mu masakan, dan itu adalah daging? Oh tanpa harus ku jelaskan mungkin kamu akan tau itu daging apa hahaha, dan seperti nya kamu memakan nya, sungguh ironis, seorang istri memakan suami nya".
"Dasar tua berengsek, aku tidak akan pernah memaafkan mu".
"Kamu berisik sekali, hey kalian buat dia diam".
Lima orang pria tua masuk ke ruangan itu, lalu terdengar suara Yuli yang teriak histeris. Secara perlahan, teriakan itu mulai menghilang.
"Akhirnya dia berhenti. Kita akan memakannya nanti."
Levia yang mendengar teriakan Yuli merasa sangat ketakutan.
"Levia sudah mati... Hill, Hill..."
Levia melihat Hill yang terus menunduk. Tak lama kemudian, Hill berbicara dengan nada yang sangat ketakutan.
"Oh tidak tidak tidak, selama ini aku memakan daging manusia, aaaaaaaa tidak tidak".
"Hahahaha, apa yang akan kalian lakukan sekarang? Seorang anak kecil dan seorang peri yang terlihat lemah. Aku penasaran, bagaimana rasanya peri?"
...Bagaimana ini? Hill saat ini sangat ketakutan, apa yang harus ku lakukan sekarang?
"Hill, sadar lah, ini bukan waktunya kamu memikirkan itu. Kita harus mencari cara untuk keluar dari sini."
"Dengan keadaan seperti ini, kamu merasa masih bisa selamat? Hahahah."
...Ibu, maafkan aku, aku sudah memakan sesuatu yang seharusnya tidak aku makan. Oh tidak, apa yang sudah aku lakukan?
"Hill, buatlah keputusan yang tepat. Keputusanmu bisa mempengaruhi orang yang ada di sekitarmu. Kamu tidaklah sendirian, kami melihatmu."
"Siapa itu?"
...Oh tidak, tempat ini lagi, tempat yang sama seperti di mimpi ku malam tadi. Berada di sini membuatku merasa tenang...
"Hill, apakah kamu yakin akan terus seperti ini? Dengar lah, saat ini Levia sedang memanggilmu. Aku tahu kamu merasa bersalah karena memakan mereka, tetapi kamu tidak mengetahuinya."
"Aku tidak bisa seperti itu, aku... aku..."
"Apakah kamu akan seperti itu saja? Sampai akhirnya kamu dan Levia terbunuh?"
"Tidak."
"Sadar lah."
Sementara itu, terlihat para orang tua itu mulai berjalan mendekati Hill dan Levia. Namun, di belakang mereka berdua hanya ada sebuah tembok. Levia terus berteriak kepada Hill yang sedang berdiri dengan kepala menunduk.
"Hill... Hill... Apa yang harus kita lakukan, Hill?"
"Levia, kamu bisa saja terbang ke atas mereka, meninggalkan ku, tetapi kamu tetap saja berada di dekatku. Terima kasih."
"Hill, akhirnya kamu berbicara. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Hill, yang saat ini sudah mulai merasa tenang, melihat keadaan sekitar. Terlihat para warga desa semakin dekat dengan Hill dan Levia. Hill terus mengamati sekeliling untuk mencari cara agar bisa kabur.
"Percuma, kalian tidak akan bisa lari."
"Hill, apa yang harus kita lakukan?"
"Levia, meski di depan terhalang oleh mereka, tapi di atas sangat luas. Lakukan hal yang sama seperti saat kita melompat di jurang waktu itu."
"Oh iya, karena panik aku tidak kepikiran seperti itu."
"Apa yang kalian rencanakan?"
Seketika, Levia terbang dan menarik baju Hill. Mereka berdua terbang di atas para orang tua itu dan berhasil melewati mereka.
"Levia, turunkan aku! Dari sini aku akan berlari."
"Tetapi mereka bisa saja menangkapmu."
"Jangan khawatir, aku sudah biasa berlari. Aku tidak ingin kamu kelelahan karena menarikku terlalu lama."
Setelah melewati para orang tua, Hill pun mulai berlari. Seketika, semua orang tua itu mengejar Hill.
"Hill, lari! Mereka cukup cepat!"
Hill terus berlari. Tiba-tiba, sebuah pedang terbang dengan cepat di samping kepala Hill, menggores pipi Hill, tetapi Hill tidak berhenti berlari.
"Hill, bagaimana ini? Mereka mencoba melemparkan pedangnya, ternyata meskipun mereka sudah tua, mereka masih memiliki tenaga yang lumayan besar!"
Setelah terus berlari, akhirnya Hill dan Levia berhasil keluar dari rumah bangsawan itu, dan mereka terus berlari. Para warga desa terus mengejar mereka, jarak antara Hill, Levia, dan para pengejar semakin dekat. Tiba-tiba, Hill tak sengaja terjatuh.
"Hill! Oh tidak!"
"Dasar anak sialan, rasakan ini!"
Seorang pria tua akan menusuk hill.
"Hilll, tidaaakk".
Hill yang merasa tidak akan sempat menghindar, tiba-tiba sebuah pedang hampir mengenai kepalanya. Hill menutup matanya, dan seketika itu juga sebuah gempa bumi besar terjadi, membuat para warga desa terjatuh.
"Wuaaaahhh! Ada apa ini, berengsek?!"
"Hill, ini saatnya kita lari!"
"Aku tidak bisa... gempa ini membuatku sulit berdiri."
Tak lama kemudian, sebuah portal hitam yang sangat besar muncul di depan Hill, Levia, dan para warga desa. Suara menyeramkan yang terdengar tidak asing mulai terdengar sangat keras, dan sebuah tangan besar muncul dari dalam portal itu perlahan. Kemudian, terdengar teriakan yang sangat keras, yang menyebut sebuah nama.
"Leeeeevvvvviiiiiaaaaaa!"
Semua orang yang ada di tempat itu, termasuk Levia dan Hill, menutup telinga mereka karena kerasnya suara itu. Mereka semua melotot, terkejut, dan melihat ke atas dengan ekspresi yang sama.
"Levia, itu..."
"Oh, yang benar saja! Di saat seperti ini?!"
Pada saat itu, Hill dan Levia langsung menyadari apa yang akan keluar dari portal hitam itu.