Abimana jatuh cinta pada seorang gadis cantik bernama Sarah Candra sejak pertemuan pertama dimalam mereka berdua dijodohkan.
Abimana yang dingin tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia menyukai Sarah.
Hal itu membuat Sarah khawatir, jika ternyata Abiamana tidak menyukai seorang wanita.
Berbagai hal ia lakukan agar mengetahui kebenarannya. Sampai pada akhir dimana Abi menyatakan perasaannya dan mengajak ia menikah.
Berbagai ujian menghampiri keduanya, hingga sempat terancam membatalkan pernikahan yang sudah disusun jauh-jauh hari, hingga kembalinya sang mantan kekasih yang meminta nya untuk kembali dan menyebar rahasia yang dilakukan Sarah jika ia menolak.
Akankah hubungan keduanya berhasil hingga ke jenjang pernikahan? Ataukah keduanya akan mencari jalannya masing-masing?
Simak terus disini, yah! 🖐️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairunnisa Nur Sulfani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Beri Tahu Ibu
Aku kesal sekali mendengar penuturan Jack, ia membuat mood ku berantakan. Harusnya ia tidak melakukan apa-apa, memang dia pikir dia siapa.
Pertama, ia menghalangi aku bertemu pacarku dan akhirnya ia menikahi perempuan lain, dan sekarang ia mengejekku. Dia maunya apa? Dia ingin bermain-main denganku.
" Fadil, aku ingin mengajak Jack ikut bersama kita! ". tuturku cuek pada Fadil.
" Tapi kenapa? Kenapa kau mau dia ikut? ". ujar nya penasaran.
" Kenapa lagi! Dia pengawalku! Tentu saja dia harus ikut kemana pun aku pergi ". jawabku antusias. Akhirnya Fadil mengalah dan mengiyakkan perkataanku. Setelah selesai bersiap-siap, aku memanggilnya dan menjelaskan maksudku.
Awalnya ia menolak dengan keras permintaanku, ia menjelaskan jika dirinya tidak di bayar untuk main-main, tapi setelah kupaksa dengan keras akhirnya ia mau.
Kami memasuki Kawasan Wisata Kuliner, kami mengunjungi berbagai tempat makan yang tersedia mulai dari Soto Padang, gado-gado, Bubur Kwang tung, Laksa Jakarta, Nasi Uduk, Nasi ulam, ketupat sayur, Asinan, Rujak shanghai, rawon, dan masih banyak lainnya. Dari semua kuliner yang kami cari ini, aku sebenarnya lebih suka membuat Jack kelelahan dan mau berhenti dari pekerjaannya.
Saat akan kembali ke Rumah, langkah kami terhenti karena ada seorang wanita yang memanggil Jack. Ia bilang perempuan itu adalah kenalannya dan bernama Sarah.
Sarah mengajak Jack untuk berhenti dulu dan pergi ke Cafe untuk membicarakan sesuatu yang penting, sebelum pergi ia meminta aku mengijinkannya.
" Kamila, aku ijin kesana dulu, bisakah kau pulang sendiri bersama Fadil?! ". pinta Jack dan aku hanya mengangguk cuek.
Aku sebenarnya tidak ingin dia pergi bersama wanita itu, terlebih pakaian wanita itu cukup terbuka. Tapi Fadil mengiyakan nya langsung dan malah menantang balik, mengatakan bahwa untuk apa aku dan dia menunggu Jack terlebih dahulu baru akan pulang.
Aku menghembuskan nafasku kesal, dan berlalu begitu saja menuju Mobil. Jika saja ini sedang tidak banyak orang, aku akan menghajar Fadil. Bisa-bisanya dia melakukan itu tanpa perintahku. Jack itu pengawalku dan dia di bayar untuk itu.
" Kenapa, kau marah? ". ejek Fadil saat akan kembali ke Rumah.
" Hhh, aku marah? Hahahah ". ejekku di sertai tawa paksa.
" Udah, Kamila, bilang aja kalau kesal, kita dari kecil udah barengan jadi aku tahu persis apa yang kamu rasain ". ungkap Fadil dengan penuh percaya diri.
Kami sampai rumah dengan keadaan yang cukup membosankan. Dan aku, aku akan mati kebosanan karena lelah melihat jam secara bolak-balik. Aku bertanya pada diriku sendiri, mengapa Jack belum juga pulang. Fadil hanya melihatku dengan memutar bola matanya bosan.
" Kamu kenapa sih? Telponin aja gih, kalau mau dia balik, capek mata aku liatnya! ". kata Fadil kesal. Aku balik menatapnya kesal. Jika aku punya tangan seribu, aku tidak perlu menghubunginya, aku hanya perlu mengambilnya dengan tanganku dan memasukannya ke botol.
" Heh, lo kenapa sih, Mila ketawa-ketawa sendiri! ". kata Fadil bergidik ngeri ke arahku ia langsung pergi menuju Kamarnya. Papa pun berjalan ke arahku, sebenarnya bukan menghampiriku, tepatnya papa hanya sedang bersantai di hari liburnya dengan acara duduk dekat tempatku berdiri.
" Pi, si Jack belum pulang tuh! Dia kan di bayar, kan? ". adu ku manja pada Papi. Berharap ia akan menelpon dan meminta Jack kembali ke Rumah.
" Yah biar aja sih, Mil. Inikan hari libur jugak! ". sahut Papa tak merasa bersalah. Aku hanya memanyunkan bibir tanda aku tidak setuju dengan perkataan Papi.
***
Saat akan pulang, tanpa sengaja aku bertemu dengan Nona Sarah, ia mengajakku untuk meminum kopi di Cafe dan ada yang ingin di bicarakan.
Sebenarnya aku enggan mengingat aku sedang menemani Kamila berbelanja. Tapi aku tahu, nampaknya Sarah sepertinya sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Jadi, sebagai sahabatnya, aku harus peduli padanya.
Aku pun khawatir, jika saja Sarah melakukan hal yang aneh, mengingat banyak pemberitaan di televisi yang mengabarkan hal seperti itu.
Aku juga merasa bersalah kemarin, saat Sarah membelaku dan menyalahkan dirinya sendiri.
" J, aku minta maaf sudah mengganggu waktumu, aku akan langsung ke intinya! Apa kau sudah pernah bertemu dengan Abi? ".
" Tidak, Sarah. Aku belum pernah bertemu dengannya. Bagaimana dengan hubungan kalian? ".
" Kami membatalkan pernikahannya. Oh ya, aku juga sudah menceritakan semua masalahku kepadanya! ". ungkapnya.
" Baguslah, Sarah ". jawabku tersenyum, walau pun sebenarnya aku merasa sedih akan kisahnya. Kami kembali canggung satu sama lain.
Mungkin karena kami belum pernah bicara baik sebelumnya. Maksudku bicara karena pekerjaan kami atau hal apapun. Siapa sangka, kami jadi membicarakan hal seperti itu. Sarah melihat ke arahku dan kami saling tersenyum canggung mencairkan suasana ini.
" Terima kasih, Jack. Sudah bersedia meluangkan waktumu untukku. Oh iya, aku hampir lupa, aku mungkin akan ke Luar negeri dalam waktu dekat ini! ". ungkap Sarah tersenyum tulus.
Aku tahu, hatinya sedang bersedih, tapi ia berusaha ikhlas menjalaninya. Aku suka akan sikap positif yang tertanam dalam diri Sarah. Meski kemarin ia melakukan hal salah, tapi aku percaya ia punya alasan tersendiri mengapa melakukannya.
Aku lega mendengar penuturan Sarah, jadi aku tidak perlu khawatir akan Abi. Aku percaya apapun keputusan Abi, ia akan bisa menjalani nya dengan baik dan keputusannya pasti sudah ia putuskan baik-baik. Karena ia adalah orang yang tidak mudah emosian dan suka berpikir dingin.
Aku sangat merindukkan Abi, aku tahu ia adalah orang yang baik. Hanya saja ia sangat dingin. Ia bukan tidak merindukanku, ia hanya ingin aku kembali dengan sendirinya.
Tentu, aku pun akan kembali nanti pada Abi, setelah kontrak pendek ini akan berakhir.
Aku berharap Abimana dan Sarah bisa melanjutkan hidup mereka masing-masing dengan baik.
Apapun keputusan yang mereka ambil, ku harap itulah yang terbaik. Karena mereka berdua adalah orang baik, jadi aku menitipkan banyak do'a baik untuk mereka pada Tuhan.
Tuhan pasti akan mengabulkan itu. Aku sangat merindukan Abimana, Ibu dan Adikku.
Aku harap Ibu juga tidak mengetahui masalah ini. Karena akan panjang sekali jadinya jika Ibu datang kemari.
Bukan karena Ibu suka membuat masalah, Ibuku adalah seorang Ibu yang baik dan lembut. Aku tidak ingin ia bertemu dengan Abi, karena Abi, dulu pernah mengatakannya padaku, jika Ibuku selalu berhasil mengingatkannya pada Ayahnya.
Aku tahu Abimana berusaha melupakan kenangan itu, karena kenangan yang tersisa antara ia dan ayahnya semuanya adalah kisah sedih baginya.
Karena saat itu, bagi orang-orang Ayahnya adalah Ayah yang gagal, bahkan bagi Ayahnya sendiri. Tapi bagi Abimana ayahnya adalah ayah yang memiliki pengaruh besar baginya. Ia di ajari banyak hal selama dengan ayahnya, menjadi lelaki yang tangguh, lelaki yang tegas, dan mau bekerja keras.
Itulah kenapa saat memakamkan Ayahnya, ia memilih tempat yang sunyi dan jauh dari suara-suara orang yang mengganggu. Ia memilih tempat yang rimbun dan Ayahnya bisa melihat langit seperti yang disukai nya semasa hidupnya.
Aku tahu banyak hal tentang Abi, bahkan masa kecilnya. Aku tahu Abimana kecil yang berusaha mengubah keadaan ekonomi nya. Pernah berjualan koran keliling tanpa sepengetahuan Ayahnya.
Aku juga tahu hadiah pertama yang ia berikan untuk Ayahnya, sebuah kasur baru. Tapi sayang, setelah itu ayahnya pergi untuk selamanya.
Abi kecil yang malang hidup dengan menggantikan pekerjaan Ayahnya. Ibunya yang mengetahui itu langsung menjemputnya.
Awaalnya ia tidak mau, tapi abi kecil itu berpikir akan membawanya ikut bersamanya. Membawa Ayah ke tempat baru dan ibu menyetujuinya. Aku tahu semua luka Abi, karena sejak kecil aku juga sudah berada disini, bersamanya.