Pukulan keras yang mendarat dikepala Melin, hingga membuatnya harus segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Namun sayangnya disaat Dia sadar, sakit usus buntu yang dideritanya beberapa Minggu terakhir membuatnya harus tetap dirawat di rumah sakit.
Johan pria yang baru mengenal Melin karena insiden pemukulan akhirnya menolong Melin dengan membayar seluruh biaya operasi, namun dengan sebuah syarat. Melin akhirnya menyetujui kesepakatan antara dirinya dan Johan untuk menikah menggantikan posisi Bella yang lebih memilih mantan pacarnya
Keesokan paginya setelah pesta pernikahan selesai, Johan segera pergi bekerja di luar pulau dan meninggalkan Melin tanpa sebuah alasan.
Tiga tahun berlalu, mereka akhirnya bertemu kembali disebuah pekerjaan yang sama.
Yuk, ikutin keseruan cerita selanjutnya. terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririen curiens, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi
tok..... tok.... tok.....
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Melin. Meskipun tubuhnya masih lemah namun Dia masih berusaha berdiri dan membukakan pintu kamar hotel.
"Untuk siapa Mas, saya tidak pesan makanan," ucap Melin pada pelayan hotel didepannya.
"Untuk Mbak Melin dan suami. Sama ini ada bingkisan dari hotel kami," jawab pelayanan itu.
"Oh ya sudah, dibawa masuk saja Mas."
Setelah pelayanan itu pergi, Melin hanya menatap makanan itu. Dia sungguh tidak berselera untuk memakannya karena perutnya masih terasa begitu nyeri. Dia tahu jika tubuhnya tidak terlalu kuat untuk berjalan jauh, Melin akhirnya memutuskan untuk menyuruh Rossa menjemputnya dikamar hotel.
Tok.... tok...... tok.....
Suara ketukan pintu kembali terdengar, Melin tersenyum karena berharap Rossa yang datang menjemputnya namun ternyata saudara perempuan Johan yang datang.
"Hai Mel, Aku kesini mau ambil jas sama baju pengantin yang kamu pakai semalan," ucap Mbak Sinta.
"Iyah Mbak, masuk saja saya ambilkan. Saya juga bersiap untuk pulang. Oh ya, Mas Johan kemana ya mbak?" tanya Melin.
"Dia harus bekerja diluar kota pagi ini," Jawab Mbak Sinta.
Melin hanya mampu menghela nafas panjang. Namun dia tetap bersyukur karena berkat Johan, Dia bisa dioperasi tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun.
Tak berselang lama setelah kepergian mbak Sinta, Rossa datang. Kedatangan Rossa membuat Melin sedikit lega.
"Ros, tolong bantu aku berkemas.Kita harus segera pergi dari sini." Ucap Melin.
"Mel, kamu ini sudah gila ya. Udah enak menginap dihotel malah minta pulang. Apa kamu tidak pulang kerumah suami kamu?"
"Apa kamu lupa, pernikahan ini hanya pura-pura saja. Aku juga tidak punya rasa apapun. Sudahlah ayo bantu aku, kita pulang."
"Tapi Mel, pernikahan kamu kemaren itu sah Lo. Mas Johan sudah menyebut nama kamu sama ayah kamu, ada saksi-saksi juga Lo."
"Sudahlah biarlah, tidak ada yang tahu juga. Dari awal ini hanya pura-pura saja. Ini semua juga salah kamu kenapa pakai memberi tahu nama ayahku kepada Mas Johan."
"Ada orang bertanya, ya aku jawab Mel. Lalu salahku dimana."
"Tau ah gelap."
Meskipun Melin terus mengajak Rossa pulang namun Rossa tetap merebahkan tubuhnya sejenak, Dia menikmati suasana dikamar pengantin baru meskipun hanya berpura-pura.
Melin mengangkat tasnya dan pergi meninggalkan Rossa. Disaat Melin mengembalikan kunci kamar kepada resepsionis hotel. Johan dan Mbak Sinta melihat Melin dari kejauhan, namun Melin tidak mengetahui keberadaan Johan.
Johan ingin sekali menghampiri Melin dan meminta maaf namun rasa kecewa karena pernikahannya yang gagal, membuat Johan mengurungkan niatnya.
Maaf. Aku harus pergi, terimakasih sudah membantuku, gumam Johan sambil terus mengamati Melin.
"Kamu yakin John?" tanya Mbak Sinta.
"Yakin mbak, hatiku seperti mati rasa. Aku hanya kasihan dengan Melin karena semalan dia baru keluar dari rumah sakit tapi langsung mengikuti resepsi pernikahanku." Jawab Johan.
Mbak Sinta tersenyum menatap adiknya. Namun mbak Sinta tidak mau ikut campur dengan urusan adiknya.
Sepanjang perjalanan pulang Melin terus melamun. Merasakan sakit pasca operasi dan kecewa karena Johan meninggalkannya begitu saja, bahkan dia belum sempat mengucapkan terima kasih secara langsung.
Sesampainya di kamar kos, Melin merebahkan tubuhnya, Dia hanya ingin tidur seharian bahkan ketika Rossa meminta penjelasan tentang pernikahannya, Melin menolak karena dia ingin sendiri dulu.
Melin tertidur hingga saat terbangun Dia melihat sebuah pesan singkat dihandphonenya.
"Maaf"
Sebuah pesan dari Johan. Pesan yang cukup singkat namun menyakitkan.
"Apa hanya itu yang bisa kamu ucapkan Mas. Setidaknya pamitlah secara langsung," pesan balasan Melin.
Namun sayangnya pesan Melin tidak dapat terkirim kepada Johan. Melin hanya menduga-duga jika Johan telah memblokir nomor teleponnya.
"Woy....... galau nih. cerita dong" teriak Rossa.
"Kamu bikin kaget aja Ros. Udah ah, ayo tidur lagi," jawab Rossa.
"Nih ada makanan dari Baim. Karena aku tahu kamu gak bakalan mau bertemu Baim lagi, jadi Aku bilang kamu tidur tapi tetep Aku ambil saja makanannya."
"Tak apalah lumayan he.... he.... he....."
...****************...
Hari demi hari Melin menjalani hari-hari seperti biasanya. Hingga sebuah nomor baru menelponnya. Melin sungguh kaget ketika mengangkat panggilan tersebut. Suara yang tak asing baginya, suara ibunya Johan. Tiba-tiba beliau menanyakan tempat tinggal Melin.
Meskipun sebenarnya Melin tak ingin lagi berhubungan dengan ke keluarga Johan lagi namun akhirnya Dia tetap memberikan alamat kontrakannya kepada Ibunya Johan.
Melin mengira beliau akan datang sore ini hingga Melin dan Rossa sibuk membersihkan kamarnya.
Sebuah ketukan pintu membuat Melin dan Rossa begitu deg degan, namun sayangnya hanya seorang kurir yang membawa sebuah paket untuk Melin.
"Untuk Mbak Melin," ucap Kurir.
"Maaf Pak, saya tidak merasa pesan apapun," jawab Melin.
"Dari Bu Winarni, Mbak."
Sejenak Melin terdiam, beberapa detik kemudian Melin akhirnya mengingat jika Ibunya Johan bernama Winarni.
Melin akhirnya menerima paket itu dan membukanya bersama Rossa. Suasana hati Melin berubah setelah melihat isi paket itu. Sementara Rossa tersenyum bahagia saat melihat-lihat isi paket itu.
Sebuah kenangan saat sehari bersama Johan.
terimakasih dukungannya kak