"Lupakan Aku, Raymon !" Ucap Via getir.
Gadis cantik yang lahir dari keluarga biasa dan sederhana itu, merasa sakit hati di hina orang tua pacar nya yang kaya raya.
Apalagi saat kesucian nya direnggut paksa pacar nya, Via makin kecewa dan membenci Raymon.
Via pun nekat kabur sebelum hari pernikahan yang telah di atur oleh kedua orang tua Via dan Raymon.
Dalam pelariannya, Via menjalin hubungan cinta dengan Axel seorang pria tampan pemilik cafe.
Raymon yang terus mengejar cinta Via tiba-tiba mengalami kecelakaan mobil dan menderita amnesia.
Axel yang menjadi dewa penolong Raymon saat kecelakaan mengajak Raymon yang lupa ingatan tinggal bersama nya dan menjadi sahabat.
Apakah Ingatan Raymon bisa kembali seperti semula ?
Bagaimanakah hubungan Via dan Axel setelah ia mengetahui Via dan Raymon pernah mempunyai hubungan khusus ?
Yuk pantau cerita nya 🤗 Jgn lupa intip karya lain ku yg juga menarik utk di bac
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah tiri jadi panutan
Sementara itu di kamar hotel.
Raymon mendadak terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Tubuhnya terasa pegal dan linu karna dari semalam ia tertidur dengan posisi duduk di atas sofa yang tersedia di kamar hotel.
Bola matanya langsung berpendar berkeliling ke setiap penjuru ruangan kamar hotel yang ia tempati mencari sosok Via yang tak terlihat kemanapun matanya memandang.
DEG!
Perasaannya berubah cemas dan curiga. Raymon segera bangkit dari sofa dan berteriak memanggil nama gadis itu seraya berjalan mengecek kamar mandi.
"Via...!" Panggil Raymon panik.
Tangan Raymon mendorong pintu kamar mandi yang tak terkunci dengan mudah. Kosong! Tak ada orang di dalam nya. Raut wajah kecewa disertai penyesalan terpapar di wajah tampannya.
"Dia pasti sudah pergi." Pikir Raymon gundah.
Hatinya mulai di liputi perasaan cemas. Ia membayangkan keadaan Via yang pasti shock berat karna kejadian semalam. Tanpa pikir panjang, Raymon segera keluar dari kamar hotel tanpa mempedulikan penampilannya yang semrawut.
Langkah kakinya berjalan cepat menyusuri lobi hotel untuk melakukan check out di meja resepsionis. Tanpa komentar apapun, lelaki itu bergegas pergi meninggalkan hotel yang menyisakan kenangan buruk pada diri Via dan diri nya.
Tujuan nya saat ini hanya satu, 'Menemui orang tua Via!'.
Dirumah orang tua Via.
Benni terlihat murung diruang tamu memikirkan anak gadisnya yang belum diketahui keberadaannya. Meskipun hanya seorang ayah tiri, namun Benni sangat menyayangi Via seperti anak kandungnya sendiri. Begitu juga dengan Vino adik lelaki Via yang masih sekolah.
Sejak Benni menikahi Sovie lima belas tahun yang lalu, Via masih berumur sepuluh tahun. Janda beranak dua itu adalah ibu yang hebat. Ia berjuang menghidupi kedua anaknya dengan bekerja serabutan. Selain cantik dan pintar, Sovie adalah perempuan yang kuat dan pekerja keras.
Pertemuannya dengan Sovie membuat Benni yang hanya PNS biasa di kantor pemerintahan itu jatuh cinta pada pandangan pertama. Awalnya Benni terkejut mendengar kenyataan jika wanita itu adalah janda beranak dua. Namun itu tak menyurutkan keinginan Benni untuk menikahi Sovie.
Meskipun pernikahan mereka berdua menghadapi banyak rintangan dan perdebatan antar keluarga. Benni tetap dengan pendiriannya untuk menikah dengan Sovie. Sehingga dirinya yang sudah berumur tiga puluhan tapi masih berstatus bujangan tersingkirkan dari keluarga besarnya.
Satu-satunya perempuan yang dicintai Benni hanyalah Sovie. Cuma dia yang sangat mengerti Benni. Apalagi disaat Benni di vonis mandul tak bisa memberi keturunan kepada Sovie. Wanita itu selalu memberi support agar Benni tak berkecil hati.
Benni sadar, jika semua adalah kehendak tuhan. Ia menganggap, kehadiran Sovie dan kedua anak nya adalah anugrah yang di berikan tuhan sebagai pelengkap kekurangan nya. Dalam hati kecilnya ia berterimakasih sekali kepada ayah kandungnya Via yang tak tahu dimana rimbanya. Andai saja pria itu masih menjadi suami Sovie dan tidak kabur dengan wanita lain, mungkin hidup Benni belum tentu bahagia seperti ini.
"Pa, Papa dengar gak mama bicara apa?!" Hardik Sovie galak
Nada suara Sovie yang sewot terdengar menegurnya keras.
Lamunan panjang Benni seketika buyar bagaikan kepulan asap. Ia jadi gelagapan menatap wajah istrinya yang masih terlihat awet muda meski sudah berumur empat puluh lima an. Sovie muncul di depan mata nya dengan penampilan yang berbeda. Sovie terlihat cantik dan seksi dengan pakaian yang sedikit ketat membentuk tubuhnya yang ramping.
"Mama mau kemana?" Tanya Benni heran.
Sorot mata Benni terlihat tajam memandangi penampilan istrinya dari atas hingga bawah.
Sovie melengos dan duduk disamping suaminya. Ia berpura-pura tak melihat reaksi suaminya yang terlihat kurang senang dengan penampilan nya.
"Kan mama udah bilang izin keluar, Mama mau nyari Via ke rumah teman-temannya !"
Dengan sikapnya yang cuek seperti biasa, Sovie membuka gulungan rambutnya dan merapikannya dengan sebuah sisir yang sudah ada di tangannya.
"Dengan pakaian seperti itu, nyari anak apa nyari suami baru sih?" Sindir Benni dongkol.
Nada bicara Benni diliputi rasa cemburu.
Penampilan istrinya hari ini agak aneh di mata nya. Ia terlihat seperti perempuan berumur tiga puluhan. Apa gara-gara pertemuannya dengan Kartika tadi siang? Sovie jadi obsesi pengen terlihat lebih muda dan cantik.
"Papa ini kenapa sih? Istri dandan cantik aja rusuh." Bentak Sovie kesal.
Sovie makin sewot dengan mata melotot ke arah Benni.
"Cantik apanya? Bajunya ketat gitu? Tonjolannya depan belakang kelihatan. Papa gak izinkan mama keluar pake baju begitu!" Semprot Benni jengkel.
Meski jauh dalam lubuk hatinya ia mengakui bahwa Sovie memang cantik namun ia tak ingin istrinya keluar rumah dengan pakaian yang tak layak di pandang matanya. Apalagi di luar sana, pria-pria sangat menyukai perempuan yang berdandan seperti itu. Benni tak mau, istrinya itu jadi sorotan para pria hidung belang.
Raut wajah Sovie berubah masam saat mendengar perkataan suaminya.
"Ya udah, mama ganti!" Sovie merajuk kesal.
Dengan memasang wajah cemberut, Sovie bangkit dari duduknya dan bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti pakaiannya.
Senyuman tipis mengembang di bibir Benni saat Sovie yang berwatak keras kepala mau mengikuti saran Benni dengan patuh walau dengan sedikit perdebatan.
"Aku pulang."Via mendadak muncul.
Suara Via di depan pintu masuk mengejutkan Benni. Ada sedikit kelegaan terpancar diwajahnya, anak gadis yang ia tunggu-tunggu dari semalam akhirnya pulang juga tanpa di cari.
Mata Benni pun beralih tajam memandangi Via yang melangkah gontai masuk ke dalam rumah dengan wajah pucat dan kepala tertunduk lesu.
"Darimana saja kamu?" Benni langsung menegur anak tirinya dengan tatapan penuh selidik.
Rasanya ingin sekali ia memarahi Via. Tapi ia tak tega, saat melihat raut wajah Via yang kusut dan kusam tak bergairah. Apalagi tatapan Via yang menatapnya sedih dengan mata memerah seperti habis menangis. Dahi Benni berkerut heran memperhatikan langkah kaki Via yang sedikit terseok-seok. Perasaannya jadi tak enak.
"Ada apa dengan mu? Apa kamu sakit?" Benni menatap anak tirinya itu tajam.
Tak ada jawaban yang ia dengar terucapkan dari Via. Bibir gadis itu bergetar seolah ingin mengatakan sesuatu, namun tak sepatah kata pun mampu ia ucapkan pada Benni. Tubuhnya gemetar, lututnya menggigil takut.
Via tak tahu harus bagaimana menceritakan apa yang terjadi padanya semalam. Dia takut, ayah tirinya itu pasti mengamuk dan akan menghajar Raymon habis-habisan. Apalagi jika ibunya sampai tahu, Via tak bisa membayangkan kehebohan yang akan terjadi.
Hal yang paling tak di inginkan Via justru adalah pernikahan. Via tak ingin kedua orang tua nya meminta pertanggung jawaban Raymon dan memaksa Via menikah dengan lelaki jahat itu.
"Via...! Papamu sedang bertanya padamu. Kenapa kau diam saja?" Bentak Sovie tiba-tiba terdengar.
Sovie bergegas keluar dari kamar saat ia mengetahui anak gadisnya itu sudah pulang.
Suaranya yang lantang menghardik putrinya itu membuat Benni geleng-geleng kepala. Kebiasaan Sovie kalau memarahi anak memang tak ada lembut-lembutnya. Maklum, didikan nya memang keras layaknya prajurit.
"Mama bisa gak sih, ngomongnya pelan-pelan. Gak enak di dengar tetangga." Tegur Benni kurang senang dengan karakter Sovie yang pemarah.
Bukannya melunak, Sovie malah mendelikkan matanya pada Benni.
"Tuh kan, kebiasaan Papa. Anak udah salah di belain terus. Makanya jadi ngelunjak!" Semprot Sovie dengan nada jengkel.
Kehebohan diantara sepasang suami istri itu, membuat Via jadi tambah pusing dan tak bersemangat. Ia pun buru-buru hendak pergi ke kamarnya. Tapi keburu di cegat oleh Sovie.
"Eit, mau kemana kamu? Siapa yang suruh kamu masuk kedalam kamar?" Hardik Sovie melarang Via pergi ke kamar.
Via menghentikan langkahnya dengan posisi tubuh membelakangi ibu kandungnya yang terlihat dongkol dengan sikap Via.
"Sudah lah Ma, biarkan dia tenang dulu di kamarnya, yang penting dia sudah pulang ke rumah." Lagi-lagi Benni berusaha membela Via.
Mata Sovie makin melotot ke arah Benni suaminya. Benni menarik nafas panjang melihat sikap istrinya yang cantik itu berubah bagaikan singa. Ia pun bangkit dari duduknya dan menarik tangan Sovie agar duduk disampingnya.
"Jangan emosi terus, kamu itu sudah berangsur tua. Aku tak mau kamu hipertensi akibat suka marah-marah. Kalau kamu sakit, siapa yang mau ngajakin aku cuci mata ke mall?" Bujuk Benni penuh canda pada istrinya.
Sovie terpaksa patuh mengikuti suaminya duduk di kursi tamu. Seperti biasa, bujukan Benni selalu sukses meredam kemarahan Sovie yang suka meledak-ledak. Ibaratkan Sovie adalah api, Benni selalu menjadi air yang memadamkan kebakaran di hati Sovie.
"Masuk lah ke kamarmu Via, ganti bajumu, jangan lupa makan!" Perintah Benni.
Benni menyuruh Via yang masih berdiri agar lekas masuk ke kamarnya.
Via pun mengangguk patuh pada Benni. Ia pun bergegas masuk ke kamarnya tanpa menoleh sama sekali kepada Mama dan Papanya.
Didalam kamarnya, Via sempat melamun memikirkan kepribadian orang tua nya yang cenderung kebalik. Kesabaran ayah tirinya menghadapi sifat ibunya yang pemarah selalu membuat Via kagum.
Karakter pria seperti ayah tirinya menjadi panutan bagi Via untuk mencari pasangan hidup. Benni adalah pria mapan dengan gaji yang cukup memenuhi kebutuhan keluarga. Ia pria bertanggung jawab, sabar, penyayang dan masih banyak poin yang tak bisa Via sebutkan satu persatu.
Ibunya adalah wanita yang beruntung karna bisa menikah dengan Benni. Via ingin mendapatkan suami yang mempunyai sifat seperti ayah tirinya itu.
Apakah bisa ? Mungkinkah ada pria lain yang mau menikah dengan nya setelah ia kehilangan keperawanan nya ? Dapatkah Via menemukan pria yang mempunyai karakter yang sama dengan ayah tirinya itu ?
.
.
.
BERSAMBUNG
sambil baca juga biar retensi gak turun.🤭
kek nya ini juga pertama kali aku mampir ya🙈.. salam kenal yaa.. satu Gc kita✌️✌️✌️✌️
Cuan atau Cuma???😏😏😏
lu pikir nikah semenit kelar.. macam beli mie instan aja/Facepalm//Facepalm/