Hi hi haaayyy... selamat datang di karya kedua akuu... semoga suka yaaa 😽😽😽
Audrey dipaksa menggantikan adiknya untuk menikah dengan seorang Tuan muda buangan yang cacat bernama, Asher. Karena tuan muda itu miskin dan lumpuh, keluarga Audrey tidak ingin mengambil resiko karena harus menerima menantu cacat yang dianggap aib. Audrey yang merupakan anak tiri, harus rela menggantikan adiknya. Namun Asher, memiliki rahasia yang banyak tidak diketahui oleh orang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Callie pingsan
Dax, Brianna, dan Callie tidak bisa berkata-kata lagi saat melihat sertifikat keaslian dari gelang Gulf Pearl Parure Bracelet yang Asher tunjukkan. Mereka tidak menyangka Asher akan memiliki gelang seharga itu.
“Tapi.. Itu bukan masalah kita! Dia yang tidak hati-hati!” ujar Brianna, mencoba menghindari tanggung jawab keluarga mereka.
Asher tetap menatap mereka tajam. “ Kalian telah merusak harta yang bukan milik kalian. Sekarang tanggung jawab kalian untuk menggantinya. Baik itu berkaitan dengan harga, atau penderitaan yang dialami oleh Istriku karena tindakan kalian,” nada suara Asher tetap dingin dan tegas.
“Tidak mungkin! Kami tidak akan pernah menggantinya!” Callie bersikeras dengan nada keras, wajahnya penuh kemarahan.
“Baik jika kalian keras kepala tidak ingin menggantikannya,” ucap Asher, dia kemudian meraih ponselnya lalu menempelkan benda pipih itu di telinga.
Audrey hanya tertunduk. Wanita itu tidak ingin ikut terlibat karena dia begitu sadar akan posisinya. Sedangkan Callie, Dax dan Brianna tampak ketakutan terlihat dari tatapan mata mereka saat melihat Asher mencoba menghubungi seseorang.
“Kantor Polisi? Tolong datang ke lokasi ku sekarang. Ada sebuah masalah yang perlu diselesaikan,” ujar Asher, tenang namun tegas.
Ketiganya berdebat dalam hati, apakah mereka harus menyerah, atau tetap melawan untuk tidak mengganti kerugian itu. Mereka sadar kalau mereka akan duduk dalam posisi yang tidak menguntungkan jika berhadapan dengan hukum.
“S-stop... Asher...” ucap Dax dengan ragu, belum yakin apa yang harus dilakukan. “Kita bisa bicara dengan cara lain, kita tidak perlu melibatkan polisi.”
Asher menurunkan ponselnya saat Dax berbicara, keningnya bertaut. “Anda berniat menggantinya, atau ingin mencoba menyelesaikan masalah ini dengan kesempatan yang sebelumnya aku berikan?” tanyanya.
Ketiganya saling pandang. Setelah berpikir sejenak, Dax tampak menghela napas berat. "Baiklah, aku akan mencoba menggantinya. Tapi aku membutuhkan waktu. Aku tidak bisa langsung mendapatkan uang sebanyak itu," kata Dax, pandangannya tertuju pada lantai.
Asher menatap Dax dengan tajam. " Tidak ada waktu untuk kalian. Aku bilang sekarang ya sekarang. Jika tidak, kita akan bertemu di-"
"Ba---baik, aku akan memberikan uang ganti rugi. Dan tidak perlu menyeret masalah ini ke kantor polisi. Anda juga dapat menampar pipi anakku sesuai yang anda minta." potong Dax dengan cepat.
Callie dan Brianna tertohok mendengar persetujuan Dax. Dengan wajah keberatan, Callie mencengkram tangan Dax. "Ayah, kau tidak serius, kan?"
Dax menoleh ke Callie, wajahnya serius. “Aku tidak ingin kita semua terlibat dalam masalah yang lebih besar, Caliie. Berikan saja pipimu. Toh, hanya dua kali tamparan.”
"Tidak Ayah, aku tidak mau. Kenapa kita harus tunduk kepada pria cacat ini, huh?" Callie menolak dengan tegas.
Brianna mendekati Dax lalu berbisik, " Sayang, apakah kau tega dengan Callie? Tidak bisakah kau melawan? Mereka hanya orang miskin-"
"Diam, ini semua gara-gara kamu yang tidak becus mengurus anakmu! Apa kalian bodoh, harga gelang itu sudah menjelaskan siapa pria di kursi roda itu." tekan Dac berbisik.
Asher yang mendengar perdebatan di hadapannya pun menyeringai. Sedangkan Callie yang mendengar keputusan ayahnya, menatap penuh amarah kepada Audrey dan Asher.
"Tunggu di sini, aku akan mengambil uang untuk menggantikan gelang Istri anda yang hilang," ucap Dax, dia memutar tubuhnya melangkah.
"Tunggu!" tahan Asher.
Dax menghentikan langkahnya dan menoleh. “Apalagi?”
“Hm ... Gulf Pearl Parure Bracelet adalah perhiasan yang hanya dibuat satu set jika di pesan. Anda tahu, satu setnya berkisar 460 miliar. Dan... Kebetulan kalian hanya menghilangkan gelangnya. Jadi, aku Courting menjadi 150 miliar untuk kalian-“
Audrey tercengang, dia tidak tahu jika dia menghilangkan gelang yang begitu berharga. Dengan sesal, Audrey menggenggam pundak Asher.
“Asher! Jangan terlalu melebihkan, kau memang pria cacat yang tidak punya hati !” bentak Callie.
“Hahaha ...” Asher terkekeh, “Sstt... Tenanglah, Nona. Karena sebentar lagi adalah giliranmu,” desis Asher.
Callie mengepalkan kedua tangannya dia ingin mendorong kursi roda Asher. Namun di cegat oleh Dax dengan menahan pundak Callie. “Hentikan! Jangan mencari masalah. Sekarang, kau sudah tahu siapa pria ini?” ujar Dax mendekati Callie sambil berbisik.
Audrey membungkukkan tubuhnya di belakang telinga Asher. “Asher, aku minta maaf. Kita pulang saja-“
“Biarkan aku yang menyelesaikan masalah ini dengan caraku, Callie,” jawab Asher memotong ucapan Audrey.
Asher menatap tajam kepada Dax. “ Bagaimana?” tanya Asher dengan satu alis terangkat.
“Baik, aku akan membayar sesuai yang kau minta,” ucap Dax yang kemudian berlalu.
Brianna dan Callie menatap Asher dengan penuh amarah. Mereka sedang ditelanjangi karena dipermalukan. Namun, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Dax, setelah beberapa saat, kembali dengan membawa secarik cek.
“Ini, 150 miliar untuk uang ganti rugi gelang Gulf Pearl Parure Bracelet,” kata Dax sambil mengulurkan cek itu kepada Asher.
Asher menerima cek tersebut dan memeriksa angka yang tercantum di atasnya. “Baik, sepertinya ini sesuai. Sekarang, untuk menyelesaikan masalah ini dengan kesepakatan terakhir...”
Callie merasa air mukanya memerah tiba-tiba. Dax menatap Callie, menunjukkan bahwa tidak ada pilihan lain. Dengan berat hati, Callie mendekati Asher.
Dan bersimpuh di depan Asher. “ Silakan, tamparlah aku,” ujar Callie dengan menahan kemarahan dan rasa malunya.
Asher menatap Callie, lalu menoleh ke arah Audrey. “Kau yang melakukannya, tampar dia!” perintah Asher.
Audrey tercengang. “Hah... Aku... Aku?” tanya Audrey terbata sambil menujuk dirinya sendiri.
“Ya, kau yang menamparnya. Berikan tamparan yang kuat kepadanya,” perintah Asher.
Audrey tampak ragu saat menatap Callie, dia meremas kedua tangannya takut sambil menggigit bibir.
“Lakukan!” bentak Asher.
Plak!
Refleks, Audrey melayangkan tamparan di pipi Callie saat Audrey mendengar bentakan dari Asher. Brianna yang melihat itu, mengepalkan kedua tinjunya dengan rahang mengeras.
Callie menatap Audrey dengan mata berkaca-kaca. “Dasar anak sampah!” geram Callie penuh kebencian.
Lagi-lagi, Asher menyunggingkan bibirnya. “Itu kurang keras. Tamparan itu seperti ini,” ucap Asher. Pria itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke udara. “Plak!” Asher mendaratkan telapak tangannya ke pipi Callie hingga tubuh Callie ambruk dengan hidung mengeluarkan darah disertai bibir yang pecah.
“Oh... Sayang!” Brianna menjerit melihat putrinya tak sadarkan diri.
Semua orang tercengang, Brianna dan Dax segera berjongkok membantu Callie. “ Sayang, bangun!” Panggil Brianna dengan bibir bergetar.
Audrey yang melihat begitu syok melihat apa yang dilakukan oleh Asher. Begitu kejam saat dia menampar Callie tanpa belas kasih.
“Ayo pergi!” ucap Asher kepada Audrey.
Audrey masih belum bisa melupakan ekspresi Callie saat Asher menamparnya dengan kekerasan. Perasaan bersalah kini melanda hati Audrey.
“Kau tuli?”
Audrey tersentak. “lya!” Jawab Audrey yang kemudian mendorong kursi roda Asher.
“Kau tak perlu merasa bersalah. Sesungguhnya aku tahu gagasan itu terasa kejam, namun mereka harus belajar menerima resiko,” ujar Asher saat mereka menaiki mobil.
Audrey masih terdiam, tangannya terasa dingin karena kejadian tadi. “Untuk biaya nenekmu!” Asher melemparkan cek yang dia terima dari Dax.
Untuk kesekian kalinya Audrey tersentak saat selembar cek melayang ke arahnya. Yang membuat Audrey terkejut, sejak kapan Asher tahu jika dia membutuhkan biaya untuk pengobatan neneknya.
“Tapi ini adalah uang dari gelang yang aku hilangkan. Aku tidak bisa menerimanya-“
“Jangan berpikir apa-apa karena uang itu adalah hakmu dan fokuslah untuk mengobati nenekmu!” potong Asher.
Audrey menggigit bibirnya, ragu-ragu. Namun, melihat sorot mata Asher yang tegas, dia akhirnya mengangguk pelan. “ Baiklah, Asher. Terima kasih.” Audrey memegang erat cek itu dalam genggaman tangannya.
Asher tidak menjawab. Wajahnya kembali beku. Dan mobil kembali hening saat mereka melaju meninggalkan keluarga Dax dan Brianna, yang ditinggalkan dalam kemarahan dan kehancuran.
Di saat seperti itu, ponsel Asher berdering. Asher pun menekan tombol di telinganya. “Ada apa?” tanya Asher.
“Tuan muda pertama, Kakek meminta anda untuk datang,” ucap si penelpon.
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/