menceritakan seorang anak perempuan 10tahun bernama Hill, seorang manusia biasa yang tidak memiliki sihir, hill adalah anak bahagia yang selalu ceria, tetapi suatu hari sebuah tragedi terjadi, hidup nya berubah, seketika dunia menjadi kacau, kekacauan yang mengharuskan hill melakukan perjalanan jauh untuk menyelamatkan orang tua nya, mencari tau penyebab semua kekacauan dan mencari tau misteri yang ada di dunia nya dengan melewati banyak rintangan dan kekacauan dunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YareYare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Keluarga Baru
..apa yang harus ku lakukan, berfikir berfikir berfikir..
"Sudah berhenti buang buang waktu, serang dia".
..oh tidak mereka menyerang, yang benar saja ingin bertarung di tempat sempit ini..
Helix pun melawan banyak nya prajurit di bawah tanah, tetapi helix hanya bisa menahan serangan mereka, di saat menahan serangan salah satu prajurit tertusuk oleh pedang rekan nya sendiri.
"Tunggu sebentar, kau baru saja membunuh teman mu".
"Tempat ini terlalu sempit untuk kita bertarung".
"Ah sialan".
"Hey jangan terlalu mendesak, pedang mu mengenai kaki ku itu akan menusuk".
"Sudah cukup kalian semua mundur lah, cukup 3 orang saja yang maju".
"Baik jendral".
Seketika para prajurit mundur dan membiarkan 3 pdajurit lain nya maju menghadapi helix.
"Helix, ini kesempatanmu. Mereka pasti bisa kamu kalahkan."
"Levia, sebenarnya aku lebih terbiasa menyerang dari belakang. Jika bertarung langsung seperti ini, aku hanya bisa bertahan."
"Oh, jadi kamu tidak mencerminkan seorang prajurit sama sekali."
..Aku bukan berasal dari dunia ini. Aku tidak terbiasa bertarung. Ketika aku pertama kali tiba di kota ini, aku mulai berlatih dengan pedang. Berbeda dengan prajurit dari dunia ini, mereka sudah berlatih sejak kecil. Sedangkan aku, baru belajar selama delapan tahun. Tapi tunggu sebentar... Satu bulan yang lalu, ketika kota ini sedang berperang, aku ikut bertarung dan berhadapan langsung dengan musuh. Jika aku memiliki orang yang harus aku lindungi, aku pasti bisa berusaha untuk berhadapan langsung dengan musuh tanpa hanya bertahan...
"Hei, prajurit bodoh! Aku tidak akan membiarkan kalian tetap berada di kota ini. Aku tidak akan membiarkan kalian menghancurkan kota lebih parah lagi dan mengusir warga dari desa ini!"
"Hah, maksudmu apa? Sejak kami datang ke sini, kota ini sudah hancur seperti ini. Kami tidak mengusir warga, kami justru membuang mereka! Hahaha."
Helix terdiam sejenak, lalu dengan tatapan tajam ia berkata:
"Jangan berpura-pura. Kalian yang menghancurkan kota ini! Kalau bukan kalian, lalu siapa lagi? Kalian tiba-tiba datang dan mengambil alih tempat ini."
"Tidak, tidak! Kami hanya kebetulan lewat sini, melihat kota yang sudah terbengkalai dan dipenuhi mayat. Meski begitu, kami memang berencana untuk menempati tempat ini."
Helix terdiam dan menunduk.
..Apa maksud mereka? Kota yang terbengkalai dan dipenuhi mayat? Omong kosong apa itu? Jelas-jelas kota ini sangat damai kemarin...
Seketika, Helix berada di tengah kota yang hancur, dipenuhi mayat, di malam hari.
..Itu kan Hill dan Levia, mereka sedang mengikuti seseorang. Orang itu berbicara dengan mayat. Tunggu... itu mirip denganku...
"Aku tidak tahu siapa kamu, tetapi apa sebenarnya yang mau kau tunjukkan ini? Berhentilah mempermainkan aku."
Ketika Helix berteriak, tiba-tiba dia berpindah ke sebuah kota yang sedang berperang.
..Ini kan kota Disha! Orang yang bertarung itu... itu aku! Ini kejadian satu bulan yang lalu...
Helix dengan jelas melihat apa yang sebenarnya terjadi. Semua kenyataan yang terjadi muncul satu per satu, mulai dari melihat keluarganya yang terbunuh, hingga dirinya sendiri yang berbicara dengan mayat-mayat di kota. Helix merasa kaget, hatinya dan pikirannya hancur ketika melihat kenyataan itu.
..Tidak mungkin, selama ini aku hanya berhalusinasi, ini tidak mungkin... tidak mungkin...
Tiba-tiba, Helix berpindah lagi, kali ini melihat seluruh perjalanan Hill, tetapi kali ini bukan Hill yang ada di perjalanan itu—melainkan anak Helix.
"Hei, Levia, aku berharap bisa melihat pemandangan ini bersama ibu dan ayahku."
Helix terus berpindah tempat dengan cepat, sampai akhirnya dia berteriak dan tiba-tiba berpindah ke tempat yang putih, seakan berada di antara dunia. Terdengar suara seorang wanita.
"Helix, itulah kenyataannya. Aku tahu kamu akan bunuh diri setelah keluar dari sini, tapi lihatlah anak itu. Dia anak yang polos, tidak seharusnya menjalani perjalanan berbahaya seperti ini. Dia sama seperti kamu, kehilangan keluarganya, tetapi dia rela melakukan apa saja demi mendapatkan kembali kebahagiaannya. Istri dan anakmu akan bersedih jika melihatmu menyerah begitu saja. Mereka pasti menginginkanmu mencari kebahagiaan baru, tidak hanya Hill saja. Di luar sana banyak anak-anak yang kehilangan orang tua mereka, dan mereka terus berusaha bertahan hidup dengan cara apa pun. Aku tahu kamu sudah mengalami banyak hal berat, tetapi menyerah bukanlah pilihan yang benar. Terimalah kenyataan ini, keluargamu sedang melihatmu di antara bintang-bintang. Kamu harus mencari kebahagiaan barumu, lalu berikan mereka cerita dengan akhir yang bahagia, saat mereka sedang melihatmu. Saat ini, keluarga barumu sedang menunggumu. Carilah kebahagiaan bersama anak itu, Helix."
Sementara itu, di penjara bawah tanah.
"Hei, Hill, bukankah ini gawat? Helix dari tadi diam, tertunduk."
..Apakah Paman Helix mulai menyadarinya...?
"Jendral orang itu dari tadi diam terus, apa yang harus kita lakukan".
"Langsung bunuh saja dia".
Di waktu yang bersamaan levia berbicara kepada hill dengan suara pelan.
"Hill, hill, lihat sihir pelindung nya mulai memudar".
Terlihat sihir pelindung mulai memudar secara perlahan lalu menghilang.
"Ada apa ini, ah bodo amat, karena badan ku kecil sekarang aku bisa keluar lewat jeruji ini".
"Levia paman helix akan di serang bantu dia".
Prajurit elmo mulai mengangkat pedang nya dan mengarahkan nya ke helix yang sedang berdiri tertunduk, di saat serangan hampir mengenai nya levia terbang cepat mengarah ke kepala prajurit itu lalu menendang kepala nya sampai prajurit itu terjatuh.
"Aaaahhhggg sakit sekali, kepala dia menggunakan zirah, itu membuat kaki ku sakit".
"Berani nya kau".
Seketika 3 prajurit mulai menyerang ke arah levia tetapi serangan mereka tidak mengenai nya.
"Sial sulit sekali mengenai nya".
"Oi helix apa yang kau lakukan, bantu aku, mereka akan membunuh ku".
Di saat levia melawan tigs prajurit itu helix tetap terdiam, di dalam penjara terlihat hill yang berusaha membuka pintu penjara.
..aku tidak bisa membantu mereka, pintu penjara nya masih terkunci, lalu paman helix dari tadi diam saja, apa yang sebenar nya terjadi..
"Levia tahan lah, aku akan membantu mu".
Jenderal itu terus tertawa di dekat jalan keluar sambil mengamati mereka.
"Hahaha, anak sekecil itu ingin membantu? Sedangkan untuk membuka pintu saja dia tak mampu. Aneh sekali. Ngomong-ngomong, kenapa sihir pelindungnya bisa hilang? Tidak mudah menghilangkan sihir pelindung."
..Percuma saja, aku tidak bisa membuka pintunya tanpa kunci.
Tiba-tiba, terdengar suara keras di depan pintu penjara Hill. Pintu itu mulai terbuka.
"Wah, akhirnya kamu bergerak juga, Helix."
"Paman Helix, apakah kamu baik-baik saja?"
Helix tersenyum kepada Hill.
"Aku tidak apa-apa, aku hanya AFK sebentar tadi."
"AFK? Apa maksudmu, Helix?"
"Lupakan itu. Woi, para karakter sampingan! Apakah kalian tidak punya harga diri sebagai prajurit, menyerang makhluk kecil seperti ini?"
"Oi, Helix! Bukankah kamu juga tidak punya harga diri karena menyerang dari belakang?"
"Berisik, Levia. Aku lagi bertindak keren nih."
..Saat ini Hill dan Levia dekat di sampingku, di belakang ada jalan buntu, dan di depan terhalang oleh banyak prajurit. Apa yang harus kulakukan sekarang, hmm...
"Ngomong-ngomong, hebat juga kalian bisa menghilangkan sihir pelindungnya."
"Tidak, itu bukan ulah kami. Aku pikir itu ulahmu."
"Aku tidak melakukannya. Sihir pelindung hanya bisa dihilangkan oleh si pembuatnya atau oleh seseorang yang memiliki kekuatan sihir besar."
Tiba-tiba terdengar suara menyeramkan dari atas.
"Hei, prajurit! Ada apa ini?"
Tak lama kemudian, seorang prajurit berlari turun dari atas.
"Lapor, Jenderal! Kita harus segera pergi dari sini! Ada seekor naga terbang menuju ke sini!"
"Apaaa? Itu tidak mungkin! Naga sudah lama punah!"
"Naga itu sangat besar, Jenderal! Kepala-nya ada tiga! Bahkan tubuhnya lebih besar dari kota ini! Dia bisa menutupi seluruh kota hanya dengan tubuhnya saja!"
"Baiklah, kita harus segera pergi dari sini!"
Para prajurit langsung mengabaikan Hill, Levia, dan Helix, lalu berlari ke atas.
"Hill, Levia, ikuti aku!"
Mereka berlari cepat, terus menuju ke atas. Sambil berlari, Hill berbicara.
"Paman Helix, sebenarnya ada sesuatu yang ingin ku katakan kepadamu, dan alasan mengapa naga itu ada di sini, karena..."
"Ya, aku sudah tahu, Hill. Naga Judith menyukai tempat-tempat yang ditinggalkan. Dia akan menjadikan kota Disha sebagai tempat tinggalnya, karena kota ini sudah lama hancur. Aku sudah tahu itu. Tapi sekarang, kita harus fokus dulu untuk menjauh dari sini. Bukan waktunya membahas itu."
Mereka terus berlari dan akhirnya sampai di luar istana. Di luar, banyak prajurit yang berlarian menjauh, keadaan sangat kacau.
"Helix, Levia, apa kalian melihat naganya? Dia tidak ada."
Tiba-tiba, naga besar itu muncul dari balik mereka, terbang tinggi di atas kepala mereka.
"Naga itu jauh di atas kita! Ayo lari! Helix, kamu mau kemana?"
"Kalian lari dulu, aku akan mengejar kalian."
Helix tiba-tiba berlari berlawanan arah dengan Hill dan Levia.
"Levia, ayo kita terus berlari! Aku yakin Paman Hill akan menyusul kita."
...Saat aku melihat ke atas, naga itu terbang tinggi sambil mengeluarkan suara yang sangat menyeramkan. Suaranya membuat tubuhku merinding, dan kakiku terasa lemas. Naga itu seperti sedang mengejek semua orang yang ada di bawah.
"Hei, apa yang kau lakukan? Cepat bangun!"
"Tidak bisa, itu sangat menyeramkan, tubuhku terasa lemas."
...Naga itu terbang jauh di atas kami, namun beberapa prajurit terbaring ketakutan karena melihatnya.
"Hill, apakah kamu baik-baik saja?"
"Ya, tubuhku lemas dan kakiku bergetar, tapi aku masih bisa berlari. Aku tidak boleh mati di sini. Bagaimana denganmu, Levia?"
"Ada orang yang ingin ku lindungi. Aku juga tidak boleh menyerah. Aku harus terus bergerak. Mana mungkin aku mati di sini?"
Mereka terus berlari, melewati beberapa prajurit yang terbaring ketakutan. Naga Judith terus terbang tinggi di atas mereka, seolah sedang merendahkan manusia-manusia yang ada di bawah. Hill dan Levia mulai memasuki hutan di pinggir kota. Tak lama kemudian, terlihat Helix berlari mengikuti mereka dari belakang. Mereka terus berlari semakin dalam ke dalam hutan, hingga tiba-tiba gempa besar terjadi dan angin kencang datang dari arah kota. Hill dengan cepat memeluk sebuah pohon yang ada di dekatnya, sementara Levia memegang baju Hill. Helix terhempas oleh angin besar itu hingga punggungnya menabrak pohon. Perlahan, angin besar mulai mereda.
"Helix, apakah kamu baik-baik saja?"
"Tidak apa-apa. Sepertinya Judith sudah terbang rendah. Para prajurit itu pasti sudah mati. Ngomong-ngomong, mau kemana kita sekarang?"
"Helix, apakah kamu mau pergi bersama kami?"
"Hahaha, tentu saja. Tidak ada orang dewasa yang menjaga kalian, aku khawatir."
"Apa maksudmu tidak ada? Aku orang dewasa, bahkan aku lebih tua darimu."
"Tetapi badanmu kecil."
Tiba-tiba angin besar kembali muncul dari arah kota. Dengan cepat, Helix menarik Hill dan menggenggam tubuh Levia. Angin kencang itu kembali datang. Helix memegang Hill dan Levia sambil menyelubungi tubuhnya di belakang pohon. Perlahan, angin mulai mereda.
"Kita tidak bisa bertahan di sini. Tempat ini masih berada dalam wilayah Judith. Kita harus segera pergi."
Helix berlari sekuat tenaga, mengangkat tubuh Hill dan Levia.
"Paman Helix, aku bisa berlari sendiri."
"Larianku lebih cepat, kamu diam saja."
Helix terus berlari, dan Judith semakin dekat dengan mereka.
"Oh tidak, Helix! Bayangan kepala naga itu sudah terlihat!"
"Gawat, di depan kita ada jurang!"
"Helix, kepala naga itu sudah terlihat jelas!"
Helix terus berlari, hingga akhirnya dia melompat ke sebuah jurang yang sangat dalam.
"Aaaaaa!"
...Sepertinya peranku hanya sampai di sini saja bro...
"Levia, kamu kan bisa terbang. Angkat Hill seperti yang kamu lakukan sebelumnya."
"Bagaimana kamu tahu itu?"
"Kepo banget, NPC."
Sementara mereka saling berteriak di udara, Helix mencoba melepaskan Hill, tetapi tiba-tiba Hill memeluk tubuh Helix dengan erat.
"Hill, lepaskan Helix! Hill!"
"Tidak, aku tidak akan melepaskan Paman Helix! Aku merasa senang karena aku pikir aku punya keluarga baru, dan aku tidak ingin kehilangan mereka lagi seperti Kak Erik dan Kak Yuli."
"Hill, tapi kamu bisa mati! Hill, lepaskan Helix!"
"Tidak! Kita harus pergi ke Kota Magi bersama-sama!"
"Hill! Tanah sudah semakin dekat!"
Tiba-tiba sebuah cahaya muncul dari kalung yang dikenakan oleh Hill. Cahaya itu semakin terang, dan kalung tersebut mulai terlepas dari leher Hill. Cahaya itu semakin membesar, dan Levia terus berteriak sambil menarik Hill. Helix mencoba melepaskan pelukan Hill di udara, tetapi Hill tetap fokus pada cahaya itu. Tiba-tiba, sebuah makhluk muncul dari dalam cahaya.
"Hill! Tidak!"
Levia menutup matanya.
...Eh, apakah Hill melepaskan Helix? Kenapa sekarang aku sedang mengangkat tubuh Hill, tapi rasanya ringan? Tunggu dulu, aku sedang digenggam...
"Hei, lepasin aku!"
Levia membuka matanya dan melihat Hill menggenggam tubuhnya.
"Hill, ada apa ini? Kita sedang terbang?"
Terlihat Helix dan Hill menggenggam tubuh Levia yang sedang duduk di atas kuda bertanduk dan bersayap.
"Ini... ini adalah unicorn! Kuda langka yang jarang ditemui! Bagaimana bisa...?"
"Aku pun kaget. Aku pikir aku dan Hill akan mati, tetapi tiba-tiba unicorn ini terbang ke bawah kami sebelum kami mencapai tanah."
"Levia, apakah kamu ingat kalung yang aku pakai saat di penjara?"
"Ya, kalung yang tiba-tiba muncul di tasmu, lalu saat kamu mengambil buku, kalung itu jatuh."
"Tadi, kalian fokus melepaskan pelukanku, tapi aku melihat kalung ini bercahaya, lalu terlepas dari leherku. Setelah itu, unicorn ini muncul dari cahaya itu. Ibuku sering bercerita tentang unicorn, dan aku tidak menyangka aku bisa melihatnya langsung."
"Syukurlah kalau begitu. Ngomong-ngomong, kemana Judith? Naga itu?"
"Sepertinya dia berhenti mengejar kita. Mungkin dia mengira kita sudah mati setelah jatuh ke jurang tadi."
Hill, Helix, dan Levia terbang di atas awan menunggangi unicorn. Hill terus menggenggam tubuh Levia, lalu Helix berbicara.
"Hill, kemana tujuanmu sekarang?"
"Aku ingin pergi ke Kota Magi. Aku ingin melihat apa yang terjadi di sana sekarang. Aku ingin bertemu dengan pengguna sihir teleportasi di Magi agar bisa segera menolong ibuku. Karena itu, tolong antar kami ke Kota Magi, Unicorn."
Unicorn itu mengangguk dan mengeluarkan suara.
"Oi, Helix, saat kita mau keluar dari kota tadi, apa yang kamu lakukan?"
"Aku hanya berpamitan ke keluarga dan warga. Aku ingin menguburkan mereka dengan kayu, tetapi itu tidak sempat. Ketika Judith sudah pindah, aku akan kembali ke Disha dan memberikan perpisahan yang layak untuk mereka. Tapi, siapa tahu, mungkin aku sudah mati duluan hahaha."
Hill dan Levia terlihat murung mendengar hal itu.
"Hei, kenapa kalian memasang wajah seperti itu? Ngomong-ngomong, aku juga kembali ke rumahku. Untung saja benda ini masih ada dan baik-baik saja."
Helix mengeluarkan sesuatu dari bajunya.
"Peta dunia. Mungkin kita akan membutuhkannya. Jarang ada orang yang memiliki peta dunia karena sangat mahal. Biasanya orang hanya memiliki peta untuk sebuah benua atau beberapa negara, tetapi ini peta seluruh dunia. Makanya gulungan kertas ini sangat tebal dan besar. Jika dibuka, akan sangat lebar. Dulu aku mencuri ini di sebuah kerajaan yang jauh dari sini."
"Wow, hebat sekali! Kebetulan aku dan Hill membutuhkan peta. Akhirnya kita punya peta dunia, wow!"
Mereka terus mengobrol selama perjalanan menuju Kota Magi. Waktu terus berlalu, dan hari sudah sore. Dengan menunggangi unicorn, perjalanan mereka sangat cepat. Perjalanan yang seharusnya memakan waktu satu bulan, hanya butuh lima jam saja untuk mereka sampai di Kerajaan Magi. Dari atas, mereka mulai melihat Kota Magi.
...Sulit dipercaya, ternyata Kerajaan Magi sudah benar-benar hancur. Eh, apa itu? Banyak sekali pasukan! Aku melihat sebuah lingkaran sihir besar tiba-tiba muncul di tengah pasukan yang memberi ruang. Di dalam lingkaran sihir itu... siapa itu? Seorang wanita...
Hill terkejut melihat wanita itu.
...Itu ibu ku.
Di pinggir kota Magi, terlihat banyak pasukan dari Negara Yidh. Lingkaran sihir besar muncul di tengah pasukan, dan di tengah lingkaran itu muncul seorang wanita berambut panjang berwarna putih dengan tatapan yang sangat dingin. Bola matanya berwarna merah, dan ia mengenakan pakaian kerajaan yang mewah. Wanita itu berjalan melewati pasukan yang menunduk kepadanya, lalu berkata.
"Kota besar yang dulunya sangat indah, sekarang sudah tidak layak untuk dilihat. Aku penasaran apakah anak itu masih hidup. Aku harus mengambil kembali buku itu. Dia adalah aib keluarga, tidak seharusnya memiliki buku itu. Hmm, kurasa aku tidak perlu mencarinya. Jika dia masih hidup, dia pasti akan datang dengan sendirinya ke hadapanku. Hei, para pasukanku, jelajahi kota ini. Mungkin masih ada orang yang hidup. Bunuh mereka. Jangan biarkan ada satu pun yang hidup."
Setelah memerintahkan pasukannya dengan tatapan dingin, wanita itu berjalan kembali ke lingkaran sihir.
Sementara itu, di atas para pasukan Yidh, Hill, Helix, dan Levia yang sedang mengamati dari atas tanpa diketahui. Sayangnya, mereka bertiga tidak bisa mendengar pembicaraan orang-orang di bawah. Hill terus terdiam, dengan ekspresi terkejut, sambil menatap ke bawah. Hingga akhirnya wanita itu menghilang, Hill pun mulai berbicara.
"Itu... itu wanita yang tadi... itu ibu ku! Ibuku masih hidup! Syukurlah, ibuku masih hidup. Dia terlihat baik-baik saja."
Hill menangis dan tersenyum, tubuhnya terus bergerak mencoba melompat, tetapi Helix menahannya.
"Levia, Paman Helix, ayo kita turun! Lingkaran sihir itu pasti sihir teleportasi! Kita harus mengejar ibuku!"
Hill dan Helix tampak bingung dengan apa yang terjadi. Levia tahu bahwa wanita itu adalah ibu Hill karena dia selalu memperhatikan Hill sejak kecil. Helix mengenali wanita itu dari penglihatan masa lalu yang dia lihat saat berada di tempat putih. Mereka langsung tahu kalau itu adalah ibu Hill, tetapi mereka heran mengapa ibu Hill berada di sana mengenakan pakaian mewah dan memimpin pasukan Yidh. Terlihat Hill yang terus mengajak mereka turun untuk mengejar ibunya. Helix pun berbicara.
"Tunggu, lihat para pasukan itu. Mereka bergerak sangat kasar masuk ke dalam kota. Mereka tidak berniat baik. Kita harus perhatikan dulu situasinya, Hill."
"Tidak mungkin! Mereka pasti orang baik! Soalnya ibuku bersama mereka."
"Tapi Hill, lihat beberapa pasukan itu sedang menembakkan sihir ke mana-mana."
"Mungkin ada alasan. Untuk sekarang, ayo kita turun ke bawah."
Tiba-tiba Levia berteriak kepada Hill.
"Hill, sudah hentikan!"
"Hei, cebol! Kau bicara terlalu keras, nanti ketahuan!"
Beberapa pasukan Yidh melihat ke atas, tetapi mereka tidak melihat apa-apa.
"Untung saja unicorn-nya segera menjauh."
"Aku harus segera mengejar ibuku!"
"Hill, sudah hentikan! Jangan egois! Aku tahu kamu ingin segera bertemu ibumu, tapi kita harus lihat dulu situasinya. Bukankah kamu tidak ingin terburu-buru?"
"Tapi Levia, ibuku ada di dekatku!"
"Bagaimana jika mereka jahat? Mungkin ibumu tidak, tapi bagaimana jika pasukan mereka langsung membunuh kita setelah melihat kita? Ibumu pasti akan melihatmu, tapi kamu tidak akan melihatnya, dasar bodoh! Jangan buat aku kesal!"
"Maafkan aku, Levia."
"Bagus kalau kamu cepat mengerti. Untuk sekarang, kita harus ke tempat aman dulu, dan membicarakan ini dengan pikiran yang tenang, oke? Eh, kenapa kamu lihat aku begitu, Helix? Kamu mau aku tampar?"
"Tidak, tidak! Maafkan aku! Kamu seram juga kalau berteriak seperti itu."
"Aahh... Berhubung kita sudah di sini, kita bisa pergi ke Hutan Treeden lagi untuk bertemu Ratu Peri. Mungkin dia bisa menceritakan apa yang sebenarnya sudah terjadi. Hill, kamu tahu kan di mana?"
"Ya, aku tahu. Tempat istirahatku saat pertama kali aku melakukan perjalanan dan saat aku berpisah denganmu".
"Hey unicorn ikuti arahan ku".
Mereka mulai pergi ke hutan treeden, hutan yang memiliki pohon besar dan tinggi i i i i i i i i i.