"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Binar harapan
"Sayang, kamu kapan pulang?"
Sasmita membaca pesan yang dikirim Hardi.
"Hari ini tidak bisa Mas, di rumah majikan sedang ada pesta.."
Sasmita menatap tangannya yang terdapat perban, perban yang dibuat Riko beberapa waktu lalu. Sasmita masih bisa merasakan interaksi hangat yang diberikan Riko tadi meskipun hanya sebentar.
'Dia itu kaya kulkas,' Gumamnya.
Kini hari semakin sore dan kediaman Fernandez mulai ramai, tamu yang mulai berdatangan.
Sasmita dan para pelayan pribadi tak harus menghadiri pesta, karena semua pekerjaan sudah di handle pihak WO yang disewa. Malam ini mereka mendapat istirahat lebih awal sebelum dibutuhkan kembali.
"Mbak tadi gak jadi pulang ya," Cika duduk di sisi ranjang Sasmita saat wanita itu sedang membalas pesan suaminya.
"Ngak Cik," Jawabnya diiringi dengan senyum.
"Loh, tangan mbak kenapa?" Cika menyentuh tangan Sasmita yang dibalut perban, "Kdrt dari tuan Riko?" Sambungnya lagi sambil menatap Sasmita.
"Um, tadi Tuan melempar semua makanannya jadi aku bersihkan, tapi malah tangan ku kena pecahan piring," Ungkapnya tanpa menceraikan keburukan Riko yang dia terima.
"Ck, Tuan Riko memang tidak suka di ganggu saat tanggal seperti ini mbak, mbak tahu didepan itu pesta apa?" tanya Cika membuat kepala Sasmita menggeleng.
"Perayaan ulang Nona muda, yang juga menjadi hari dan tanggal di mana Tuan Riko mengalami kecelakaan,"
Sasmita sempat terkejut, ia tidak menyangka jika hari apes Riko justru hari bahagia untuk Briana.
"Setiap Nona muda ulang tahun, Tuan besar dan nyonya besar akan merayakannya, meskipun disini sepertinya Tuan besar yang lebih bersemangat, mereka tidak memikirkan perasaan Tuan Riko yang mungkin sangat kecewa dengan keadaan yang mereka rayakan," Tutur Cika lagi dengan suara sendu.
Cika sudah dua kali melihat perayaan besar ulang tahun Briana, ia tahu bagaimana Tuan Riko mengurung diri didalam kamarnya tanpa mau di ganggu, bahkan Tuan Riko seperti orang asing yang tak terlihat oleh mereka.
Sasmita terdiam, ia tahu bagaimana rasanya terasingkan dari kelurga sendiri, tak terlihat dimata mereka seperti angin.
*
*
Sasmita memilih untuk keluar mencari udara segar, setelah menelan suaminya karena tidak bisa pulang, Sasmita juga baru mengirim uang untuk berobat suaminya yang katanya sudah satu minggu melakukan terapi.
Satu minggu juga Sasmita belum pulang, jadi dia hanya bertukan kabar lewat ponsel.
Saat berjalan-jalan di taman belakang, taman yang bukan taman utama rumah Fernandez, tanpa Sasmita sadari jika disana ada sosok pria yang duduk sendiri dalam keremangan cahaya.
"Tuan Riko," Gumam Sasmita yang melihat Riko duduk sendiri.
"Tuan, anda disini?"
Riko menatap Sasmita yang tiba-tiba berdiri didepannya, pria itu menyipitkan matanya tajam.
"Kenapa kau selalu muncul didepan ku huh!" Ucap Riko dengan ketus.
"Kenapa anda disini, bukankah tadi Nona Briana membawa anda ke pesta," Ucap Sasmita lagi.
Riko semakin menatap Sasmita dengan sinis, wanita ini sama sekali tidak takut padanya.
"Bukan urusan mu!" Ketusnya lagi sambil menatap lurus kedepan.
Riko memang sempat berada di dalam pesta meriah itu, jika hanya Briana Riko tak akan datang, tapi ayahnya yang membuat Riko mau tidak mau datang. Hanya saja Riko merasa muak melihat wajah-wajah yang menatapnya dengan kasihan, ia justru merasa seperti badut yang menjadi bahan cemoohan mereka.
"Terkadang kita butuh seseorang untuk mengerti kita, bukan hanya mengerti tapi juga paham bagaimana posisi kita yang sedang tidak baik-baik saja,"
Riko masih menatap lurus kedepan, ia tak menghiraukan ucapan Sasmita.
"Menjadi orang yang di kucilkan itu tidak enak Tuan, saya sendiri juga mengalaminya,"
Tutur Sasmita dengan helaian napas berat.
"Ternyata nasib kita sama Tuan," Katanya lagi yang berhasil membuat Riko menoleh.
"Aku tidak butuh mereka yang sok baik,"
Sasmita tersenyum mendengar respon dari Riko.
"Terkadang orang juga butuh topeng untuk mencapai tujuannya bukan,"
Riko menyipitkan matanya pada Sasmita yang bicara.
"Tuan, apa kamu tidak ingin bangkit dan membuktikan jika kamu tidak selemah yang mereka pikirkan? aku yakin Tuan pasti bisa bangkit dan membungkam mereka." Ucap Sasmita dengan tatapan binar keyakinan.
Riko bisa melihat tatapan harapan itu, tiba-tiba hatinya merasakan sesuatu yang aneh.
'Apakah dia menginginkan aku sembuh?' Batin Riko.