NovelToon NovelToon
"Garis Takdir" (Abimana).

"Garis Takdir" (Abimana).

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Khairunnisa Nur Sulfani

Abimana jatuh cinta pada seorang gadis cantik bernama Sarah Candra sejak pertemuan pertama dimalam mereka berdua dijodohkan.

Abimana yang dingin tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia menyukai Sarah.
Hal itu membuat Sarah khawatir, jika ternyata Abiamana tidak menyukai seorang wanita.

Berbagai hal ia lakukan agar mengetahui kebenarannya. Sampai pada akhir dimana Abi menyatakan perasaannya dan mengajak ia menikah.

Berbagai ujian menghampiri keduanya, hingga sempat terancam membatalkan pernikahan yang sudah disusun jauh-jauh hari, hingga kembalinya sang mantan kekasih yang meminta nya untuk kembali dan menyebar rahasia yang dilakukan Sarah jika ia menolak.

Akankah hubungan keduanya berhasil hingga ke jenjang pernikahan? Ataukah keduanya akan mencari jalannya masing-masing?

Simak terus disini, yah! 🖐️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairunnisa Nur Sulfani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Si Pendiam

Si pendiam

Beberapa hari terakhir ini aku tidak begitu banyak keluar Rumah pun untuk menemui teman-temanku, aku lebih banyak mengurung diriku dalam Kamar dan memikirkan rencana selanjutnya.

Aku bahkan tidak mengaktifkan telponku beberapa hari ini. Aku tahu jika tindakkanku ini akan mengkhawatirkan banyak orang, termasuk Mama.

Mama pun berusaha menemaniku dan sering mengosongkan jadwalnya, ia khawatir jika aku seperti dulu, ketika aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku dengan meloncat dari rooftop. Aku putus asa sekali. Rasanya, ini kembali seperti hari dimana aku merasa terpuruk.

Abimana sering datang ke Rumah sekedar untuk menemuiku dan memastikan keadaanku, tapi aku tidak menunjukkan diri.

Aku meminta Bibik, selaku Asistent Rumah Tangga untuk merahasiakan keberadaanku dari Abi. Aku tahu aku salah, aku menyadari itu. Aku meminta Bibik mengatakan pada Abi jika aku sedang keluar Kota, karena aku adalah seorang Desainer, jadi aku selalu bekerja di luar atas permintaan orang-orang.

Aku mencoba menyalakan ponselku, dan benar saja ada banyak notif pesan masuk, baik dari Abi, teman-temanku, bahkan lelaki itu. Ada satu pesan yang menarik perhatianku, pesan itu dari Jackson. Ia meminta ku untuk mengatakan semuanya pada Abi sebelum aku menghancurkan semuanya.

Ia bilang hubungan yang tidak di mulai dengan kejujuran itu akan menghancurkan. Ia juga memintaku untuk menghentikan semua kebohonganku, pun berhenti menemui selingkuhanku.

Aku terpaku menatap pesan itu. Dia benar, sebelum semua nya terlambat, aku memang harus jujur. Tapi tentang aku yang pernah hamil? Aku yang menggugurkan bayiku? Akankah Abi mau menerima ku dengan semua keadaanku, atau Abi malah akan meninggalkanku?

" Apapun yang akan terjadi, Mama akan selalu ada di dekatmu. Baik Abi meninggalkanmu atau tidak, Mama tidak akan pernah melakukan itu! ". kata Mama menguatkanku.

Aku merasa menyesal sekali, aku seharusnya tidak mengenal lelaki itu, tidak terjebak dengan keinginnanya.

" Tak ada yang perlu di sesali, Nak. Semua sudah terjadi. Kau hanya perlu melewati ini, dan semua akan kembali baik-baik saja ". tambah Mama memelukku semakin erat.

Aku samakin menangis sejadi-jadinya. Bersyukur bahwa aku ternyata memiliki seorang Mama yang amat peduli padaku dan tak meninggalkanku. Mama memintaku untuk segera beristirahat karena keadaan tubuhku yang lemah.

Mama ternyata sudah memanggil dokter yang akan merawatku. Aku merasa tubuhku semakin lemah dan kepalaku pusing, aku segera di pasangi infus dan di berikan cairan vitamin pada cairan infus itu, setelah itu aku tidak ingat apa-apa.

***

Aku terbangun dari tidurku, dan melihat Abi sudah berada di dekatku dan menggenggam tanganku. Aku melihat ada raut kekhwatiran di wajahnya. Tapi aku pikir, itu hanya sementara.

Karena ia belum tahu saja dengan kejadian yang sebenarnya. Jika dia tahu aku adalah perempuan yang sejahat itu, akan aku pastikan jika ia akan meninggalkanku sekarang juga.

Abi membantuku untuk duduk dengan bersandarkan sebuah bantal. Ia masih menggenggam erat tanganku. Aku menepis tangannya dan memalingkan wajah. Aku tidak ingin melihat wajahnya. Aku tidak tega.

" Ada apa, Sarah? Kenapa kau memalingkan wajah! ". ungkap Abi.

" Pulanglah, Abi. Aku ingin istirahat, aku sedang ingin sendirian ". jelasku menunjukan nada tidak suka.

" Tapi ada apa denganmu? Kenapa kau menghilang? ". kata Abi sekali lagi.

" Pulang, Abi! ". kataku dengan nada membentaknya. Aku tahu sepertinya ia cukup terkejut, ia menatapku beberapa saat sebelum beranjak dari sini. Mama yang melihat ke arahku khawatir. Ia mencoba menenangkanku.

" Kau tak perlu membentaknya, Nak! ". ujar Mama.

" Aku merasa bersalah, Ma. Aku tidak yakin ".

" Jangan khawatir sayang, sekarang makanlah ". pinta Mama. Sambil akan menyuapiku.

" Biarkan saja Ma, aku akan memakannya sendiri nanti, Mama pergilah! ".

" Benarkah, kau bisa? ". tanya Mama khawatir.

" Tentu saja, aku bisa. Aku sudah bukan anak kecil. Oh ya, Ma, dimana Papa, aku tidak melihatnya? ". ungkapku, karena selama seminggu ini aku sama sekali tidak melihat nya.

Papa juga tidak tahu masalahku selama ini, hanya Mama. Papa juga tidak menaruh curiga kenapa aku tiba-tiba ingin kuliah di Luar Negeri. Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana hancurnya hati Papa saat tahu aku melakukan itu.

Papa tentu akan murka. Ia bahkan tidak segan akan mengusirku dari sini. Sebenarnya Mama bukanlah seorang Ibu yang lembut, ia pun sama seperti Ayah, mereka adalah orang tua yang sangat tegas.

Pertama tahu masalah ini, Mama pun mengamuk dan berusaha ingin memenjarakan lelaki itu. Tapi khawatir korban dari masalah ini akan terungkap yaitu aku, hal itu akan memiliki pengaruh yang sangat besar yang mana kami adalah keluarga terhormat.

Ayah adalah salah satu pemilik Perusahaan terbesar di Asia. Apalagi aku adalah anak satu-satunya, wartawan pasti akan mengusut tuntas mencari tahu siapa korbannya dan mengaitkan masalah ini.

Selama ini Ayah tidak tahu. Yang ia tahu aku adalah putri polosnya yang baik. Aku takut sekali, aku merasa sendirian, aku takut akan menghancurkan hidup Ayah.

Aku sudah memohon pada lelaki itu untuk meninggalkanku dan membiarkanku menjalani hidupku sendiri, tapi dia bilang, tidak semudah itu untuk lepas darinya. Terlebih aku sudah membunuh bayinya. Ia tidak mau membiarkan aku hidup bahagia.

Ia tidak peduli aku menangis memohon-mohon padanya, bahkan ketika aku berlutut padanya, ia tidak ragu untuk menendang perutku. Ia sangat kasar, tapi aku sungguh tidak bisa berbuat apa-apa.

Aku tidak menceritakan itu pada Mama. Ia pasti akan sangat khawatir. Aku tidak ingin membuatnya terluka lebih jauh lagi. Ini membuatku gelap pikiran. Haruskah aku memb*nuh lelaki itu?

Jika begitu, bukankah semua masalahku akan selesai. Aku tidak perlu khawatir lagi tentang masalah ini. Sama sekali tidak perlu mengkhawatirkan keberadaan Abi pun tentang hubungan kami.

°°°

Aku kembali pulang ke Rumah setelah menemui Sarah. Aku sedikit terkejut dengan tanggapannya. Apa aku berbuat kesalahan?

Mengapa ia memalingkan wajah ketika berbicara denganku. Apa aku membuatnya marah? Setidaknya ia mau mengatakan apa alasannya.

Sangat tidak menyenangkan, dimana sekarang Jack sedang tidak ada di Rumah. Ia juga pulang dan tidak berbicara denganku.

Tepatnya, aku sedang tidak ingin berbicara dengannya. Itu membuatku kesal ketika ia berbicara mengenai Sarah, tapi aku juga tidak ingin ia pulang.

Biar bagaimana pun, aku tahu ia khawatir, ia adalah teman masa kecilku dan jauh sebelum aku mengenal Sarah. Bukankah ini sangat kacau. Apa yang harus aku lakukan. Harusnya aku tidak marah padanya, ia hanya mengkhawatirkanku, bukan? Apa yang telah aku lakukan. Aku membuka ponselku dan menghubungi Jack.

" Dimana kau? Apa yang kau lakukan, kau pergi tanpa pamit padaku? Sudahlah, kembalilah sekarang juga! ". ujarku dengan setengah membentak kemudian mematikan panggilan. Aku tersenyum penuh kemenangan, karena aku tahu Jack tidak akan memberontak ia pasti akan pulang.

" Kau meminta Jack pulang? Benarkah? ". ujar Ibu membuatku menarik senyumku padam.

" Bukankah ia baru saja pergi, kau yang mengiyakannya! ". tambah Ayah.

" Ayolah, Abi. Jangan kekanak-kanakan, jika kau marah, marah saja. Jangan mempermainkan orang lain ". kata Ibu geram menatapku.

" Ibumu benar, perjalanan jauh itu tidak mudah. Itu berbahaya, telepon dia dan minta ia untuk kembali besok saja ". tegas Ayah menambah.

" Tidak-tidak, ia tidak akan melakukan itu. Biarkan saja ia pulang ". kataku menatap ke arah keduanya kemudian aku berlalu menuju Kamarku.

" Dasar keras kepala ". ucap Ibu mengoceh pada Ayah, "Sama sepertimu." dengarku sebelum benar menjauh.

°°°

" Bu, Tuan Abi menelpon, dia memintaku pulang sekarang! ".

" Maka pulanglah, Nak. Kau juga, ada apa kau kemari! ". ungkap Ibu mengomeliku seperti putra kecilnya dulu.

" Mengapa ia menyuruhku pulang, padahal aku sudah pamit ".

" Iniiii! ". ucap Ibu melempar barangku yang aku bawa. Ia tidak marah, ia hanya mengomel. karena memang seperti itulah ibu. Setelah pamit dengannya aku beranjak menaiki Motorku.

" Loh, udah mau pulang aja, Aa? ". tanya Siti tetangga Rumahku.

" Iya nih, Ti, mari ". kataku dengan ramah. Kata Ibu Siti ini menyukaiku. Tapi aku tidak, aku biasa saja. Aku menganggapnya hanya sebagai adik Kampung saja. Aku bahkan biasa saja tidak menganggap serius ucapan Ibu.

***

Sarah mengajakku bertemu entah apa yang ingin dia lakukan kali ini. Aku tidak ingin menemuinya, aku enggan. Mengingat kejadian kemarin, aku juga sudah memperingatkannya agar jujur dan terbuka semuanya pada Abi, mengingat mereka akan menikah sebentar lagi.

" Aku tahu kau tidak akan menemuiku, jadi aku saja yang menghampirimu kemari ". ujar Sarah tiba-tiba dan itu membuatku terheran-heran darimana ia tahu keberadaanku.

" Bagaimana kau bisa tahu keberadaanku, kau memata-mataiku? ". bentakku. Ia terkekeh, aku semakin bingung ada apa dengan Sarah.

" Tidak-tidak, maafkan akan sikapku yang lancang. Aku menaruh Gps di Ponselmu! Aku tahu kau terkejut. Aku juga sudah memikirkan perkataanmu kemarin, kau benar, aku harus jujur pada Abi, mengingat kami akan menikah sebentar lagi. Tapi bisakah kau merahasiakan itu! Ku mohon ". ujar Sarah memohon.

" Kau tahu Sarah, aku tidak ingin ikut campur urusan pribadi kalian. Tapi, ketika aku tahu, kau mengkhianati Abi, aku tidak akan mungkin diam saja ". jelasku memberi pengertian pada Sarah.

" Tidak, Jack. Aku tahu, itu benar jika kau menaruh curiga padaku, Tapi,.. ".

" Aku tidak menaruh curiga, Sarah. Jika saja aku tidak melihat kau dengan seorang pria di dalam Mobil ". kataku memotong pembicaraannya. Aku tidak ingin tertipu pada apa yang akan di ucapkannya. Aku bukan Abi yang dingin dan tidak peduli. Aku adalah pengawalnya, maka aku harus melindunginya.

" Kau melihatnya, Jack? ". ucap Sarah tiba-tiba dan mundur ke belakang. Ia nampak ketakutan.

" Dengar, Sarah. Aku tidak peduli masalahmu. Tapi tolong, hentikan semua kebohonganmu ". bentakku marah. Sarah hanya menggeleng saja menolak ucapanku.

" Aku tidak bohong, Jack. Aku juga tidak berkhinat ". ucapnya. Mendengar itu aku tertawa sinis betapa memalukannya sikap Sarah.

" Kau sangat menjijikkan, Sarah! ". ujarku berlalu pergi. Sarah menarik tanganku, tapi aku menolaknya. Tanpa di sangka Abi telah menyaksikan semua nya. Aku cukup terkejut begitu juga dengan Sarah.

" Mengapa kau terkejut, Jack! Kau adalah pengawalku, jadi mengapa kau berpikir aku tidak akan tahu keberadaanmu ". ucap Abi dengan menahan amarahnya, ia mengatakan itu sambil menatap ke arahku dan Sarah secara bergantian.

" Abi, aku,.. ". kataku mencoba menjelaskan.

" Cukup, anggap saja aku tidak melihat ini. Pulanglah Jack! ". ungkap Abi, " Dan kau, jangan kemana-mana Sarah! ". tambah Abi, aku tahu ia sedang menahan kesal saat ini, itu terbukti dari suara nya yang bergetar. Aku mencoba menahannya.

" Kuharap kau tidak ikut campur, jika kau menghargaiku dan hubunganku ". kata Abi melemah.

Tanpa sengaja mataku dan mata Abi bertemu, aku melihat ia menangis. Ini adalah kali kedua aku melihat Abi menangis, dan aku sudah tidak melihatnya sejak lama. Terakhir kali ia menangis adalah saat ayahnya akan di makamkan.

" Pergilah, Jack. Ini kesalahanku, dan ini tak ada hubungannya denganmu ". kata Sarah tiba-tiba. Aku merasa cukup bersalah kali ini.

Apakah Abi salah paham akan hal ini? Apa yang ia pikirkan? Aku melangkah jauh dan pergi dari sana dan kembali menuju rumah. Semoga semuanya baik-baik saja.

1
miilieaa
wah ini novel keren loh, semangat berkarya kak
@Rapunzell123: Wah, terima kasih kak😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!