NovelToon NovelToon
Tetesan Air Mata Anggrek

Tetesan Air Mata Anggrek

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Cerai / Mengubah Takdir / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sebuah Kata

Menceritakan kisah seorang gadis malang bernama Anggrek. Gadis yang tak pernah diharapkan kehadirannya oleh siapapun termasuk ibu kandungnya sendiri.

Bahkan, gadis itu tidak mengetahui dimana keberadaan ayah kandungnya karena sang ibu selalu saja mengatakan jika ayahnya telah meninggal dunia. Bukan hanya keluarganya yang hancur, Anggrek harus menerima pahitnya kehidupan setelah masa depannya direnggut paksa oleh karyawan sang paman.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Seperti yang mereka bicarakan tadi bahwa pulang sekolah mereka akan menemui cowok baru yang akan Ratu gebet berikutnya.

"Anggrek buruan!" panggil Ratu yang kini tengah berada dipakiran.

Anggrek berjalan menuju Ratu, gadis itu tampak memoles wajahnya yang terlihat lebih menor dari tadi pagi.

"Ratu, itu pipi lo habis di tonjok?" tanya Anggrek.

"Enak aja, tadi itu gue make up dulu, cantik kan?" tanyanya percaya diri.

"Hah? Make up? Lo masih 15 tahun loh Rat, ntar wajah lo rusak baru nyesal." ujar Anggrek ngeri sendiri.

"Bacot deh, buruan ntar dia marah lagi." ujarnya berjalan mendahului Anggrek.

"Emang pacar lo Smp mana sih?" tanya Anggrek yang menyamai posisi mereka.

"Smp Garuda,"

"Trus Frans gimana?"

"Gak gimana-gimana Ngrek, lo brisik deh!" geramnya.

Tak lama mereka bertemu dengan pria yang tadi Ratu bicarakan, pria berkulit putih, hidung mancung dan mata sipit serta bibirnya yang merah. Pria itu sangat tampan diusianya yang baru beranjak 15 tahun.

Pria itu tersenyum kearah Anggrek dan Ratu.

"Hai, udah lama nunggu?" tanya Ratu pada pria itu.

"Ga juga, kamu sama siapa?" tanyanya seraya melirik Anggrek.

"Oh, ini Anggrek sepupu aku." ujarnya seraya melirik Anggrek sekilas.

"Anggrek, ini Haikal yang gue bilang tadi." lanjutnya memperkenalkan Haikal kepada Anggrek.

"Haikal," Ujarnya seraya mengulurkan salam perkenalan yang dibalas oleh Anggrek.

"Anggrek," ucapnya lalu menarik tangannya kembali.

"Duduk yuk!" Ajak Haikal mempersilakan mereka untuk duduk.

"Jadi gimana, Kal? Kamu mau ngajak aku jadian kan?" pedenya.

"Maaf Ratu, tapi gue kesini mau bilang kalau lo ga usah temui gue lagi!" ujar Haikal.

"Kenapa?" tanya Ratu.

"Karna Frans itu sepupu gue, lo bisa bohongin Frans tapi gak dengan gue."

"Aku bisa putusin Frans demi kamu kal." ujarnya mencoba meyakinkan Haikal.

"Sorry, mending lo sama Frans aja." ucap Haikal yang kini tengah berdiri dari tempatnya.

"Lain kali jadi cewek yang jujur!" lanjutnya berjalan mendekati mogenya.

"Haikal! Tunggu!" panggil Ratu yang tak didengarkan oleh pria itu.

"Gue balik Ngrek!" pamit Haikal pada Anggrek yang berdiri disebelah motornya.

Anggrek hanya membalas dengan anggukan, gadis itu tak ingin ikut campur dengan apa yang terjadi antara sepupunya dan pria itu. Bagi Anggrek apapun yang dilakukan Haikal saat ini adalah tindakan yang benar karena bagaimanapun Ratu adalah pacar dari sepupunya sendiri.

"Anggrek, lo kenapa diam aja?! Tahan ekal dong." pintanya tak mau Haikal pergi darinya.

"Biarin dia pergi Tu, jangan dipaksa." ujar Anggrek.

Haikal menatap Anggrek sekilas lalu pergi melanjukan motornya meningglkan Anggrek dan Ratu.

"Ini semua gara-gara lo, kenapa lo ga pegangin dia sih?" geramnya seraya mencubit lengan Anggrek.

"Apaan sih Ratu, orang dia yang mau pergi kok." ucap Anggrek.

"Tau ah!" Ratu berjalan meninggalkan Anggrek yang kini menatapnya heran. Gadis itu tak bersyukur dengan apa yang telah ia punya.

"Kasihan Frans." monolog Anggrek, mengikuti Ratu dari belakang.

-------

"Assalamualaikum," Salam Anggrek seraya menutup pintu rumah.

"Waalaikumsalam," jawab Delia yang terlebih dahulu berada dirumah.

"Kakak udah pulang?" tanya Anggrek.

"Udah Ngrek, tadi guru rapat jadi sekolah kakak pulangnya cepat." balas Delia.

"Udah masak kak?" tanya Anggrek.

"Belum," ujarnya cengengesan.

Sebenarnya Anggrek tau kalau kakaknya ini tidak pernah memasak, semua pekerjaan rumah hanya Anggrek yang mengerjainya. Tak ada yang peduli dengannya.

Ingin rasanya Anggrek meminta Delia untuk membantunya namun Susi pasti tidak mengizinkan tangan Delia melakukannya. Bagi Susi delia adalah mahkota yang tak boleh lecet sedikitpun.

"Jam berapa pulangnya tadi kak?" tanya Anggrek.

"Jam 10 dek." balas Delia santai.

"Jam 10 lo pulang tapi gak ada niat buat ngebantu gue, gue tau lo anak kesayangan tapi berhati dikit bisa nga Del? Lo itu manusia bukan patung, kenapa semuanya lo kasih ke gue, apa jari jemari lo ga berfungsi lagi? Gue capek tau Del." Batin Anggrek.

"Kamu mau masak kan Ngrek? Lebihin bikin martabak telor ya, lagi pengen soalnya." perintah Delia.

"Bikin sendiri!" ketus Anggrek.

"Tolong lah Ngrek,"

"Gue capek kak, lo bisa bikin sendiri kan? Jangan manja deh!" geram Anggrek.

"Gue aduin mama baru mampus lo Ngrek." ancam Delia.

"Aduin kak, lo itu kenapa sih? Kadang baik kadang kek iblis." geram Anggrek.

"Mau lo apa sih Ngrek? Udah baik mama nampung lo disini, kalau ngak lo udah jadi gembel, sadar dikit Ngrek." ucap Delia.

"Mau lo apa? Martabak telur? Noh beli di luar, jangan pernah nyuruh gue ini itu. Cih, lo kira gue babu lo?" ucap Anggrek tak kalah marah.

Delia menatap Anggrek marah sedangkan yang ditatap berjalan seraya menghempaskan pintu dengan keras.

Bagi Anggrek saat ini tempat yang paling nyaman adalah rumah Eliana, walaupun Eliana membencinya tapi Anggrek sangat menyayangi ibunya.

Bagi Anggrek berjauhan dari surganya adalah hal yang sangat menyiksa.

"Assalamualaikum," salam Anggrek.

"Ngapain kamu kesini? Ibu lagi pergi." ucap Nindi sinis.

Nindi tidak mempersilahkan Anggrek masuk ia kembali menutup pintu.

"Kamu boong kan Nindi? Buka pintunya Aku mau ketemu ibu!" ujar Anggrek marah seraya mendorong pintu yang ditahan Nindi.

"Auw, sakit," ucap Nindi dengan keras, membuat Willy, Eliana dan Andre berlari kearah mereka.

"Sakitt," rengeknya seraya memeluk Eliana.

"Kamu kenapa?" tanya Willy pada putrinya.

"Anggrek dorong aku sampai jatuh yah." bohongnya membuat Willy dan Eliana menatap Anggrek tajam.

"Kak Anggrek dorong kak Nindi?" tanya Andre.

"Kakak ngak dorong kak Nindi, Ndre." ucapnya.

"Boong, tadi kamu dorong aku." ucap Nindi seraya memeluk erat Eliana.

"Ibu, Anggrek ga mungkin dorong Nindi, ibu percaya Angrek kan?" tanyanya pada Eliana berharap wanita itu akan mempercayainya.

Eliana melepas pelukan Nindi dan memeberikan gadis berumur 10 tahun itu kepada Willy, Nindi melihat Anggrek dengan senyum penuh kemenangan.

Eliana berjalan mendekati Anggrek.

"Ibu percaya kan? Anggrek ga bohong bu," ujarnya lagi.

PLAK!

Tamparan Eliana mendarat dengan baik dipipi Anggrek. Gadis malang itu terdiam seraya memegang pipinya yang terasa panas, kali ini Anggrek tak bisa mengeluarkan air matanya seharian matanya menangis dan mata itu tampak lelah untuk menangis lagi.

"Kurang bu?" tanya Anggrek pada Eliana.

"Satu lagi bu." ucap Anggrek seraya menunjuk pipi kanannya.

"ANGGREK!" bentak Eliana yang hanya dibalas senyuman oleh gadis itu.

"Aku kira sebenci-bencinya ibu kandung pada anaknya gak akan pernah main tangan, namun aku salah, bencinya ibu pada anaknya memang menutup mata mereka tentang kebenaran bahwa aku anak kandungnya. Lagi bu, ini belum" ucap Anggrek dengan lirih seraya menepuk-nepuk pipi kanannya.

"Anggrek, ibu kamu sedang marah jangan dipancing. Lagian kamu yang salah juga." ucap Willy membuat Anggrek melempar tatapan tajam kearah pria yang sekarang menjadi ayah sambungannya.

"Saya gak salah! Anda kalau ga tau diam aja!" geram Anggrek.

"Anggrek, bicaramu bisa dijaga?!" tanya Eliana marah.

Anggrek terkekeh kecil, "Kenapa?"

"Yang sopan Ngrek! Dia itu ayah kamu." ucap Eliana.

"Dia itu SUAMI ibu BUKAN ayah aku!" balas Anggrek.

"Anggrek!!" bentak Eliana kembali menampar pipi kanan Anggrek.

Gadis itu menatap ibunya tajam, entah apa yang ada diotak Anggrek sampai emosinya tak bisa tertahan lagi.

"Puas bu?!" tanyanya penuh penekanan.

"Aku ini ANAK KANDUNGMU BUKAN ANAK TIRIMU BU!"

"Jika kau membenciku kenapa tak kau bunuh aku?"

"Kenapa kau masih melahirkan aku ke bumi yang jahat ini?"

"Kenapa?" tanyanya dengan dagu keatas.

"Jaga sikapmu Anggrek! Saya ini ibu mu."

"Ibu? Sejak kapan? Sejak kapan kau ibuku? Pernahkah kau bertanya bagaimana aku? Pernahkah kau berada disisiku ketika aku terbaring lemah? Pernahkah kau ada saat aku terpuruk? Pernah? NGAK BU!!!!"

"Kau menganggap aku ada ketika kau butuh aku, kau jadikan aku asisten rumahmu, kau minta aku mencuci pakaianmu, kau minta aku menjadi orang asing ketika keluarga suami mu datang,"

"Jika kau tak menginginkan ku, berikan aku kepada ayahku!" ucap Anggrek tajam.

"Ayahmu sudah lama mati!" ucapnya.

"Boong, kau bohong, ayahku masih hidup, kau jahat bu, jahat."

"Demi laki-laki ini kau tega meminggalkan suami pertama mu, sampai kapapun aku tak akan menganggap dia ayahku dan sampai kapanpun aku ga akan pernah memaafkan semua perbuatanmu bu!" ucap Anggrek seraya berlari keluar rumah dengan derai air mata yang tadi tak keluar, entah kenapa saat mendengar pengakuan sang ibu tetang ayahnya Anggrek merasa lemah dan gemetar, bagaimana bisa ibunya mengatakan jika sang ayah telah meninggal, jika ayahnya telah lama meminggal kenapa Eliana tak pernah memberi tahu pemakamannya dimana.

1
Inayah Riyadi
jadi males baca
Inayah Riyadi
banyak cramahnya di timbang cerita nya
Sebuah Kata: haloo kak, makasih atas kritikannya
total 1 replies
Arsène Lupin III
Terus terang, aku harus tahu kelanjutan cerita ini sekarang juga.
Phedra
Aksinya keren banget, semangat terus author!
Sebuah Kata: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!