Emily, 25 tahun. Dia harus terjebak diantara permintaan bos nya untuk bisa diterima menjadi sekretaris di PT Dinar Sastra.
Satria,35 tahun . Pimpinan yg dikenal dingin dan jutek itu memiliki kepribadian unik. Tempramental dan manja seperti layaknya bayi .
Namun, siapa sangka seiring berjalannya waktu bersama mereka berdua menumbuh kan rasa cinta tetapi bagaimana status Satria yg masih memiliki istri ?,Bisakah mereka bersatu diantara kecaman keluarga mereka..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lulu Berlian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Kamar kita..?"
Emily membeo , sedikit tidak yakin dengan pendengarannya .
"Ya ...Kamar kita ,memang kamu kira saya akan membiarkan kamu tidur sendiri di saat ada saya di sini."
"Berarti kita ...Ahhh ralat ,gue harus tidur *** terus sama dia ..!"
"Kenapa..? Keberatan.?"
Suara Satria membuyarkan pikirannya , Emily segera menggeleng .Takut takut Bos nya itu membatalkan semuanya.
"Ti...Tidak..."
"Good girl ."
Satria maju selangkah. Kini ia bisa menatap dengan jelas wanita di hadapannya ,ia akui jujur saja Emily ini sangat menggoda walau hanya mengenakan riasan sederhana.
"Pak.."
Emily memekik kala tangannya di tarik membuat ia terjatuh di atas pangkuan Satria di pinggir ranjang.
"Jika sedang berdua seperti ini bisa gak jangan panggil saya Pak..!"
Jujur saja Emily sangat sulit menebak wajah Satria , karena pria itu terlihat selalu datar tidak ada ekspresi berlebih.
"Tapi.... panggil apa ..?"
Kepala Emily menunduk ia tidak kuat jika harus menatap Satria lama lama.
"Apa saja yg kamu bisa "
"Apa saja "? Ya apa..? Mau di panggil Abang takut marah, di sangka Abang Abang tukang somay .Di panggil Mas ..Ahhh... Lebih geli gue .."Kata suara hati Emily.
"Mas lebih baik .."
Ujar Satria seperti bisa membaca pikirannya.
"Kayaknya gue harus hati hati deh.." Pak Satria bisa baca pikiran gue..!"Kata suara hati Emily.
"Bisa panggil saya Mas..?"
Emily mengangguk kecil.
"Iya Pak....Eh Mas...!"
Satu kecupan ia dapatkan sangat manis berbeda seperti di kantor yg ia rasakan. Kali ini Satria benar benar menjaganya seperti barang mudah pecah pelan tetapi menuntut .
Tangan Satria kini merambat ke bawah mene*** di balik kemeja Emily .
"Ehmmmm..."
Lenguhan Emily membuat nya semakin tertantang , sedikit terkejut bahwasannya lagi dan lagi Emily tidak menggunakan B**.
"Kamu nakal juga.."
Sedetik kemudian Satria kembali menyatukan pang*** kali ini Emily membalas nya walau terkesan kaku yg ia rasakan.
Satria mengusap punggung wanitanya membuat Emily agar terasa nyaman .Benar saja , Emily di bawa seperti mel*** bergerak gelisah di atas pang*** Satria.
"Enghhhmm...
Leng*** Emily kembali terdengar , Satria semakin tertantang membelai bagian depan d** buah tonj**** yg sangat ia tunggu tunggu . Seperti bayangannya ,milik Emily benar benar pas di tangan nya .
"Ah..Pak. "
Gerakan tangan Satria terhenti ketika ia melihat raut wajah Emily yg kesakitan. Wanita itu meringis memegangi sebelah dad***.
"Apa sakit..?"
Emily mengangguk , seperti nya Satria terlalu terburu buru padahal sudah dokter katakan program laktasi memakan waktu paling lama empat minggu.
"Maaf saya terlalu tergesa-gesa..!"Malam ini tidur yg nyenyak saya masih ada urusan."
Emily mencelos , Satria mengangkat tubuhnya lalu membaringkan di atas ranjang empuk tak lupa menyelimuti nya.
"Saya akan ke sini lagi besok pagi.."
"Ke mana..?"kata suara hatinya .
Ingin sekali Emily mengatakan itu , tetapi ia tahan hanya suara hati saja.
Setelah berkata seperti itu Satria melangkah meninggalkan kamar tak lama terdengar suara pintu utama terkunci. Apakah Satria kecewa dengan nya..?
"Apa karena gue nolak tadi.. ya..? Eh..Tapi kan gue gak nolak,cuman.... Astaga Emily .."Kata suara hatinya.
Buru buru gadis itu menggeleng kan kepalanya ,bukan berarti menerima begitu saja hanya... maksudnya tidak menolak tidak juga menerima , begitu lah kira kira.
Tak terasa saat ini jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam , pasti ibunya itu sudah mencak mencak karena menunggu nya pulang .Bukan karena khawatir tapi lebih tepatnya ia hanya menjaga pintu ,jika belum ada yg pulang salah satunya maka ia tidak bisa tidur lebih dulu.
"Bodo amat lah..!"
Emily tidak perduli ,toh jika pulang juga hanya akan ada keributan yg terjadi seperti biasa hanya di tanyain soal uang dan uang oleh ibunya.
*****
Kepala Emily berdenyut sakit merasa tidurnya kurang nyaman ,apalagi ia terbangun beberapa kali . Bukan karena ranjang nya , tetapi takut jika sewaktu waktu Satria kembali ke apartment.
"Kenapa loyo gitu..? Belum sarapan ya lo ..?"
Emily di kejutkan oleh kedatangan sang sahabat yg kini sudah duduk di sampingnya .
"Lembur kah..?" Tapi gue gak liat elo di kantor lagi malem bahkan sore sore di tempat kerja lo gak ada ."
Emily merasa keenakan karena saat ini tangan Sebastian memijit pundaknya , sahabat nya ini memang jago perihal pijat memijat.
"Ahhhh...Iya sebelah sini .nah kena.."
Emily menggeliat kala merasa titik pusat sakitnya terjangkau oleh Sebastian.
"Gue pas lagi malem gak bisa tidur..!"
Kening Sebastian mengerut .
"Kata Gigi lo udah pulang duluan sama Pak Bos..!"
Raut wajah Emily berubah menjadi tegang , secepat kilat ia berdehem untuk menetralkan kembali suasana jantung nya yg berdetak lebih kencang.
"Iya ..Pak Satria ada kepentingan jadi gue sekalian pulang.."
"Ohh..."
Tidak ada tanggapan berlebih , Sebastian kembali memijat pundak Emily walau kini rasanya hambar moodnya sudah hilang.
"Makanya kalo tidur jangan kaya orang yg main bola , gelinding ke sana ke sini ,jadi kaya gini kan. "
"Iya kan gak akan tau jadi gini juga .."
"Halah . Dari dulu gak pernah berubah juga ."
Tanpa mereka sadari dari kejauhan ada yg memperhatikan mereka berdua. Dari matanya sudah terlihat sorot ketidak sukaan .
Emily merasa ada yg memperhatikan nya bahkan sampe berapa kali Emily memakan rambutnya sendiri padahal kala itu dirinya di kuncir kuda.
Tepat tatapan mereka bertemu Emily bisa melihat tatapan mata sang Bos yg menyala.
"Bas ... Bastian berhenti.."
Emily menggerakkan pundaknya gelisah ,tapi Sebastian tak mengidahkan ia kira minta pindah tempat.
"Yey...yg di sini aja belum selesai ,mau dimana..? Pinggang..?"
"Bas ..."!
Pekik Emily geram ,ia sudah berdiri total ketika sang Bos mendekati mereka berdua.
"Kamu ...ikut saya.."
Suara Satria terdengar tidak ingin di bantah .
Emily melirik ke belakang bermaksud berpamitan pada sahabatnya sebelum mengintil di belakang punggung Satria.
Suasana di dalam lift benar benar canggung ,kalo bisa di lihat saat ini Satria sedang mengeluarkan tanduk nya .Sorot matanya bahkan bisa membuat jin minder.
"Kamu di sini buka kah di bayar untuk saya..!"
Mereka berdua saat ini sudah berada di dalam ruangan Satria dan ia mengunci pintu rapat rapat bahkan sengaja pria itu meredupkan kaca transparan yg biasa ia gunakan untuk melihat para pegawai di sekelilingnya bekerja .
"Maaf Pak.."
"Seenaknya kamu pacaran di kantor saya.."
"Saya tidak berpacaran Pak.." bela Emily.
Walaupun ia takut setengah mati tapi dirinya menyangkal dengan keras tidak berpacaran dengan siapapun.
"Saya tidak perduli apa itu , tolong ingat kamu di sini di bayar oleh saya.."
"Iya Pak..Saya ingat itu.."
"Dasar..Siapa juga yg pacaran ,apa matanya itu buta ? Gue cuma minta di pijitin Sebastian aja ,ya tau sih dia yg gaji gue tapi kan.....Akhhh... Stres gue..."
Saat ini posisi Emily masih sama menunduk di depan Bos nya selama beberapa saat ,terdengar napas Satria memburu sepertinya ia sedang menekan amarah yg menggebu-gebu.
"Malam ini ada acara makan malam bersama client ,saya harap kamu bisa bersiap siap lebih
cepat ".
"Baik Pak...jika tidak ada lagi yg di sampaikan kembali, saya permisi."
Saat langkah kaki Emily baru dua langkah berjalan tiba-tiba suara....