Tetesan Air Mata Anggrek

Tetesan Air Mata Anggrek

Bab 1

Mentari pagi menyapa kedua bola mata gadis cantik itu, membuatnya terbangun dari tidurya. Ia tampak menikmati keindahan alam dipagi ini.

Rutinitas pagi yang dilakukan kebanyakan orang adalah bersiap-siap untuk pergi bekerja dan bersekolah atau membersihkan rumah mereka.

Dalam sebuah keluarga kerjasama adalah hal yang menyenangkan bagi setiap anak. Melakukan hal yang dianggap bisa membuatnya dekat dengan kedua orang tua. Namun keindahan keluarga tak pernah dirasakan oleh gadis malang yang kini berumur 15 tahun ini.

Bagi semua orang menganggap bahwa anak tunggal adalah anak kesayangan hanya saja itu tidak berlaku bagi Anggrek. Kepedihan yang ia terima selalu ia hadapi dengan senyuman, luka yang ia terima selalu ia obati dengan tawanya.

Bagi Anggrek saat ini kebahagiaan yang sebenar-benarnya kebahagiaan adalah bisa tersenyum walau batin terluka.

"Anggrek," panggil seseorang namun tak kunjung mendapat jawaban dari sang pemilik nama.

"Anggrek..." ulangnya memanggil nama gadis itu dan tak lama Anggrek datang menghampirinya wanita berkepala empat yang tengah berdiri didepan pintu.

"Iya ma," balasnya.

"Kamu bersihin semua ruangan yang ada dirumah ini! Jangan ada yang kotor atau berdebu dan jangan lupa masak! Mama sama kak delia mau pergi dan kami pulang nanti malam." ucap Susi, kakak dari ibu kandung Anggrek.

Saat ini Anggrek tinggal dengan Susi, kakak dari Eliana ibu kandung Anggrek. Sebelum tinggal bersama Susi, Anggrek lebih dulu tinggal dengan dua saudara kandung ibunya, Eko dan Indra.

Sedangkan Delia adalah anak angkat dari Susi. Susi divonis dokter tidak bisa mempunyai anak oleh karena itu Susi mengangkat Delia menjadi putrinya. Susi sangat menyayangi Delia melebihi sayangnya kepada Anggrek yang darahnya lebih dekat dengannya.

"Kok aku ga diajak ma?" tanya Anggrek sendu.

"Tempat kamu itu dirumah, gak usah banyak tanya Nggrek, kamu turutin aja apa kata mama." ujar Susi sedikit meninggi membuat Anggrek terdiam dan menatap Susi sendu.

"Yuk sayang!" ujar Susi lembut kepada Delia.

Wanita itu berjalan meninggalkan Anggrek sendirian, gadis itu menatap lama punggung Susi dan Delia secara bergantian.

Setelah kepergian Susi, Anggrek kembali tersenyum dan kembali mengerjakan pekerjaan rumah yang tadi diperintah ibu angkatnya itu.

"Mungkinkah kita kan salalu bersama walau terbentang jarak antara kita," gadis itu bernyanyi seraya memasak makanan untuk makan siang dan malam mereka.

"Alhamdulillah selesai," ujar Anggrek saat semua pekerjaannya telah selesai.

Gadis itu berjalan menuju kamar dan meraih handuk yang ada dibalik pintu seraya masuk kekamar mandi.

Tak butuh waktu lama untuk Anggrek berada didalam kamar mandi, gadis itu kini telah keluar dari kamar mandi memakai baju kaos hitam dan levis hitam dengan kepala yang dibalut handuk.

"Semuanya udah selesai, mending jalan ke rumah ibu, udah lama nga ketemu ibu, jadi kangen," monolognya seraya menyisir rambut.

"Huh, cantik juga," pujinya pada diri sendiri, yang kini tengah memakaikan topi dikepalanya.

Anggrek berjalan menuju garasi rumah dan mengeluarkan sepeda milik Delia dan menaikinya.

Sepeda itu digoes dengan santai oleh Anggrek menuju rumah ibu kandungnya yang tak berada jauh dari rumah ibu angkatnya. Anggrek hanya menghabiskan waktu kurang lebih 25 menit untuk sampai disana.

Sesampai dirumah Eliana, Anggrek memakirkan sepedanya disebelah rumah lalu masuk kedalam rumah.

"Assalamualaikum bu," salam Anggrek seraya menutup pintu dan masuk mencari keberadaan Eliana.

"Waalaikumsalam kak," jawab Andre yang keluar dari kamar ketika mendengar suara Anggrek.

"Ibu mana Ndre?" tanya Anggrek pada bocah berumur 8 tahun itu.

"Didapur kak, kakak kesini naik apa?" tanya Andre.

"Sepeda Ndre, kakak mau tempat ibu dulu ya," ujar Anggrek berlalu menuju dapur, disana terlihat Eliana sedang memotong wortel. Anggrek berjalan menghampirinya wanita berkepala 3 itu dan memeluknya dari belakang.

"Aku kangen ibu." Ujarnya lirih.

"Tapi ibu nga kangen kamu Anggrek!" bentak Eliana seraya melepas pelukan Anggrek. Gadis itu menatap punggung Eliana sendu, manik mata yang indah itu kini tampak berkaca-kaca, namun Anggrek berusaha menahan diri dan kembali tersenyum.

"Mau aku bantu ga bu?" tanya Anggrek yang kini tersenyum kearah Eliana.

"Ga usah!" ketus Eliana.

"Ga papa bu, sini biar aku yang motongin." ucap Anggrek seraya meraih pisau ditangan Eliana.

"Anggrek! Saya udah bilang jangan ganggu saya! Lagian kenapa kamu harus kesini lagi? Bukannya kamu udah tinggal sama Susi?" bentak Eliana membuat Anggrek menatapnya dalam, manik mata indah itu kembali berkaca-kaca namun sekali lagi gadis itu berusaha tersenyum melupakan semua ucapa Eliana.

"Iya bu, Anggrek udah tinggal sama mama Susi, tapi Anggrek masih anak ibu kan? Jadi Anggrek kangen sama ibu," ujarnya lembut.

"Apa Anggrek ga boleh main ke rumah ibu kandung Anggrek sendiri? Anggrek cuman sebentar disini bu." lanjut gadis malang itu.

Eliana tersenyum miris mendengar ucapan anak malang itu.

"Tapi saya ga minta kamu untuk main kesini! Saya ingatkan sekali lagi kalau kamu jangan pernah kesini lagi!!" ucap Eliana menekankan kata terakhirnya.

"Tapi kenapa bu?" tanya Anggrek dengan suara serak.

"Karna suami dan anak saya tidak menyukai kehadiran kamu."

Anggrek meraih jari Eliana "Anggrek ga punya salah sama mereka bu, izinkan Anggrek main kesini bu" ujarnya semakin serak.

Eliana menghentakkan genggaman Anggrek dari jemarinya.

"Anggrek! Kamu itu bisa dibilangin ga sih? Kalau suami saya dan anak saya tidak menyukai kehadiranmu, lebih baik kamu pulang!" usir Eliana.

Gadis malang itu menangis, ia tak bisa menahan tangisnya lagi. Perlakuan Eliana sangat keterlaluan.

"Anggrek juga anak ibu!" ujarnya sedikit meninggi.

"Tapi saya tidak menginginkan hadir kamu!" ucapnya membuat dada Anggrek seakan dihantam batu.

Anggrek tau ibunya tidak pernah bersikap baik kepadanya tapi Anggrek tak pernah beranggapan bahwa ibunya membenci dirinya. Bagi Anggrek apapun yang dilakukan ibunya adalah jalan terbaik untuknya, tapi kali ini ucapan Eliana sangat menyakiti hatinya. Bagaimana seorang ibu bisa mengatakan hal seperti itu. Jika dia tidak menginginkan kehadiran Anggrek kenapa Anggrek dilahirkan didunia ini.

"Anggrek anak ibu kan?" tanya Anggrek dengan derai air mata.

"Anak ibu hanya aku dan Andre!" sahut Nindi yang kini berada dibelakang Anggrek.

Nindia Adijaya, anak pertama dari Eliana dan Willy Adijaya. Putri pertama dari Willy ini sangat membenci kehadiran Anggrek. Gadis berusia 10 tahun ini sangat tidak menyukai Anggrek dan tak ingin membagi Eliana dengan Anggrek. Baginya Eliana hanya miliknya.

"Tapi Gue juga anak ibu Nindi!" bentak Anggrek.

"Anak ibu hanya aku dan Andre, lo hanya anak pungut yang ga berguna!" hardiknya.

"Ibu lo juga ibu gue! Gue juga berhak untuk mendapatkan kasih sayangnya Nindi." geram Anggrek.

"Gak!" keras gadis kecil itu.

"Pulang! Saya tidak membutuhkan kehadiranmu" ucap Eliana sarkas.

"Tapi bu,"

"Pergi Anggrek, aku ga suka kamu ada disini. Pergi!" usir Nindi seraya mendorong Anggrek keluar dapur, namun Anggrek tak mau, gadis malang itu terus berdiri disana.

"Lepas!" Ujar Anggrek sarkas dan mendorong Nindi sampai terjatuh, melihat putrinya terjatuh Eliana menatap Anggrek marah dan meraih rambut Anggrek dengan kejam.

"Beraninya kamu lukai putri saya." ujarnya marah seraya menarik rambut Anggrek dengan kasar membuat empunya meringis kesakitan sedangkan Nindi tersenyum bahagia.

"Terus bu..." soraknya.

"Sakit bu," isak Anggrek yang tak dihiraukan Eliana.

"Saya bilang PULANG ya pulang!" marahnya dan makin menjambak rambut Anggrek ganas.

"Aku punya hak buat ada disini bu, aku juga anak mu." isak Anggrek.

"Kau hanya anak haram yang tak pernah saya harapkan, pergi!" Eliana mendorong kepala Anggrek dengam keras membuat Anggrek terjatuh dan kepalanya mengenai sudut meja dengan keras meninggalkan bekas yang membiru.

Anggrek hanya bisa menangis, sakit yang ada dikepalanya tak seberapa dibanding sakit hatinya dengan ucapan ibu kandungnya sendiri.

Anggrek menatap Eliana dalam dan berdiri dari tempatnya lalu berlari keluar, menutup pintu dengan keras dan mengayuh sepedanya dengan cepat tanpa melihat kiri kanan. Pandangannya kosong, hatinya ramuk dan dadanya sesak.

Harapan yang ia pungkiri selama ini ternyata benar, dia adalah anak haram yang tak pernah diharapkan oleh ibu kandungnya. Anggrek tak pernah mengira bahwa kebencian ibunya pada sang ayah membuat ia menahan semua perih ini. Namun apapun yang orang katakan tentang dirinya dan ayahnya Anggrek tak percaya, baginya laki-laki yang bergelarkan ayah adalah sosok yang mulia yang ada dimuka bumi ini.

Walaupun ia tak pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah tapi ia meyakini ayahnya adalah pria yang baik.

KAU HANYA ANAK HARAM YANG TAK PERNAH SAYA HARAPKAN. PERGI!

Kata-kata itu selalu memenuhi rongga kepala Anggrek sampai ia tiba dirumah orang tua angkatnya. Anggrek berjalan dengan wajah lesu dan berlari kedalam kamarnya.

Anggrek melempar topinya sembarangan lalu menjatuhkan badannya diatas kasur sembari mengingat kejadian tadi dirumah Eliana. Anggrek menutup wajahnya dengan bantal dan tertidur dengan lelap.

 

"Anggrek," Panggil Susi yang berada didepan pintu kamarnya.

"Anggrek," panggilnya lagi yang didengar Anggrek, gadis itu berlari membuka pintu kamarnya mendapati Susi didepan sana.

Anggrek tersenyum mendapati mama angkatnya ini.

"Mama udah pulang?" tanya Anggrek.

"Kamu ngapain seharian ini?" tanya Susi seraya berjalan menuju ruang tamu diikuti Anggrek dari belakang.

"Ke rumah ib---"

"Mama...." teriak Delia yang memotong pembicaraan Anggrek dan Susi.

"Apa sayang?" seru Susi dari ruang tamu.

"Ini ma, sepeda aku ban nya kempes, padahal tadi pagi gak kenapa-napa." adu Delia membuat Susi melirik Anggrek dengan curiga.

"Kamu pasti yang udah ngempesin ban sepeda kakak?" tuduh Susi.

"Aku minjam sepada kakak ma, tadi ak---"

"Udah berapa kali mama bilang, jangan pernah pake sepeda kakak keluar rumah." bentaknya membuat Anggrek menunduk salah.

"Biarin aja ma, besok kakak pompa ma." ucap Delia.

"Diam kamu, mama mau ngomong sama Anggrek! Mending kamu ke kamar dan tidur!" ucap Susi yang dipatuhi oleh Delia, gadis itu meninggalkan Anggrek dan Susi berdua diruang tamu.

Susi menatap Anggrek dengan tatapan menyelidik sedangkan yang ditatap hanya bisa tertunduk.

"Kamu jadi anak kenapa nakal si Ngrek? Udah berapa kali mama peringati jangan pake barang kakak, tapi kamu malah make tanpa izin. Harus dengan cara apa mama ngomong sama kamu Nggrek?" ucap Susi.

"Ma, aku cuman minjam sebentar, besok aku betulin ban nya ma." ujar Anggrek lirih.

"Alah, kamu bisanya omong doang, dulu juga gitu ujung-ujungnya ngerusak barang kakak aja bisanya. Emang ga guna kamu Nggrek, pantas Eliana ga mau ngakuin kamu sebagai anaknya." ucap Susi, lagi dan lagi Anggrek harus menerima perkataan jahat itu. Jika semua orang tidak menginginkannya kenapa Allah masih memberikan ia umur sampai detik ini. Kepedihan yang selalu ia terima tak bisa lagi ia ceritakan kepada siapapun.

Hidupnya hanya penuh dengan luka dan luka. Untuk bahagia saja Anggrek tak berani karena baginya kebahagiaan tak akan pernah singgah untuk dirinya.

"Cukup! Cukup ma, aku tau aku salah, aku minta maaf tapi jangan pernah bilang aku anak ga guna ma, aku juga pengen dibilang anak yang berguna cuman aku belum bisa menjadi apa yang mama dan ibu inginkan, maafkan aku. Izinkan aku menunjukkan kalau aku juga bisa seperti kak Delia. Aku juga anak mama, jangan bilang kek gitu ma, jangan!" ucapnya tanpa ia sadar air matanya mengalir membasahi pipinya.

"Kamu dan Delia itu ga akan pernah sama Nggrek! Delia itu jauh lebih baik daripada kamu, dan jangan harap saya akan mempelakukan kamu layaknya Delia, jangan mimpi!" bentak Susi berlalu meninggalkan Anggrek yang tengah menatapnya sendu.

Gadis itu berjalan menuju kamarnya disana terdapat Delia yang tengah duduk seraya memainkan ponselnya, mendapati Anggrek memasuki kamar membuat Delia menatapnya iba.

"Maafin kakak ya Nggrek." serunya sedangkan Anggrek hanya membalasnya dengan senyum singkat dan menjatuhkan badanya disebelah Delia.

"Gara-gara kakak, kamu dimarahin, seharusnya kakak ga bilang ke mama tadi." ujarnya penuh penyesalan.

"Iya kak ga papa, lagian aku juga udah kebal diginiin sama mama dan ibu," ujar Anggrek.

"Aku tidur dulu kak."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!