Setelah akadnya bersama sang suami, Aleta mengetahui fakta yang menyakitkan. Laki-laki yang baru beberapa jam menjadi suaminya ternyata selama ini mengkhianatinya. Lebih menyakitkan lagi selingkuhan dari sang suami yakni orang terdekatnya. Aleta hancur, hidupnya tak berati lagi, namun ia tak ingin hidupnya sia-sia untuk laki-laki yang telah mengkhianatinya. Ia bersumpah akan membalas rasa sakitnya kepada kedua orang yang sekarang menjadi incaran atas rasa sakit hatinya.
Namun siapa sangka? setelah mendapatkan kehancuran dalam hidupnya, Aleta justru dipertemukan dengan seorang laki-laki yang akan merubah hidupnya, ia juga yang membantu Aleta membalaskan dendam.
Arfandra Nanggala, laki-laki mapan,tampan, juga sangat pintar dalam bersandiwara, menyembunyikan setatus dirinya juga termasuk bagian dalam sandiwara Arfandra.
"Kamu tidak ingat perjanjian kita diawal?"
"Untuk sekarang aku masih ingat, tapi tidak tahu ke depannya."
Damn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 3
Pagi harinya semua sudah berkumpul di meja makan, termasuk Dipta yang sudah lebih dulu di sana. Sementara Aleta baru saja datang dan langsung menuangkan air putih ke dalam gelas.
Melihat rambut Aleta yang masih kering seketika menimbulkan pertanyaan besar dalam diri Alesa. Begitu juga kedua orang tua mereka. Tetapi baik mama dan papanya tidak terlalu memikirkannya, mungkin saja keduanya lelah dan langsung istirahat. Berbeda dengan Alesa yang merasa penasaran dan memilih untuk langsung bertanya dengan yang bersangkutan.
"Ta," panggilnya membuat Aleta menoleh.
"Lo nggak keramas?"
Pertanyaan Alesa sontak membuat Dipta yang sudah berada di meja makan terkejut, tetapi tidak dengan Aleta yang seperti tenang dan tahu akan ada pertanyaan semacam itu.
"Tamu bulanan Tata datang."
Itu bukan Aleta yang menjawab, melainkan Dipta. Namun hal itu justru membuat mama mereka menyipitkan matanya.
"Bukannya baru 3 hari yang lalu kamu selesai Ta?" tanya sang mama dengan polosnya.
Duerrr
Seketika Dipta menatap Aleta seakan meminta penjelasan, Aleta sendiri tetap tenang, ia sudah memikirkan jawaban yang pas untuk suaminya nanti. Meski mungkin saja alasan yang akan ia berikan tergolong aneh.
Setelah sarapan bersama di meja makan. Kini Aleta dan Dipta berada di kamar bersama. Dipta terus mendiaminya seakan sedang kecewa atau marah dengan Aleta yang membohonginya. Namun itu tidak seberapa dibanding rasa sakit Aleta atas pengkhianatannya selama ini.
"Kamu masih marah kak sama aku?" tanyanya.
Aleta mencoba mendekati Dipta yang sedang berdiri di balkon kamar. Sungguh, Aleta sangat malas melakukan hal itu, berpura-pura merasa bersalah dengan laki-laki di sebelahnya.
"Menurut kamu?" tanya Dipta yang langsung diangguki Aleta.
"Ck, gue yang harusnya marah brengsek," umpatnya dalam hati.
"Sorry kak, gue nggak bermaksud bohongi kakak apa lagi sampai buat kakak jadi marah seperti ini," ujarnya terjeda.
"Aku cuma-"
"Apa Ta? Kamu belum siap?" sela Dipta yang langsung diangguki oleh Aleta.
Dengan Dipta menyela ucapannya justru lebih baik. Ia tidak perlu beralasan lagi. Tadinya Aleta berniat akan memberitahu Dipta jika si putih pada dirinya datang, namun itu memang bukan alasan yang tepat, dan mungkin saja akan membuat laki-laki tersebut merasa jijik dengannya. Namun siapa sangka Dipta malah sudah menyela ucapannya dan membantunya agar alasan yang sudah ia rencanakan tidak perlu lagi diucapkan.
Tiba-tiba pundak Aleta sudah dicengkram Dipta, bukan dicengkram sebenarnya, tetapi dipegang dengan sedikit elusan di sana. Dan bahkan tangan Dipta kini sudah berada di dagu gadis itu.
Sial, lagi-lagi Dipta mencoba untuk merayunya agar hal itu cepat terjadi di antara mereka. Harus dengan cara apa lagi Aleta menghindar. Siapapun tolong Aleta sekarang. Ia bersumpah akan mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya.
"Sayang, jangan takut. Aku akan melakukannya sepelan mungkin, membuat rasa sakit itu tergantikan dengan kenikmatan yang selama ini belum pernah kamu rasakan," ujar Dipta mengecup kening Aleta dengan lembut.
Ucapan Dipta memang patut Aleta acungi jempol, bukan karena keromantisan yang Dipta lakukan sampai membuatnya terbuai, tetapi apa yanh Dipta katakan persis seperti buaya yang sedang memancing mangsanya. Aleta sangat yakin hubungan Dipta dengan perempuan lain lebih dari seorang kekasih yang hanya hangout bersama, tetapi mungkin keduanya sudah pernah satu bantal dan juga satu selimut.
Mengingat itu membuat Aleta ingin muntah rasanya. Aleta tegaskan pada dirinya agar ia tidak sampai memberikan mahkotanya untuk laki-laki itu.
"Sayang, hmm?" suara Dipta kembali terdengar, bahkan nada suaranya sudah terdengar berat. Aleta bukan gadis polos yang tidak tahu hal itu.
Dipta benar-benar menginginkannya, bakan meski sekarang masih di pagi hari. Dipta seperti tidak peduli itu. Buktinya kini jari-jari Dipta mulai mengelus lembut pipi Aleta.
Ceklek
Pintu kamar keduanya terbuka. Menampilkan sosok Alesa yang berdiri diambang pintu.
"Sorry, gue nggak tahu."
Alesa berniat menutup kembali pintu kamar mereka. Namun dengan segera Aleta cegah dengan bersuara sejak diamnya tadi karena rayuan Dipta.
"Kenapa kak?" tanyanya.
Penyelamat yang Aleta inginkan ialah Alesa. Beruntung ia hanya bersumpah untuk berterimakasih sebanyak-banyaknya. Tidak melakukan sumpah bodoh yang bisa saja menjadi bumerang untuk dirinya nanti.
"Mama manggil kamu Ta, suruh ke bawah,"beritahu Alesa.
Sebelum pergi, Alesa sempat melihat ke arah Dipta, namun itu hanya berlangsung sebentar saja. Aleta melirik keduanya secara bergantian sebelum akhirnya tersenyum tipis.
"Sayang, aku ke mama dulu ya?" pamitnya dengan sangat manja.
Tidak hanya itu Aleta dengan sengaja mencium pipi Dipta, lalu meraba bagian dada bidang laki-laki itu. Hal itu langsung membuat Dipta langsung merasakan desiran pada sekujur tubuhnya. Namun lagi-lagi harus tertahan karena datangnya orang yang tidak diinginkan.
Aleta suka menggodanya, Aleta senang membuat Dipta merasa disiksa karena perbuatannya, itu baru permulaan, Aleta akan melakukan lebih dari itu untuk membalas perbuatan mereka. Namun untuk saat ini Aleta tetap harus melakukan sumpahnya tadi.
"Kak, thanks ya?" ujarnya disaat melewati Alesa yang sedang duduk di ruang TV.
"Makasih banyak," ujarnya lagi.
Done, itu sudah cukup bukan untuk melakukan janji yang sudah ia katakan tadi? Gadis itu pergi menemui mamanya sementara Alesa dibuat kebingungan dengan tingkah Aleta padanya.
"Ma," panggilnya menghampiri mamanya yang sedang duduk di taman belakang.
"Duduk Ta," titah beliau.
Aleta duduk di samping mamanya. Wanita cantik yang selama ini sudah memberikan kasih sayang luas untuknya. Bahkan Aleta tidak pernah merasa kesedihan selama hidupnya karena mamanya memperlakukannya layaknya seorang putri yang harus dijaga dengan sepenuh hati.
Sampai beliau lupa, memanjakan Aleta bisa saja membuat orang di sekitarnya merasa tidak nyaman, atau bahkan menimbulkan rasa cemburu dan iri karenanya.
"Soal yang tadi, kamu sengaja Ta menghindar?" tanya mamanya langsung.
"Kamu belum siap sayang? Hmm?"
Aleta menatap nanar manik mata teduh di depannya. Haruskan ia mengatakan yang sebenarnya? Tetapi ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya merasa sedih dan kecewa. Aleta berusaha menyembunyikannya sebaik mungkin sampai tiba saatnya nanti.
Ia sendiri tidak tahu akan sampai kapan seperti ini. Tetapi yang jelas, Aleta tidak rela jika mahkotanya sampai direnggut laki-laki yang sudah membuat sakit hatinya, membuat rasa percayanya hilang tergantikan perasaan untuk balas dendam.
Terlihat anggukan di kepala dari gadis itu. "Tata belum siap ma," ujarnya pada akhirnya.
Mamanya langsung menggenggam tangan Aleta, selain untuk memberi rasa tenang, tentu saja untu memberi rasa berani pada gadis itu.
"Dengar sayang, kalian sudah menjalin kasih cukup lama, kamu pasti sudah sangat tahu bagaimana Dipta, dan kamu tahu sendiri usia Dipta juga sudah sangat matang, kamu paham bukan apa yang harus kamu lakukan kepada suamimu?"
"Mama bukannya memaksa, sesuatu yang dipaksakan juga tidak benar, tetapi kamu kini juga sudah cukup dewasa untuk mengerti peran istri untuk suami, mama harap kamu tidak bikin Dipta kecewa ya sayang," ujar beliau yang hanya dibalas senyum tipis oleh Aleta.
Andai mamanya tahu kelakuan bejat Dipta seperti apa sampai membuatnya tidak sudi memberikan hak untuk laki-laki itu. Andai saja semua yang ia rasakan semudah itu untuk ia katakan, andai saja semua tidak serumit itu sekarang, dan andai saja wanita itu bukan salah satu dari orang yang mamanya sayangi.
Mungkin semua sudah Aleta ungkapkan di hari dimana ia mengetahuinya. Namun semua tidak semudah itu, Aleta masih memikirkan perasaan kedua orang tuanya.
"Shit, kalian bener-bener bikin hidup gue nggak terarah," umpat Aleta ditujukan untuk dua orang yang kini sedang duduk berdua di depan TV.
dobel up..
gapapa laah mas Fandra, pembukaan dlu. nanti di Perancis dilanjutin🤭🤭🤭
mau tau Fandra berapa lama redmoon nya😁😁🤭🤭🤭
cm seminggu paling kl ga 9 harian laaah.
tp kan hbs itu lgsg bs unboxing kq😁😁
sabar ya mas Fandra😉
nanti bakal ada masa masa indah pernikahan sm Tata🥰🥰
kenapa ketahuan nya setelah menikah.....