NovelToon NovelToon
Kecewa

Kecewa

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang
Popularitas:19.8k
Nilai: 5
Nama Author: balqis

Nasib memang tidak bisa di tebak. ayah pergi di saat kami masih butuh perlindungannya. Di tengah badai ekonomi yang melanda, Datang Sigit menawarkan pertolongan nya. hingga saat dia mengajakku menikah tidak ada alasan untuk menolaknya.
. pada awalnya aku pikir aku sangat beruntung bersuamikan pria itu.. dia baik, penyayang dan idak pelit.
Tapi satu yang tidak bisa aku mengerti, bayang-bayang keluarganya tidak bisa lepas dari kehidupannya walaupun dia sudah membina keluarga baru dengan ku.
Semua yang menyangkut keluarga harus di diskusikan dengan orang tuanya.
janji untuk membiayai adik-adik ku hanya omong kosong belaka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon balqis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

"Mas, bukannya apa-apa, apa tidak salah kau memberi uang mbak Rani sebanyak itu?" ucapku hati-hati.

"Tidak apa-apa, May. Mungkin dia beneran lagi butuh." jawabnya santai.

"Tapi..?"

"Kita jangan bahas ini lagi, ya.. Kepada siapa lagi dia meminta kalau bukan padaku. Kau tau sendiri Didit belum punya pekerjaan.."

Mendengar jawabannya aku terdiam.

Tapi perasaanku terlanjur tidak enak. karenanya aku cuekin suamiku itu.

"May, kenapa kau diam saja?" tanyanya lembut.

Aku hanya menggeleng sambil tanganku terus melipat pakaian di kasur.

Mas Sigit terlihat berpikir.

Tiba-tiba dia memegang tanganku.

"Aku tau kau marah soal Rani. Baiklah.. mulai sekarang kau saja yang pegang uang. kau atur pengeluarannya. tapi kau juga harus memberi kalau ibu atau yang lainnya meminta, bagaimana?" tanyanya dengan senyum manis.

Bukan itu sebenarnya tujuanku. aku hanya tidak ingin melihatnya terlalu boros. Bagaimanapun kami juga punya keluarga sendiri. punya masa depan yang harus di persiapkan, bagaimana kalau kelak kami punya anak? Tapi ku pikir idenya tidak buruk juga. Dengan begitu aku bisa mengontrol kelakuan Rani dan suaminya.

"Aku tidak meminta Lo, Mas. Tapi kalau kau percayakan padaku. Aku terima." jawabku datar.

Dia langsung memeluk ku erat.

"Saat makan makan malam aku akan memberi tau yang lain."

Aku hanya mengangguk mengiyakan.

Aku pikir tidak salah. aku adalah istrinya, wajar saja kalau aku yang mengatur keuangan mas Sigit.

"Perhatian semuanya. Aku mau memberitahu kalau mulai sekarang May, yang akan memegang keuangan ku. jadi kalau ada yang butuh sesuatu, silahkan berhubungan saja dengan May." ucap mas Sigit tenang.

Ibu, Rani dan yang lainnya terkejut.

Mereka langsung berhenti mengunyah.Wajah mereka seperti tidak suka.

Tapi ibu mertua lebih bisa menguasai keadaan.

"Baguslah.. Itu memang seharusnya.

Tapi May juga harus amanah, ya.. Jangan karena kita di beri kepercayaan itu, kita seenaknya memakai untuk keperluan keluarga, misalnya?" ucapnya dengan senyum di paksakan.

Aku terperangah. Sangat jelas ibu menyindirku.

"Aku tidak minta kok, Bu. Tapi mas Sigit yang memberiku kepercayaan itu. Insya Allah aku akan menjaga kepercayaan nya." jawabku cepat.

"Tidak minta, tapi tidak menolak, kan?" ledek Rani.

"Sudah-sudah.. jangan di bahas lagi. Kalau kau butuh uang kan tinggal bilang pada May." mas Sigit melerai perdebatan yang hampir terjadi.

Walaupun merasa tidak puas, Rani dan yang lainnya terpaksa menerima keputusan mas Sigit.

Paginya, Bilal datang ketempat ku. Dia mengadu sudah dua kali di tegur karena belum belum membayar baju olahraga.

"Kau tenang saja, nanti mbak kasi uangnya." aku membelai kepala Bilal.

Walaupun mas Sigit sudah mempercayakan keuangannya padaku. Aku merasa harus tetap minta ijin padanya kalau keluargaku yang meminta.

Jawaban nya membuatku gembira.

"Uangnya ada padamu. Kenapa kau harus minta ijin lagi, May? Kau atur saja." suaranya dari sebrang telpon

Setelah berbincang cukup lama, aku menyuruh Bilal pulang.karena ibu tidak ada teman.

Tak lupa aku memberinya amplop berisi uang untuk kebutuhannya.

Tapi di ambang pintu. ibu sedang menatapku.

"May, ibu mau minta uang. Ada keperluan mendadak."

"Berapa, Bu?" tanya ku sopan.

"Lima juta."

"Lima juta? Untuk apa, Bu?"

"Sigit tidak pernah bertanya untuk apa kalau ibunya meminta uang." ucap ibu murka.

"Maksud ku, uang yang ku pegang tidak sebanyak itu, Bu. Nanti belum untuk keperluan yang lainnya "

Dia terlihat bingung.

"Dino di tahan di kantor polisi. untuk membebaskannya kita harus menyiapkan uang lima juta."

"Kasusnya apa?" cecar ku.

"Nanti ibu ceritakan. Sekarang mana uangnya dulu.!"

Ibu mengambil amplop di tangan ku dengan paksa.

"Kurang lima ratus ribu." keluhnya.

Matanya menatap amplop di tangan Bilal.

"Bagaimana kalau ibu pakai dulu uang adikmu."

"Tapi, uang itu butuh untuk bayar sekolah, Bu." jawabku tegas.

"Itu, kan bisa di atur." Dia mengambil uang di tangan Bilal lalu pergi.

Aku mengelus Dada.

Tega sekali ibu melakukan ini. Padahal Bilal butuh uang sekolah, bukan untuk bersenang-senang.

Malamnya aku adukan semuanya pada mas Sigit.

"Ibu benar, Bilal bisa membayarnya di lain hari. Tapi di kantor polisi apa bisa di tunda ? Yang ada Dino akan di tahan."

Jawaban yang sangat menyesak kan dada.

Bukannya membelaku malah menyudutkan ku.

***

Siang itu, Tara sedang bermain di kamar tengah. Anak itu terlihat sangat anteng bermain sendiri.

Tapi tak lama kemudian. suara jeritan Rani terdengar ke seantero rumah.

Kami datang melihat apa yang terjadi.

"Ada apa, Ran? " tanya ibu mertua cemas.

"Lihat ini, Bu"

Rani memperlihatkan tas yang semula di pegang Tara.

Tas yang masih utuh dengan mereknya itu sudah cemong oleh lipstick di sana sini.

"Tara mengotori tas baru ku." rengeknya jengkel.

"Cuma tas saja. dia masih kecil." ibu membela cucunya.

"Ibu tidak akan berkata begitu kalau tau berapa harga tas ini..." ratapnya sambil mendekap tas itu.

"Dua juta, Bu..!" ucapnya kesal.

"Dua juta?" aku ikut kaget.

Bukannya tempo hari dia minta uang ke suamiku dan bilang untuk arisan? Ternyata dia berbohong. Bukannya untuk bayar arisan seperti ceritanya tapi untuk membeli tas itu.

Rani sadar aku sedang menatapnya.

Dia menjadi salah tingkah.

"Maksudku, ini tas temanku yang di beli dengan harga dua juta. Aku meminjamnya." ia meralat ucapannya yang pertama.

"Aduh, kau ini.. Kenapa pinjam barang semahal itu. Cepat balikin." Didit berkomentar.

"Habisnya kau tidak pernah mau membelikan nya untuk ku..!" jawab Rani kesal.

Didit sudah mau membela diri, tapi ibu melerainya.

"Sudah..! Kalian balik ke kamar masing-masing.."

Kami bubar dari tempat itu. tapi hatiku masih dongkol oleh kelakuan Rani.

Bagaimana tidak? Bilal yang hanya butuh uang lima ratus ribu harus di tunda, sedangkan Rani bisa membodohi suami ku.

Aku kembali menahan diri. Sia-sia saja mengadu pada mas Sigit. Karena ujungnya dia pasti membela keluarga dan iparnya.

Sejak hari itu, Rani dan Ibu mulai menampakkan ketidak suka anya padaku.

Aku berusaha acuh saja selagi mas Sigit masih menghargai ku di dalam rumah itu.

Apalagi sejak tau aku sedang hamil anaknya. Perhatiannya semakin bertambah.

"Mas, aku ingin menjenguk ibu..."

Pinta ku malam itu.

"Tapi kau sedang hamil sayang.."

"Memang kenapa? Memangnya ibu berbahaya buat kehamilanku?" aku mulai ngambek.

"Bukan begitu. Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu padamu dan anak kita. Kau tau kalau aku sangat mengharapkan anak itu."

"Aku janji kami akan baik-baik saja disana." Lagi pula, orang hamil butuh suasana tenang. Hal itu akan berpengaruh pada janin yang di kandungnya. Tapi tidak mungkin hal itu aku utarakan pada mas Sigit. Bisa-bisa terjadi perang dunia karena dia pasti tidak terima.

"Baiklah... tapi aku tidak bisa menjagamu. Karena ada banyak pekerjaan."

Aku sangat mengerti. Mas Sigit semakin sibuk karena usahanya semakin besar.

Aku hanya mengangguk tanda mengerti.

Di rumah ibu aku merasa lebih nyaman. Suasana tenang dan religi sangat terasa. setiap saat aku mendengar lantunan ayat-ayat suci dari ibu, Bilal ataupun Hafsah. Mereka sangat antusias dengan kehamilanku.

Tapi besoknya ada telpon yang sangat mengejutkan ku.

"May.. Kau harus pulang segera.!" suara mas Sigit terdengar tidak enak lewat telpon.

Tanpa memberi penjelasan yang rinci. Dia menutup telpon.

Ada apa sebenarnya? Bahkan dia tidak menjemput ku.

"Kau mau pulang?" sapa ibu

"Iya, Bu. Mas Sigit memintaku pulang." ternyata ibu mendengar percakapan kami di telpon tadi.

"Jangan terbawa emosi. Apapun yang terjadi, kau harus berpikir jernih." pesan ibu.

Aku mengangguk saja.

Sampai di rumah. Suasana sangat hening. dimana mereka?

Ternyata semua sedang berkumpul di ruang tengah sambil menunggu kedatanganku.

Kulihat wajah mas Sigit sangat kesal.

Setelah mengucap salam aku salami mereka satu persatu. Tapi mas Sigit menepis tanganku. Aku sangat heran.

"May, aku tidak berharap ini darimu." ucapnya langsung.

"Ada apa, Mas?" tanyaku sambil memindai wajah-wajah yang ada di sana.

1
Faulinsa
Lanjut yuk kak.. ku kirim hadiah ni buat kakak.. semangat ya.
Faulinsa
Mbak Tirta bakal langsung Acc Amy untuk Agam, eh Agam untuk May, Agam & May lah pokoknya. Bentar lagi juga akan ketahuan penyebab tidur panjang nya Bulan. Selamat merasakan dinginnya sel tahanan mertua & menantu lucnut..
Lissaerlina
lanjuttttt
Yuliana Tunru
syukur lah agsm.gerak cepat tp hanna hrs di hukum dan dilapirkan ke.polisi biar kspok
Yuliana Tunru
kenapa cerita x makin jauh thor sampai dicukikbdan kyk x dijusl ke mucijari tirta pun aneh tak tau yg mana may yg ditaksir agam..bisa2 hingga berthn2 nih may x hilang..kurang suka lah ending x jauh dr bahagia..maaf ya thor klo kecewa
Yuliana Tunru
waduh nay dlm bahaya ..gmn jika tirta tau klo itu may yg dijebal x ..hedeh makin rumut
Yuliana Tunru
benar2 setan ya karti dan rani ..lapirkan z may cukup sdh bulan sdh berulqng kali dicelakai mereka biadab bilqn msh kecil gitu smoha z msh bisa tertolong
Faulinsa
Alhamdulillah.. astaghfirullah.. semoga dengan kejadian ini membukakan mata Sigit, begitu kejam nya peragai ibunya dan Rani. Sungguh sayang kesempatan yang May berikan kau sia-siakan Sigit. Love sekebon buat othor.. lanjut kak.. sudah saat nya May menemukan kebahagiaan sejatinya, dengan dokter Agam tentunya
balqis: makasih sayang supportnya
total 1 replies
Yuliana Tunru
sigit bidoh dan egous malah bukin bulan celaka z ..jgn sampai fatal ya thorr takut bulan kenapa2 dan itu sangat bahaya di rmh sigit yg berbahaya
Faulinsa
Dah lah Sigit, kesempatan terakhir mu kau sia-siakan, demi.. demikianlah nampak toxic and egoisnya keluarga mu.. silahkan nikmati sebentar lagi, hak asuh bulan sepenuhnya di tangan May.. tidak akan May izinkan kamu membawa Bulan lagi.. tak bisakah kamu belajar dari yang kemarin2??
Yuliana Tunru
move on dong sigit toh semua jg krn mu cuek dsn tak perhatian pd istri dan ank skrg bilang cinta malu lah
Lissaerlina
lanjuttttt
Faulinsa
May, Tinggal tunggu waktu mbak Tirta lihat fotomu di HP Agam, keadilan akan menemui jalannya. keadilan untuk Agam dan untukmu.. semoga bahagia..
Faulinsa
Ya ampun Thor, kamu kok pandai bgt ngotak atik perasaan mbak Tirta. Duh yg mau kamu lenyapkan calon adek ipar yg kamu harapkan mbak Tirta.. ish mbak Tirta ini
Yuliana Tunru
kasihan bgt agam takbusa tegas dgn klga ttg masa depan dan hidup x mgkin bkn jodoh may tp kasihan jg sih saling merindu dan mencinta tp terhalang nasib jg klga..
balqis
ya say. ada musibah kemarin itu
Yuliana Tunru
akhir x up jg
Yuliana Tunru
pindqh z may klo perlu.ke.desa sebelah biar jauh2 lah dulu klo jodoh tak.kemana tp tynggu cerai tuntas biar sigit tak datang ganggu trs
Yuliana Tunru
smoga cepat sembub thorr..bikin kesal makin pjg salah paham x..tara kenapa apa gangguan emosi krn cedera kepala atw terbiasa di manja
Yuliana Tunru
salah paham.ygnberujung tak.jelas sigut kepedean bgt toolak may dan saat keputusqn cerqi ttp bertahqn ceraiii agam yg tegas klo hqnna bkn iatrimu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!