Di saat fokus dengan masa hijrahnya, Damian kembali di hadapkan dengan masalah yang membuatnya harus menikahi gadis bercadar.
Damian Pangestu yang mempunyai masalalu yang buruk harus berada di tengah-tengah keluarga yang ahli agama.
Pernikahan yang tak terduga itu membuat rumah tangga Damian dan Adhiba bertahan walaupun harus menerjang hujan dan badai. Terlebih masa lalu Damian yang seorang pendosa muncul satu persatu.
Lalu bagaimana cara mereka menghadapinya?
•••••
"Jangan berharap lebih padaku Adhiba..Aku yang seorang pendosa sangat tidak pantas bersanding dengan wanita sepertimu" Damian Pangestu
"Aku tidak akan berharap lebih darimu, Tapi aku lah yang akan membuat pendosa sepertimu berharap agar lebih lama bersanding bersama wanita seperti ku.." Adhiba Azalea Ibrahimi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Hati Yang Ku Jaga
Damian tidak dapat memejamkan matanya. Padahal malam semakin larut. Penelpon yang menghubunginya tadi membuat Damian semakin penasaran siapa wanita yang menghubungi nya.
Menyesal bukan Damian tadi yang mengangkatnya. Pria itu justru meminta Adiba yang mengangkat telfon tersebut. Bukan berniat untuk apa, Tapi Damian hanya penasaran saja.
Damian meraih benda pilih miliknya dan menatap deretan dua belas angka yang masuk ke Ponselnya tadi. Nomor itu tidak Damian kenal sama sekali. Sangat asing, Namun hanya satu yang Damian takutkan pemilik nomor ini adalah salah satu wanita yang pernah terlibat dengannya dulu.
"Mas belum tidur?"Suara serak itu membuat Damian terkaget. Adiba membuka mata, Walaupun sipit mungkin karena masih mengantuk. Sebelum tidur Damian kembali mengajak sang istri bermain tadi hingga berakhir dengan Adiba yang kelelahan.
"Mas belum mengantuk sayang..
"Tapi ini sudah malam..Tidurlah, Jangan begadang. Kalau tidak ada artinya..."Damian terkekeh.
"Kamu bisa aja, Kayak lagu dong..."Kata Damian sembari merengkuh tubuh polos sang istri.
"Jangan pikirkan nomor tadi mas.. Adiba percaya kok sama Mas Damian.."Damian mengulas senyum. Istrinya ini sudah mirip dengan cenayang. Tahu saja apa yang ada dalam otaknya.
Detik itu juga rasa kantuk yang di rasakan oleh Damian mulai menyerang. Pria itu ikut memejamkan mata dan menyelami alam mimpi bersama sang istri yang mulai mengisi hati dan pikirannya.
...****...
Keesokan harinya. Usai sholat subuh, Damian mengaji seorang diri karena Adiba harus turun ke bawah untuk membantu sang Umma untuk memasak. Adiba sangat minim di ilmu tentang masak memasak, Karena sejak kecil Daddy Abimana melarang keras untuknya turun ke dapur.
Memang benar, Cinta pertama anak perempuan itu adalah ayahnya. Dan kebanyakan anak perempuan yang paling di manja oleh sang ayah. Contohnya Adiba sendiri.
Sejak kecil ia di larang ini dan itu, Sama halnya di larang pergi ke dapur. Takut kukunya yang lentik tergores, Takut kecipratan minyak. Tentu ada saja alasan lainnya.
Di saat sedang fokus dengan ayat-ayat Al Quran yang di pegangnya. Fokus Damian tersebut teralihkan dengan ponselnya yang kembali berdering.
Damian mencoba mengabaikan deringan benda pipih itu. Hingga satu kali, Dua kali, Tiga kali.. Ponsel itu terus berdering. Damian kesal, Ia menyudahi mengajinya dan meletakkan kitab suci tersebut di dalam rak.
Di raihlah ponselnya. Damian hanya menatap nomor yang semalam menghubunginya kembali. Bukan satu kali tapi berkali-kali.
Damian tidak tahu nomor siapa itu. Namun akal sehatnya meyakini bahwa penelpon itu adalah salah satu wanita yang mungkin pernah punya hubungan dengannya di masa lalu. Entah yang mana, Tapi yang pasti Damian sangat yakin itu.
"Jangan hubungi aku lagi.. Ada hati yang harus aku jaga..
Begitulah pesan yang Damian kirimkan. Setelahnya, Damian blokir nomor tersebut agar tidak dapat masuk ke Ponselnya lagi.
Mungkin Damian yang dulu akan merespon. Tapi tidak dengan Damian yang sekarang. Ia sudah punya Adiba yang lebih baik dan menjadi pelengkap hidupnya. Terlebih ia mulai berubah, Damian tidak ingin hidup penuh dengan dosa terus-terusan.
Setelahnya, Damian meletakkan benda pipih tersebut. Pria itu mulai bersiap karena hari ini Damian harus pergi ke kantor karena ada acara yang sangat penting.
Tanpa pria itu tahu, Bahwa di seberang sana seorang wanita menatap nanar ponselnya. Wanita cantik itu tak mengalihkan pandangan matanya kepada pesan yang baru saja masuk itu.
"Ada hati yang dia jaga katanya? Apa benar wanita yang mengangkat telepon ku semalam adalah istrinya? ",Ucap wanita itu seolah tidak percaya dengan semua ini.
"Bagaimana?" Wanita itu menoleh ke arah seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba saja duduk di samping wanita tadi.
"Tidak bisa ma..
"Tidak bisa?" Tanya wanita paruh baya itu dengan dahi mengkerut. Wanita cantik itu mengangguk.
"Damian sudah menikah.. Lihat pesan yang di kirimkannya.."Wanita itu memperlihatkan pesan yang baru saja Damian kirimkan.
"Haha bohong.. Dia pasti bohong.. Jangan percaya! Mama yakin dia pasti bohong.. Sudahlah. Mama yakin, Damian itu masih mencintai kamu.. Dekati dia lagi. Ingat, Kau dan anakmu butuh uang untuk kebutuhan kalian. Kau harus bisa merebut hati Damian lagi setelah itu kuras habis hartanya.."Wanita cantik itu mengangguk.
"Mama tenang saja, Aku sudah menyusun rencana untuk itu.. Aku juga yakin, Damian masih sangat mencintai ku..."Ucap wanita itu dengan bangga dan kepercayaan diri yang begitu tinggi.
.
.
.
Sebuah mobil milik Damian terhenti di depan gerbang salah satu universitas besar di kota itu.
"Kamu hati-hati ya sayang.. Mas berangkat ke kantor.. "Adiba tersenyum mengangguk.
"Iya, Mas juga hati-hati ya.. Adiba keluar dulu.."Wanita itu meraih punggung tangan Damian dan menciumnya. Namun saat hendak keluar Damian kembali mencegah.
"Mas..
"Jangan keburu-buru dong.. Masak mau berangkat gitu aja tanpa di kasih hadiah masnya.."Tanpa menunggu apapun lagi, Adiba seolah sudah mengerti dengan permintaan sang suami. Wanita itu menyingkap cadarnya dan tanpa basa basi lagi Damian melumat bibir itu.
"Dah.. Kalo terlalu lama, Mas bisa kebablasan nanti. .."Adiba terkekeh, Wanita itu merapikan pakaiannya sebelum akhirnya masuk ke dalam kampus.
Adiba melangkah masuk bersama Syifa disana. Keduanya sempat berbincang bersama. Di belakangnya, Ada Kevin yang mengikuti langkah Adiba disana.
"Kenapa berhenti Diba.." Tanya Syifa heran karena temannya tiba-tiba terhenti. Adiba menoleh ke belakang dan sekilas melihat Kevin. Wanita itu menghela nafas panjang sebelum kembali melanjutkan perjalanannya menuju ruang kelas.
Begitu sampai di kelas, Adiba sudah biasa dengan sambutan yang selalu menyesakan telinganya. Namun tidak seramai biasanya, Karena kali ini circle Kevin hanya diam saja. Hanya Erika dan teman-temannya saja.
"Selama pagi bu...Ustadzah.."Sapa Erika dengan senyum sinis di wajahnya. Adiba hendak duduk di tempat yang biasa ia duduki namun..
"Adiba jangan duduk disitu.."Kevin menghalau, Pemuda itu melarang Adiba agar tidak duduk di kursi itu. Erika kesal karena Kevin menggagalkan rencananya.
"Kevin kamu apa-apaan sih.. Udah biarin aja dia duduk.. "Ucap Erika dengan nada kesal. Tapi Kevin tidak peduli.
"Adiba kamu bisa cari tempat duduk yang lain.."Kata Kevin penuh dengan perhatian. Pemuda itu tahu apa yang ia lakukan ini salah. Tapi tidak salah kan? Jika Kevin mencari perhatian dari Adiba. Jika di bandingkan dengan Damian yang usianya lebih tua, Kevin lebih muda dan keren tentunya. Kevin yakin, Dengan memberikan perhatian terhadap Adiba lama kelamaan Adiba pasti akan berpaling dari Damian. Begitulah kata hati Kevin bicara.
Tanpa menyahut atau bicara apapun lagi, Adhiba langsung beralih duduk di tempat lain.
"Kevin!!" Teriak Erika
"Gak usah teriak! Gue belum budek ya? Ya kalau lo mau? Lo aja yang duduk di kursi ini.."Erika tak menjawab. Kursi itu sudah ia olesi dengan lem tikus untuk menjebak Adiba. Dan sekarang rencana itu gagal sudah.
.
.
.
TBC
.....Maaf Baru up ya... Kemarin othor sakit. Jadi gak bisa nulis dulu... Sekarang udah rada' Mendingan.. Insya Allah kalo udah semakin membaik akan up seperti biasanya 🙏🤗
semangat untuk berkarya kembali..
btul2 gk ad bonschap ny kah thor. satu bab az pn jdi. 😁
alfatihah untk suamiku