Kecelakaan mobil menewaskan kedua orangtua Aleesya saat berusia 5 tahun. Hanya Aleesya yang selamat dari kecelakaan maut itu. Dia diasuh oleh tante dan om-nya yang jahat.
Siap-siap banjir airmata yaa Readers !
Bagaimanakah nasib Aleesya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka Batin dan Fisik
Selesai bekerja, Aleesya pulang berjalan gontay menuju rumah neraka itu. Sebelum pulang Alee menuju pemakaman orang tuanya.
Saat kecelakaan itu terjadi, polisi menghubungi nomer om Lukman yang ada di ponsel papahnya Aleesya. Lalu dengan terpaksa om Lukman memakamkan orang tuanya Aleesya.
-
-
-
Aleesya berjongkok menyingkirkan daun-daun kering diatas pusara kedua orang tuanya. Aleesya tak menyadari bahwa ada yang mengikutinya yaitu Alarich.
Diam-diam Alarich mengikuti Alee dari sepulang bekerja itu. Dia juga sengaja agak dekat dari makam orang tua Aleesya.
"Mah, pah, Alee kangen. Hiks... Hiks ... Hidup Alee hancur, kenapa mamah sama papah pergi engga bawa Alee ? Alee lebih baik mati, daripada hidup seperti dineraka."
Alee terus saja menangis hidungnya sudah memerah dan juga kepalanya terasa pening. Hingga ia tertidur di pinggir batu nisan mamahnya. Ia sudah lelah menjalani hidup ini. Ingin rasanya dia mati saja.
Alarich mencoba mendekati karena sedari tadi tak ada pergerakan dari Aleesya. Dia coba menggoyangkan badan Aleesya, namun sepertinya Aleesya tak bergeming, dia tak bergerak sama sekali. Alarich reflek menepuk pipi Alee.
Ia meraba kening Alee, suhu badannya panas sepertinya Alee demam. "Bas, panggil dokter ke apartment sekarang !" Titah Alarich cepat.
-
-
-
Alarich membawa Alee dalam gendongannya menuju mobil lalu pergi ke apartment mewah miliknya. Didalam mobil Alee masih belum sadar juga terlihat wajahnya yang sembab dan pucat.
Sampai di apartment, Alarich membaringkan Alee ditempat tidurnya, ia menyelimuti Alee. Tapi saat dia melangkah keluar kamar, ia mendengar Alee mengigau.
"Pah, mah, Alee takut. Alee mau ikut papah mamah! Alee enggak kuat pah, mah, bawa Alee ! Alee mau ikut mamah papah !" Aleesya terus saja mengigau membuat Alarich khawatir.
Padahal ini pertama kali mereka bertemu. Tapi seperti ada sengatan listrik yang membawa Alarich ingin lebih dekat lagi dengan Aleesya.
"Boss ...Dokter Kayla sudah datang." Dokter itu langsung memeriksa Alee. Ternyata Aleesya juga demam tinggi dan mengalami stress berat. Alarich juga meminta Dokter Kayla mengganti baju Alee.
Saat dokter Kayla membuka baju Alee, ia melotot lebar, ada banyak bekas luka lebam dibagian punggungnya bahkan ada luka baru yang mengeluarkan sedikit da-rah dan juga ditangannya seperti bekas sayatan bu**h diri.
"Astaga apa yang terjadi sama kamu? Ini seperti luka cambukan. Siapa yang menyiksa kamu?" Gumam dokter Kayla. Ia pun cepat-cepat mengganti baju Alee.
"Tuan Alarich, sepertinya dia harus di visum. Ada banyak bekas luka dipunggungnya ,dan juga...ada bekas sayatan di pergelangan tangannya seperti orang mau bu**h diri. Saya khawatir, dia adalah korban kekerasan."
Dokter Kayla tadi sempat memotret punggung dan tangan Alee sebagai bukti penguat di kepolisian nanti. Dokter Kayla memperlihatkan photo punggung Alee dan tangannya.
Alarich sontak terkejut mengetahui fakta itu.
Tangannya bahkan tremor saat memegang ponsel Dokter Kayla. Dia tidak menyangka dibalik kecantikan dan kepolosan Aleesya menyimpan luka yang cukup berat dipundaknya.
"Bas, cari tahu apa yang terjadi pada Aleesya." Titah Alarich. Bastian segera pergi menghubungi detektive handal bernama Ethan untuk mengorek informasi mengenai Aleesya.
-
-
-
Besok paginya Aleesya terbangun dari tidurnya. Dia baru sadar kalau itu bukan kamarnya. Dia melihat ke sekeliling ini seperti kamar lelaki.
Pandangan Aleesya terhenti ketika melihat seorang pria tengah meringkuk di sofa panjang. Tangan Aleesya terulur menyentuh tubuh pria itu. Dengan sedikit takut, Aleesya menepuk pundak kokoh pria itu.
"Ehm! Maaf pak bangun pak sudah siang." Ucap Aleesya yang menepuk lagi pundak pria itu. Pria itu terbangun, dan dia pun berbalik ke arah Aleesya.
Mata Aleesya sontak terkejut, ternyata pria yang tidur itu adalah bossnya pemilik Rich Bakkery. "Pp-Pak Alarich?"
Alarich perlahan membuka matanya mendengar suara nan lembut itu. "Kamu sudah bangun? Apa masih pusing?" Tanya Alarich dia berusaha bangkit dari tidurnya.
"Su-sudah pak, maaf pak kenapa saya bisa disini yah? Terus ini baju siapa?"
"Hmmm kamu kemarin pingsan, saya yang bawa kamu kesini. Itu baju untuk kamu, asisten saya Bastian yang bawa. Itu dipinggir kasur di meja ada baju baru buat kamu ganti hari ini. Maaf kalau ukurannya tidak pas, saya enggak tahu ukuran kamu."
Alarich berdiri mengikis jarak dengan Aleesya. Tetapi mata Aleesya hanya menunduk ke bawah dia tidak sanggup kalau harus menatap mata indah bossnya itu.
Alarich mengangkat dagu Aleesya. Tatapan mata keduanya bertemu, deru nafas hangat gadis itu bahkan terasa di wajah Alarich.
"Siap siap, sudah itu kita sarapan!" Suara bariton itu menusuk jantung Aleesya. Alarich keluar kamar.
BLUSH
Pipi Aleesya merah bak tomat. Aleesya reflek memegang dadanya. Tapi tiba-tiba Aleesya teringat om dan tantenya, dia segera mencari tasnya. Tapi dia tidak menemukannya dikamar itu.
"Tas aku dimana yah? Om sama tante pasti cariin aku." Lirih Aleesya yang terduduk lemas di ujung kasur itu.
Akhirnya, Aleesya berjalan gontay menuju kamar mandi, dia membersihkan dirinya. Selesai itu dia keluar dari kamar Alarich. Dia berjalan menuju ruang makan.
"Rumah yang indah." Aleesya tersenyum tipis melihat sekeliling rumah itu alias apartment sebenarnya
Alarich baru keluar dari kamar satunya. Dia menghampiri Aleesya "Ayo aku siapkan makan dulu. Kamu duduk disini." Ajak Alarich pada Aleesya.
Aleesya pun menurut ia duduk dikursi meja makan. "Maaf pak, saya aja yang masak." Aleesya buru-buru berdiri dan menghampiri Alarich.
Alarich mengangguk dia duduk manis menunggu Aleesya masak. Alarich menopang dagunya memandang gadis cantik yang kini tengah ada di hadapannya.
TING TONG
Alarich berdiri membuka pintu. Bastian datang membawa amplop besar, informasi mengenai Aleesya. "Ini boss, semuanya lengkap ada disini."
"Baik ...Kamu enggak apa-apa kan sarapan dibawah? "
"Aman boss." Bastian yang paham sikonnya dia pamit dari hadapan bossnya. Alarich menuju kamarnya, dia membuka amplop itu.
Alarich membeku hatinya terasa sakit, Aleesya mendapatkan luka itu 2 hari yang lalu dipukul oleh tante mira. Dan ternyata, perusahaan Om Alessya bekerja sama dengan perusahaan Alarich.
Alarich mengeraskan rahangnya, dia bersumpah akan membalas perbuatan om dan tantenya Aleesya. Dia pun keluar kamar menuju ruang makan lagi.
Terlihat Aleesya tengah menata masakannya di meja makan. Senyuman manis Aleesya mampu menyihir seorang Alarich yang dingin bak kutub utara.
"Silahkan pak." Aleesya mempersilahkan bossnya itu untuk makan, Aleesya malah mematung berdiri.
"Kamu juga makan Aleesya, ayo duduk." Titah Alarich. Aleesya menurut. Dia ikut bergabung makan bersama boss tampannya itu.
"Wahh enak sekali, kamu jago juga ternyata!" Puji Alarich.
BLUSH
Wajah Aleesya memerah lagi, dia tersipu malu mendapat pujian dari bossnya. "Ternyata pak Alarich enggak seseram yang ku kira, dia baik juga." Gumam Aleesya dalam hatinya.
Aleesya tersenyum simpul ketika Alarich memujinya. Keduanya sarapan bersama, tanpa ada yang bicara lagi. Hanya bunyi dentingan sendok dan garpu.