Nabila tidak pernah membayangkan jika harus di hadapkan dengan situasi rumit seperti ini, dirinya harus terjebak dengan pernikahan semu bersama dengan seorang pria yang bernama Revan Alvaro.
Di usia pernikahan yang ketiga tahun ini dirinya harus berpisah karena Revan sudah ada wanita lain yang sejak dulu singgah di hatinya.
Nabila pun berusaha menerima semua keputusan Revan, dan tanpa dirinya tahu ternyata Allah sudah menitipkan janin di balik perceraiannya itu. Apakah Nabila bisa menemukan kebahagiaannya setelah ini?? temukan jawabannya hanya di manga toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 06 Pergi ke rumah Karin
Nabila pun menyadari kalau yang terjadi hanya bunga tidur saja, tapi meskipun begitu sosok kakek tua tersebut seperti nyata dan pesan yang di sampaikan dalam mimpi tersebut masih terngiang di benaknya, setelah merasa sudah cukup mengumpulkan nyawanya akhirnya wanita tersebut, mengambil air wudhu hendak menjalankan salat Subuh.
Mungkin untuk saat ini sebaik-baiknya tempat mengaduh hanya kepada Tuhannya, dengan semua gundah gulana di dalam hatinya dia tumpahkan semua di atas sajadah panjangnya, dengan menengadahkan tangan dia memohon kepada Tuhannya agar supaya di berikan ketabahan untuk menjalani semua ini.
Selesai sholat Nabila melanjutkan perjalanannya kali ini wanita cantik tersebut tidak pulang ke rumahnya sendiri, dia memutuskan untuk menginap sementara waktu ke rumah sahabatnya itu, karena memang saat ini kondisi fisiknya masih belum baik-baik saja, luka lebam akibat tamparan dari suaminya masih terlihat jelas di pipi mulusnya, karena hal inilah yang membuat dia mengurungkan diri untuk pulang kerumah nenek dan kakeknya, karena memang dirinya tidak ingin sampai keluarganya tau, atas apa yang saat ini di alaminya.
"Tok ... Tok ... Tok ..." Suara ketukan pintu, di pagi hari membuat sang pemilik rumah langsung membukakan pintu.
"Nabila!" pekik Karin. Keduanya pun langsung berpelukan.
"Rin untuk sementara waktu ini tolong ijinkan aku untuk menginap di rumahmu ini," pinta Nabila.
"Ayo, masuk dulu, ini wajahmu kenapa kok bisa lebam seperti ini?" tanya Karin.
"Ayo, kita jelasin di dalam saja," kata Nabila.
"Ya, sudah ayo," ajak Karin yang syok melihat luka lebam di pipi sahabatnya itu.
Karin saat ini pergi ke dapur untuk mengambil air hangatnya, sungguh dia tidak tega melihat wajah cantik sahabatnya tersebut terluka seperti ini, rasanya dia ingin sekali melabrak itu suami dari temannya tersebut, tapi lagi-lagi dia sadar kalau itu bukan ranahnya, jadi yang hanya bisa lakukan saat ini hanya merawat luka lebam temannya tersebut sampai akhirnya membaik.
"Tahan ya, mungkin ini agak sedikit perih," ucap Kiran ketika menyeka pipi sahabatnya dengan air hangat lalu kemudian dia mengoleskan salep, agar luka lebam tersebut cepat menghilang.
"Terima kasih Rin, aku tidak tahu kalau tidak ada kamu. Mau datang kemana lagi di saat seperti ini," ungkap Nabila
"Bil, rumahku ini selalu terbuka untukmu 24 jam, dan kamu tahu kalau ibuku masih hidup pasti dia adalah orang yang pertama kali membelamu, apalagi melihat wajahmu yang seperti ini," ucap Karin sambil menghibur temannya tersebut.
"Aku sangat bersyukur di pertemukan denganmu dan keluargamu, yang membuatku merasakan apa itu hangatnya keluarga, papa dan mamamu selalu menganggap aku sebagai seorang anak sehingga diriku merasakan bagaimana hangatnya dekapan seorang ibu, dan semoga saja mereka berdua bahagia di atas sana ya Rin," ungkap Nabila yang tiba-tiba saja, teringat akan sosok orang tua temannya itu.
"Itu, pasti Bil. Dan yang membuat mereka bahagia lagi, karena melihat kita yang masih saling menguatkan seperti ini," terang Karin.
Kejadian ini membuat mereka kembali menilik ke belakang di mana masa-masa kecil mereka yang sangat membahagiakan, mereka berdua di pertemukan di sekolah taman kanak-kanak, yang bertaraf internasional sewaktu itu, pada dasarnya Karina sendiri adalah anak dari kalangan menengah keatas, hanya saja tragedi kecelakaan orang tuanya membuatnya harus hidup menurun 189° derajat, karena memang setelah itu usaha orang tuanya di nyatakan bangkrut dan Karina yang waktu itu masih kuliah terpaksa harus menjual rumah mewahnya untuk biaya kuliah dan juga sekolah adik-adiknya, maka dari itu dia memutuskan untuk membeli rumah yang lebih kecil yang saat ini tengah dia tinggali bersama kedua adiknya.
"Ya sudah, sekarang ceritakan padaku apa yang membuat mu pergi dari rumah suami mu?" tanya Karin.
"Aku, sudah memutuskan pergi dari kehidupan mas Revan untuk selama-lamanya, dan tekad ku ini sudah sangat bulat."
"Lalu, apa ada hubungannya luka lebam kamu itu, dengan suami dingin mu itu?" tanya Karin kembali.
"Iya, dan ini semua bukan salah mas Revan saja tapi aku juga yang tidak bisa mengontrol emosi lalu mengatakan hal yang menyinggung perasaan dia," ucap Nabila tanpa membenarkan dirinya sama sekali, kerana memang di sini dia sangat mengakui hati orang tua manapun yang anaknya di hina pasti mereka tidak terima.
"Maksudmu anak," beo Karin.
"Iya, dia sedang memiliki anak dengan pacar gelapnya itu, makanya dia sangat ingin mengakhiri hubungannya denganku."
"Terus kamu tidak sakit hati mendengar semua itu."
"Kalau dirasa sakit hati rasanya hati ini sudah, kebal bahkan sangking kebalnya sudah tidak terasa, makanya aku memilih untuk keluar saat itu juga," ucap Nabila.
"Ya, syukurlah kalau begitu akhirnya kamu bisa keluar juga dari rumah suamimu yang gila itu."
Nabila sedikit lega ketika sudah mencurahkan semua isi hatinya terhadap temannya itu. Bahkan saat ini dirinya sudah tidak mau peduli lagi dengan perasaannya yang masih mencintai suaminya itu, Revan memang sudah keterlaluan, tapi tetap saja yang namanya rasa tidak mudah terhapus begitu saja.
****
Di tempat lain saat ini Revan merasa gusar pasalnya dia sudah benar-benar membiarkan Nabila pergi dari rumahnya dalam cuaca yang buruk seperti tadi malam, andai saja kemarin malam Revan bisa menurunkan egonya sedikit saja pasti kejadian tadi malam tidak akan terjadi, dan pada akhirnya dia sendiri yang bingung dengan kepergian istrinya tersebut, bagaimana dia menjelaskan tentang ini semua kepada neneknya, yang jelas sangat menentang perceraiannya dengan Nabila, hati Revan pun saat ini di buat dilema, dengan masalah yang ada. Bukan berarti Revan takut dengan neneknya, hanya saja dia begitu amat menyayangi sang nenek melebihi dari ibu kandungnya, pasalnya Revan sendiri sedari kecil di asuh oleh neneknya.
Revan pun saat ini sudah berangkat ke kantornya, tidak tahu kenapa meski dirinya menegaskan tidak pernah mencintai Nabila, tapi perasaan kehilangan ada ketika wanita cantik tersebut meninggal rumahnya, bahkan dirinya merasa bingung untuk mencari pakaiannya sendiri, karena memang dirinya tidak pernah tahu menahu, selama ini istri yang dia abaikan itu yang selalu menyiapkan kebutuhan nya, meskipun begitu, tidak sedikit pun hati Revan terketuk untuk melihatnya.
"Tuan ini laporan yang anda minta," ucap Delon sambil menyerahkan berkas tersebut.
"Delon, kalau ada Andah cegah dia untuk masuk keruangan ku, saat ini aku tidak mau diganggu oleh siapa-siapa jadi, kamu tahu kan apa yang aku maksud!" perintah Revan dengan nada datarnya.
"Baik tuan," ucap Delon sambil melenggang pergi.
Baru saja Delon mau pergi ke ruangannya sendiri tiba-tiba saja orang yang di bicarakan atasannya tadi datang dan hendak masuk begitu saja keruangan atasannya tersebut.
"Maaf anda mau kemana, kalau mau cari tuan hari ini tuan tidak masuk ada meeting di luar kantor," cegah Delon.
"Apa benar, kanapa Revan tidak mengabariku, biasanya dia selalu mengabariku setiap meeting di luar kantor," ucap Andah sambil menatap nanar Delon.
"Kalau masalah itu aku kurang tahu, tapi untuk saat ini tuan memang sedang tidak ada di ruangannya, kalau pun mbak Andah mau nekat masuk silahkan saja, pasti tidak akan bertemu dengan tuan Revan, karena memang beliau tidak ada di dalam," ucap Delon meyakinkan pacar dari atasannya itu.
Dan pada akhirnya Andah percaya begitu saja dengan bualan Delon dan memutuskan untuk tidak masuk di ruangan atasannya tersebut.
Zahra yg dibisik aku yg kaget dan mukaku merah padam krna nahan malu 😍😍😍
mau kabur atau diusir bisa lah duduk teras bntr nunggu hjn reda br pesan grab yg sllu online. klo dia jln pake mantel ujan msh ok lah..
yahh namanya alur dibuat dramatis tp kdg tak logis..ngikut aja dan jg crta bagus n rapi
TAMAT