Sebuah ramalan kemunculan raja iblis berhasil membuat dunia kacau balau akibat kemunculan para monster, makhluk mistis serta fenomena alam baru.
Untungnya manusia masih memiliki secercah harapan. Mereka adalah para manusia yang berhasil membangkitkan kekuatan hebat, mereka disebut Awakening.
Akan tetapi, apakah secercah cahaya itu dapat mengalahkan kegelapan yang begitu besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galaxy_k1910, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zirah berkali-kali pakai
Singkat cerita, akhirnya Ekilah tiba di depan pintu masuk ke tempat rahasia Tundra. Itu adalah sebuah lubang menuju bawah tanah yang berada di balik pohon besar.
"Kau yakin di dalam sana ada barang berharga? Ini kayak sarang binatang."
[Dahulu aku sudah memasang segel yang membuat hewan-hewan menjauh dari area ini.]
"Berarti aman ya?"
[Aman... Sepertinya.]
Ekilah pun langsung melompat ke dalam lubang. Ia merosot ke bawah tanpa hambatan sedikitpun.
"Rasanya kayak naik perosotan di water park aja," pikir Ekilah.
Bruk!
Untungnya, Ekilah berhasil masuk tanpa terjatuh. Perempuan itu lalu berdiri dan sedikit menepuk pakaiannya yang kotor akibat debu.
Ekilah memandang sekeliling. Ruangan di bawah tanah itu remang-remang, hanya diterangi oleh cahaya samar yang entah berasal dari mana. Dinding-dindingnya dipenuhi ukiran aneh yang menyerupai simbol-simbol kuno. Debu tebal terhampar di lantai, menunjukkan bahwa tempat ini sudah lama tidak tersentuh.
“Tempat ini… seperti gudang tua,” gumam Ekilah seraya mengamati ukiran di salah satu dinding.
[Apa yang kamu harapkan dari tempat yang sudah ditinggalkan selama 100 tahun lebih? Dan lagi, debu yang menumpang di lantai itu adalah tanda jika kamu adalah yang pertama datang kemari.]
Ekilah berjalan mendekati salah satu ukuran di dinding yang berbentuk naga.
[Itu bukan sekadar ukiran. Simbol-simbol itu adalah pengunci.]
“Pengunci? Pengunci apa?” Ekilah mengerutkan kening, tangannya menyentuh salah satu ukiran. Sebuah getaran kecil terasa menjalar dari dinding ke tubuhnya.
[Pintu menuju inti tempat ini. Jika kamu ingin menemukan harta, kamu harus membuka kuncinya.]
"Kenapa kau tidak sekalian memberi sihir atau segel pembersih otomatis sih?" tanya Ekilah sambil menghela napas.
Tundra mengabaikan pertanyaan tak berguna dari Ekilah itu.
[Ada tiga mekanisme yang perlu diaktifkan untuk mendapatkan hartaku. Yang pertama, cari kristal hijau di dalam ruangan ini. Itu adalah kunci pertama.]
Ekilah mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Kristal hijau yang dimaksud tidak tampak jelas di mana pun.
Ujung mata Ekilah menemukan sesuatu yang mencolok di sudut ruangan. Sebuah pillar pendek yang biasa digunakan sebagai alas untuk pot tumbuhan hias. Di atasnya terdapat batu hijau yang sudah usang tertutup debu.
[Berhati-hatilah, kristalnya dilindungi jebakan.]
Ekilah berhenti di depan pillar, mendengar kata-kata itu. "Tentu saja ada jebakan. Tidak mungkin semudah ini."
Akan tetapi, sesaat sebelum tangannya menyentuh kristal itu, lantai di sekitar Ekilah mulai bergetar. Sebuah suara retak terdengar, diikuti dengan munculnya lingkaran sihir bercahaya merah di sekelilingnya.
[Ah, aku lupa bilang. Jangan sentuh langsung kristal itu karena jebakannya akan aktif.]
"Telat gobl—!"
Belum sempat menyelesaikan umpatannya Ekilah langsung melompat mundur, sayangnya lingkaran sihir itu sudah memancarkan cahaya terang. Seketika, suara gemuruh terdengar dari balik dinding.
Dari celah di salah satu dinding, makhluk besar dengan tubuh berlapis es mulai merangkak keluar. Taring tajamnya berkilauan, dan matanya memancarkan cahaya biru dingin. Golem Es.
“Oh, hebat. Makhluk penjaga. Kenapa kau tidak menjadikan makhluk ini sebagai tukang bersih-bersih?" keluh Ekilah sambil mengeluarkan pedang Erasmo.
[Kelemahan monster itu ada pada kakinya.]
"Oke."
Sriing!
Tanpa basa-basi, Ekilah langsung mengeluarkan tebasan energi tepat ke kedua kaki makhluk tersebut.
Tubuh besar makhluk itu pun ambruk.
"Lemah."
[Umurnya sudah 100 tahun. Apa yang kamu harapkan?]
Ekilah memutar bola matanya malas. "Aku harap baju zirah yang kamu banggakan itu juga tidak termakan waktu."
Perempuan berambut putih itu pun mengambil kristal yang sudah berdebu tadi. "Setelah ini apa? Menaiki 10.000 anak tangga?" tebak Ekilah asal.
[Iya.]
"Huh?"
.
.
.
"Aku bersumpah akan menghantuimu selama-lamanya jika aku mati karena kesal di sini," ucap Ekilah.
[Aku akan menyambutmu di alam baka dengan tangan terbuka.]
Balasan Tundra justru membuat Ekilah makin kesal. Perempuan itu sudah melapisi seluruh tubuhnya dengan energi jadi ia tidak akan lelah untuk sementara waktu.
"Apa di jamanmu tidak ada yang namanya Lift?!" Ekilah bertanya dengan nada tinggi.
[Ada tapi itu tidak keren. Bukan tepat rahasia namanya kalau banyak orang bisa masuk dengan mudah.]
Sekitar 30 menit setelahnya, Ekilah pun tiba di depan sebuah pintu batu.
Dahi Ekilah berkerut ketika tidak menemukan adanya sesuatu yang menjadi gagang pintu.
"Semoga tidak ada hal merepotkan lainnya," batin Ekilah.
Tap!
Ekilah menyentuh bant tersebut dengan tangan kanannya. Ia mencoba mendorong namun tidak ada tanda-tanda jika pintu batu itu bergerak.
"Hei Tundra, berapa berat pintu ini?"
[10 ton.]
Baiklah, Ekilah sudah kesal. Perempuan itu mengangkat tangan kanannya dan mengalirkan sejumlah energi bersekala besar. Aliran energi yang terfokus pada kepalan tangan itu mulai menyebabkan debu-debu di bawah kaki Ekilah terbang menjauh.
Buuuak!
Pukulan Ekilah pada pintu batu tersebut menghasilkan suara dentuman yang cukup keras. Puing-puing batu mulai berjatuhan. Karena jumlahnya agak kecil jadi Ekilah tidak mempedulikannya dan melangkah maju.
"Maaf sudah menghancurkan pintumu, Tundra," kata Ekilah dengan nada dingin.
[Hahaha, aku sudah menduga kamu akan melakukannya.]
Tap!
Baru satu langkah masuk, Ekilah langsung bisa merasakan puluhan aura kuat yang keluar dari seluruh artefak milik oleh Tundra. Beberapa sekarang memanggil Ekilah sisanya menyuruh agar Ekilah segera pergi.
Perempuan itu mengabaikan itu semua dan berjalan menuju sebuah baju zirah yang disimpan dalam lemari kaca.
[Itu adalah baju zirahku.]
Baju zirah milik Tundra sedikit diluar dugaan Ekilah. Itu tidak terbuat dari besi melainkan bahan semacam tulang. Di bagian dada, zirah tersebut melengkung layaknya tulang rusuk.
"Zirah yang aneh," komen Ekilah.
[Kamu coba sajalah. Cukup alirkan energimu pada zirah tersebut.]
Ekilah pun menuruti apa kata Tundra. Perlahan Zirah tersebut mulai melebur layaknya debu-debu berwarna putih yang terbang mengitari tubuh Ekilah.
[Sekarang kamu bisa merubah bentuk dari zirah tersebut.]
Criing!
Zirah yang awalnya memiliki bahan keras seperti tulang kini berubah seragam biru tua dengan potongan elegan.
Bahu dihiasi epaulet berwarna emas, sementara ujung lengan dan kerahnya dipermanis dengan aksen warna emas.
Pola naga putih menghiasi bagian bawah jaket, memberikan kesan berwibawa sekaligus misterius. Celana hitam ramping melengkapi penampilannya yang tegas dan formal.
[Lebih seperti seragam militer daripada sebuah Zirah.]
"Tidak masalah kan, ini juga sepertinya cocok dengan julukanku sebagai Kapten Malam," balas Ekilah sambil memperhatikan pakaian barunya.
[Bukankah pakaian bajak laut lebih cocok?] Tanya Tundra.
Ekilah menggeleng pelan. "Lain kali aku akan mengubahnya. Kalau ingat."
"Jelaskan padaku tentang kegunaan zirah ini lebih lanjut di perjalanan, Tundra. Omong-omong aku boleh mengambil beberapa barang yang lain kan."
[Iya.]
Tundra pun mulai menjelaskan jika selain dapat berubah bentuk sesuai keinginan si pemakai, zirah tersebut dapat memunculkan tengkorak naga es. Lebih tepatnya anakan naga es.
Itu dikarenakan bahan utama zirah tersebut adalah tulang dan kulit naga es. Lalu si pemakainya tidak akan merasa kedinginan atau kepanasan karena suhu pakaian bisa diatur sesuai keinginan.
Zirah ini juga tidak perlu di cuci karena bisa membersihkan dirinya sendiri.
Zirah ini mampu menahan serangan dari monster atau pun Awakening level platinum ke bawah.
Ekilah pun menarik kata-katanya kembali. Zirah ini tidak aneh tapi hebat.