Fujimoto Peat, aktris papan atas yang dimanja oleh dunia glamor berlibur ke pulau tropis. Di sana ia bertemu Takahashi Fort yang merupakan kebalikan sempurna dari dunianya.
Pertemuan mereka memicu percikan antara pertemuan dua dunia berbeda, keanggunan kota dan keindahan alam liar.
Fort awalnya menolak menjadi pemandu Peat. Tapi setelah melihat Peat yang angkuh, Fort merasa tertantang untuk ‘’mengajarinya pelajaran tentang kehidupan nyata.’’
Di sisi lain, ada satu pasangan lagi yang menjadi pewarna dalam cerita ini. Boss, pria kocak yang tidak tahu batasan dan Noeul, wanita yang terlihat pemarah tapi sebenarnya berhati lembut.
Noeul terbiasa menjadi pusat perhatian, dan sikap santai Boss yang tidak memedulikannya benar-benar membuatnya kesal. Setiap kali Noeul mencoba menunjukkan keberadaannya yang dominan, Boss dengan santai mematahkan egonya.
Hubungan mereka berjalan seperti roller coaster.
Empat orang dalam hubungan tarik ulur penuh humor dan romansa, yang jatuh duluan, kalah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bpearlpul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Dewi Kota, Dewi Pulau
Krismon mulai mengemasi barang-barang Peat, masih mengomel panjang lebar. ‘’Dua minggu! Dua minggu aku tidak tidur, mencoba melacakmu. Aku hampir gila dan ternyata kau ada di sini, menyanyi di bar seperti penghibur jalanan!’’
‘’Maaf... ponselku jatuh ke laut waktu aku datang ke sini. Jadi, aku tidak bisa menghubungimu,’’ kata Peat.
‘’Tapi kau bisa menggunakan telepon umum untuk menghubungiku, kan?’’
Fort yang berdiri menyaksikan dengan ekspresi datar namun matanya menyiratkan ketidaksenangan, mendekati mereka. ‘’Apa ini? Pengawal pribadimu datang untuk menyeretmu kembali?’’
‘’Dan kau siapa, Tuan Tropis? Apa kau bagian dari masalah ini?’’ balas Krismon.
Fort menyeringai, matanya menyipit penuh tantangan. ‘’Aku pemandunya. Dan mungkin lebih dari itu.’’
Krismon mendengus, mengabaikannya, lalu kembali memandang Peat. ‘’Aku tahu kau marah padaku mengenai masalah naskah itu. Tapi aku sudah membujuk sutradara, meski aku hampir gila.’’
‘’Kau benar-benar datang mencarinya atau hanya ingin mengomel?’’ tanya Boss ikut bergabung.
‘’Aku ke sini untuk membawa primadona kota besar kami pulang. Syutingnya dimulai lusa nanti,’’ jawab Krismon.
‘’Syuting? Dia benar-benar aktris?’’ tidak percaya Boss.
‘’Tentu saja. Dia bukan hanya aktris profesional, dia adalah aset negara kami, bahkan sampai dijuluki Dewi Drama.’’
Ia kembali menatap Peat, mencoba menjelaskan pentingnya proyek drama nanti.
‘’Kau tidak bisa melewatkan drama ini. Kau bahkan tidak tahu betapa prestisiusnya proyek ini. Tidak hanya naskahnya fenomenal, tapi ada TUJUH pemeran utama pria yang semuanya bintang besar dan kau adalah pemeran utama wanita mereka. Ini bisa jadi kariermu yang paling bersinar!’’
Boss langsung menatap Fort dengan ekspresi kaget. ‘’Kau dengar itu, Kak? Tujuh pria? Istrimu akan punya tujuh suami lain.’’
Krismon membanting kipas kecilnya ke lantai. ‘’Hei! Pertama, Peat bukan istri kakakmu dan dia bukan milik siapa pun. Kedua, bocah ini dari mana asalnya? Bagaimana dia bisa begitu tidak tahu malu?!’’
‘’Aku lahir di pulau ini. Mungkin sifatku memang alami seperti ombak di laut,’’ senyum Boss.
Peat menghela napas panjang. ‘’Tapi aku masih belum ingin kembali ke kota.’’
‘’APA?! Peat, kau sudah gila? Apa maksudmu belum? Syuting drama itu akan dimulai lusa nanti. Kau pemeran utama, bintang kita.’’
Ia kemudian menunjuk Fort dengan ekspresi curiga. ‘’Jangan bilang ini karena pria liar ini. Jangan bilang kau terpikat oleh senyumnya yang... ya, cukup menarik, aku akui, tapi itu tidak cukup untuk meninggalkan kariermu.’’
Boss tersenyum. ‘’Wow, jadi kakakku ini ternyata cukup tampan menurut tante dari kota besar?’’
‘’Diam! Aku sedang berbicara serius di sini! Apa kau tidak punya pekerjaan lain selain menyela percakapan penting?!’’ kesal Krismon.
‘’Aku cuma membuat suasana lebih santai. Kau terlalu tegang, tahu?’’
Peat dengan mata berkaca-kaca meraih tangan Krismon. ‘’Kau adalah sahabatku. Jadi, kau mengertilah perasaanku. Kumohon.’’
Krismon menyipitkan mata curiga, memelototi wanita itu. ‘’Oh tidak, Peat. Jangan coba-coba menipuku dengan wajah gadis malangmu itu. Aku tahu persis kapan kau akting. Aku bahkan yang mengajarimu bagaimana menangis seolah-olah hatimu hancur.’’
Boss tertawa kecil di sudut. ‘’Wow, dia tahu betul, ya. Aktingmu gagal total kali ini, Dewi Pulau.’’
Krismon berbalik dan menunjuknya. ‘’Kau lagi?! Apa kau punya tombol mute atau sesuatu untuk membuatmu diam? Tapi apa maksudmu dengan panggilan Dewi Pulau tadi?’’
‘’Itu julukan Kak Peat setelah menyanyi di bar tadi malam. Jadi, kalau dia adalah Dewi Kota kalian, maka dia adalah Dewi Pulau kami,’’ senyum bangga Boss.