Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 : Ikatan Diatas Kertas.
"Saya terima nikahnya Arumi Syakila Maheswari binti Samuel dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
Dengan suara lantang dan sedikit bergetar, akhirnya Bara berhasil mengucapkan ijab kabul dengan hanya sekali tarikan nafas. Arumi tidak bisa menahan air matanya lagi ketika kata 'Sah' terdengar dari para saksi.
Meskipun ini bukanlah pernikahan impian seperti yang Arumi impi-impikan selama ini, tapi setidaknya hari ini akhirnya terjadi juga, hari dimana dia tidak akan dianggap menjadi beban bagi keluarganya lagi, terutama beban bagi ayahnya.
Arumi meraih tangan Bara dan mencium punggung tangannya dengan takzim, dan entah mengapa Bara merasakan aliran darahnya mendadak berdesir tatkala dia mendapatkan perlakuan seperti ini dari seorang wanita yang baru saja dia nikahi itu.
Sebelumnya, setelah perbincangan dan perdebatan yang cukup panjang, akhirnya Tuan Reza membawa paksa Randy untuk pulang. Bahkan Tuan Reza sampai menyuruh orang-orangnya karena Randy sempat melakukan pemberontakan. Sinta yang langsung luluh setelah melihat uang satu milyar pun terus membujuk suaminya untuk menerima Bara sebagai pengganti mempelai prianya.
"Ma, sebenarnya apa yang terjadi sih? Terus kenapa mama setuju kalau pengantin prianya diganti? Bukankah mama yang selalu menjadi garda terdepan pendukung Arumi dan Randy," tanya Sofia, dia memang belum tau menahu duduk permasalahannya.
"Husss, diam kamu, kamu tinggal nikmati saja nanti hasilnya. Makanya kamu kalau cari pacar itu yang bener, jangan tukang ojek online dijadikan pacar. Lihat tuh Arumi, buang emas dapat berlian," jawab Sinta tanpa memudarkan senyuman diwajahnya. Dia sedang berfikir, bagaimana dia menghabiskan uang sebanyak satu milyar itu nanti.
Asisten Roy berjalan mendekati Bara yang baru saja selesai berfoto dengan para tamu undangan, pria itu membisikkan sesuatu ditelinga tuan mudanya.
"Ada apa mas? Apa terjadi sesuatu yang serius?" Tanya Arumi saat melihat raut wajah Bara yang nampak begitu serius setelah berbicara dengan asistennya.
"Kamu ganti baju ya? Ikut denganku, kita pulang ke rumahku sekarang," ucap Bara.
"Baik mas," Arumi menganggukkan kepalanya setuju.
Acara pun dipercepat selesainya, para tamu undangan satu persatu mulai meninggalkan gedung. Arumi memasuki sebuah ruangan untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian yang sudah disiapkan oleh asisten Roy, sementara Bara tengah berbicara dengan orang tua Arumi untuk berpamitan.
"Saya mau langsung pamit dan meminta izin untuk membawa Arumi pulang bersama saya," ucap Bara yang masih terdengar begitu kaku. Jujur saja ini adalah untuk pertama kalinya dia berbicara serius seperti ini dengan orang tua.
"Ayah tidak bisa menghalangi, Arumi sekarang adalah istri kamu, jadi kamu berhak membawanya pergi kemanapun kamu mau." Samuel menepuk bahu Bara, pria itu nampak menghela nafas sejenak. "Ayah titip Arumi, tolong jaga dia baik-baik. Jangan sakiti dia."
Meskipun Samuel sering memperlakukan Arumi dengan tidak baik, namun dia tidak bisa menahan air matanya saat dia harus melepaskan putri kandungnya itu untuk pria yang sudah berstatus sebagai suami putrinya itu. Samuel hanya berharap putrinya bisa bahagia dengan pernikahannya, karena Arumi adalah satu-satunya putri kandungnya.
Setelah mengganti pakaiannya, Arumi menghampiri Bara dan keluarganya yang sudah menunggu di depan gedung. Sementara asisten Roy sudah menyiapkan mobil untuk mereka.
"Ayah, Rumi pamit Yah." Arumi memeluk ayahnya, air matanya kembali bergulir.
"Jaga diri kamu baik-baik ya, ayah pasti akan merindukan kamu." Samuel mengusap-usap punggung putrinya dengan lembut, selama dua puluh dua tahun, ini adalah pertama kalinya dia harus terpisah jauh dengan putrinya itu.
Arumi menghampiri Sinta dan Sofia, "Mama, kak Sofia, Rumi pamit. Rumi titip ayah, tolong jaga ayah baik-baik."
Sinta mengeluarkan tangisan buayanya, "Mama pasti akan menjaga ayah kamu baik-baik. Kamu juga harus sering-sering pulang untuk mengunjungi kami, siapa tau kami membutuhkan sesuatu,"
Hari ini Arumi sedang tidak ingin berdebat dengan Sinta, dia tau jika wanita itu tidak pernah tulus padanya, Sinta hanya ingin menjadikan dirinya sebagai ladang pencari uang saja.
Bara mengajak Arumi masuk ke dalam mobil. Sekuat apapun Arumi mencoba menahannya, air matanya kembali terjatuh saat mobil itu melaju meninggalkan area gedung. Sementara dibelakang sana sebuah mobil lain sudah disiapkan oleh asisten Roy untuk mengantarkan keluarga Arumi pulang ke rumah.
"Kita akan langsung pulang ke rumah dan bertemu dengan kakekku, jadi kamu bersiaplah," ucap Bara.
Arumi menyeka air matanya dengan jari-jari tangannya, "Iya aku tau, aku sudah siap."
"Baguslah jika kamu mengerti,"
"Oya ngomong-ngomong video apa yang kamu kirimkan tadi? Kenapa om Reza dan tante Herlina bisa sampai semarah itu?" Tanya Arumi, dia memang tidak tau video apa yang Bara kirimkan hingga menimbulkan kemurkaan orang tua Randy dan kegaduhan para tamu undangan.
"Kamu tidak perlu tau dan tidak perlu dilihat, bisa bikin sakit mata," jawab Bara.
_
_
_
Dokter Gunawan baru saja selesai memeriksa kondisi Tuan Abian. Begitu melihat foto-foto dan video di handphonenya, kondisi Tuan Abian memang sempat kembali drop. Sherly yang sedang ada di butik akhirnya segera pulang setelah mendapatkan telefon dari seorang pelayan di rumah.
"Kan saya sudah bilang, jangan terlalu banyak pikiran, pikirkan yang baik-baik saja," ucap Dokter Gunawan dengan sedikit candaan.
"Bagaimana aku tidak banyak pikiran, bocah itu selalu saja bikin masalah. Aku sudah memilihkan wanita yang tepat untuk dia nikahi, tapi kenapa malah tiba-tiba ada foto-foto dan video pernikahan seperti itu!" Tuan Abian menatap ke arah Sherly yang berdiri di samping Dokter Gunawan. "Dimana bocah itu sekarang? Suruh dia cepat pulang!!"
"Sherly sudah menelfon dan menyuruhnya untuk pulang Yah, sebentar lagi Bara juga pasti pulang." Sherly menghela nafasnya panjang, "Ya ampun Bara, apalagi yang kamu lakukan sekarang. Tidak bisa apa kamu tinggal menuruti kemauan kakekmu ini saja."
"Ya sudah, saya pamit pulang dulu, kalau ada apa-apa langsung saja telefon saya," pamit Dokter Gunawan.
"Biar aku antar sampai ke depan," tawar Sherly.
"Tidak usah, kamu temani ayah kamu saja. Pastikan beliau meminum obatnya dengan teratur," tolak Dokter Gunawan sembari menepuk pundak Sherly. Jarak usia Dokter Gunawan dan Sherly memang tidak terlalu jauh, hingga mereka begitu nampak akrab. Selain itu Dokter Gunawan memang sudah ditunjuk menjadi Dokter pribadi keluarganya sejak Sherly duduk di bangku kuliah.
Selepas Dokter Gunawan pergi, Tuan Abian kembali menyuruh Sherly untuk menelfon Bara supaya cucunya itu cepat pulang. Tuan Abian harus mengintograsi tentang kebenaran foto dan video yang dia dapatkan itu.
"Kakek..." Bara masuk ke dalam kamar kakeknya dan berdiri di sisi ranjangnya.
"Darimana saja kamu Bar? Kenapa lama sekali," sungut Sherly.
"Maaf Tan, Bara tadi sedang mengurus sesuatu yang sangat penting. Bagaimana keadaan kakek?"
Tuan Abian meraih ponselnya diatas nakas dan menyalakan layar ponselnya.
"Cepat jelaskan apa maksud dari foto-foto ini!!"
Dengan ragu-ragu Bara meraih ponsel milik kakeknya dan menatap layarnya. Diantara para tamu undangan tadi memang banyak dari kalangan para pembisnis yang hadir karena merupakan tamu-tamu Tuan Reza, jadi tidak heran jika kakeknya bisa mendapatkan informasi pernikahan dirinya dan Arumi dengan begitu cepat.
Bara menghela nafas panjang, "Jadi begini kek..."
"Kakek sudah memilihkan calon untuk kamu, kenapa malah ada foto-foto pernikahan seperti itu hah!! Kamu ingin kakekmu ini cepat mati???"
Bara sampai bingung ingin memulai bicara dari mana, baru bicara sepotong kakeknya sudah menyela. Baru saja Bara hendak membuka mulutnya kembali, sebuah suara lebih dulu terdengar menyapa Tuan Abian, membuat tiga orang yang ada didalam kamar itu menoleh ke arah pintu.
"Selamat sore... Kakek..."
...🌿🌿🌿...
di tunggu lho kiss nyaa... ehhh
🤭
balas semua sakit hati mu Rum...
air mata mu terlalu berharga untuk menangisi laki laki penghianat seperti Randy...