Masa lalu Arneta yang begitu kelam, karena diceraikan dalam keadaan hamil anak dari pria lain. Membuat wanita itu memutuskan kembali ke Indonesia dan membesarkan anaknya seorang diri.
Wanita itu ingin mengubah masa lalunya yang penuh dengan dosa, dengan menjadi seorang Ibu yang baik bagi putri kecilnya. Tapi apa jadinya jika mantan pria yang membuatnya hamil itu justru menjadi atasannya di tempat Arneta bekerja?
Akankah pria itu mengetahui jika perbuatan semalam mereka telah membuat hadirnya seorang putri kecil yang begitu cantik? Dan akankah Arneta memberitahu kebenaran tersebut, di saat sang pria telah memiliki seorang istri.
Ini kisah Arneta, lanjutan dari You're Mine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Ivy yang terkejut karena hampir terjatuh, menatap pada sosok tinggi yang menolongnya dengan tersenyum.
"Ayah..." serunya sambil memeluk pria itu.
Candra pun membalas pelukan putri Arneta, mengusap rambut panjang milik gadis kecil itu dengan penuh sayang.
"Cantik, lain kali hati-hati jika berjalan!"
Ivy menganggukan kepalanya. "Iya Ayah..." ucapnya tanpa melepaskan pelukan pada ayah Candra.
Ayah yang sangat ia rindukan karena akhir-akhir ini mereka jarang bertemu. Itu sebabnya Ivy datang ke kantor Mommy nya dengan ditemani Kak Sasha, meskipun belum mendapatkan persetujuan apakah ia boleh datang atau tidak.
Candra sendiri langsung menggendong Ivy saat melihat Arneta yang berlari kearah mereka dengan wajah yang cemas. Mungkin wanita itu mengkhawatirkan keadaan Ivy yang tadi menabraknya dan hampir terjatuh.
"Kau baik-baik saja?" tanya Arneta dengan khawatir pada sang putri.
"Aku baik-baik saja Mom," jawab Ivy dengan tersenyum.
Membuat gadis kecil itu semakin lucu dan menggemaskan karena lesung pipinya semakin terlihat.
"Dia tidak apa-apa, kau tidak perlu khawatir," sahut Candra agar Arneta tidak cemas berlebihan.
Karena ia tahu betul reaksi Arneta akan berlebihan jika berkaitan dengan Ivy. Wanita itu bahkan akan menangis hanya karena Ivy digigit semut atau nyamuk, sungguh menggelikan bukan.
Arneta yang semula khawatir kini bernapas dengan lega, lalu menatap Sasha dengan tajam.
"Kenapa mengajak Ivy kemari?"
"Em, Ivy memaksa untuk diantar ke kantor Kakak. Dia bilang rindu pada Ayah Candra, jadi aku membawanya kesini karena kebetulan sekolah Ivy pulang lebih awal, jadi..."
"Kenapa tidak menghubungiku lebih dulu? Kenapa langsung —"
"Net...!"
Candra menyela pembicaraan dua wanita itu karena merasa kasihan pada Sasha yang terlihat ketakutan dengan kemarahan Arneta.
"Sudahlah tidak apa-apa, lagi pula aku juga rindu pada putriku," ucapnya sembari mengecup pipi Ivy dengan gemas. "Lebih baik sekarang kau ke ruangan Ceo, Tuan Lio sudah menunggumu."
"Tuan Lio?"
Arneta yang panik dengan keadaan Ivy sampai melupakan keberadaan Lio. Sungguh rasanya Arneta ingin sekali mengumpat pada dirinya sendiri, karena melupakan hal penting seperti itu.
"Sasha tolong bawa Ivy pulang sekarang!"
"No Mommy, Ivy ingin di sini bermain dengan Ayah Candra," tolak Ivy sambil memeluk ayah nya dengan erat
"Ivy, Ayah Candra sedang sibuk bekerja. Mainnya nanti saja oke," bujuk Arneta sambil meraih putrinya agar turun dari gendongan Candra.
Namun Ivy justru semakin erat memeluk Candra hingga ia kesusahan untuk memisahkan keduanya, karena Candra sendiri tampak enggan melepas Ivy.
"Pak Candra...." lirih Arneta dengan memohon.
Namun Candra justru menggelengkan kepalanya.
"Kau tenang saja aku tidak sedang sibuk. Aku akan menemani Ivy sampai kau selesai berbicara dengan Tuan Lio."
Seharusnya Candra ikut masuk bersama Arneta ke dalam ruangan Ceo untuk menemani wanita itu.Tapi karena ada Ivy ia pun memutuskan untuk menemani gadis kecilnya tersebut, mengingat keberadaannya pun tak terlalu penting karena Lio akan membahas masalah agenda pekerjaan pria itu kedepannya bersama Arneta.
"Tapi Pak..."
"Sudah pergilah!"
Arneta pun mau tidak mau meninggalkan Ivy bersama dengan Candra, karena ia takut Lio akan keluar dari ruangannya dan melihat keberadaan Ivy.
Ya, walaupun kemungkinan besar Lio tidak akan mengenali Ivy dan tidak akan curiga kalau putri kecilnya adalah anak kandung pria itu. Tapi tetap saja Arneta merasa khawatir, terlebih jika Lio sampai menatap Ivy dengan intens. Karena wajah mereka yang sangat mirip pasti akan membuat pria itu curiga dengan status Ivy.
Tok.. Tok...
"Boleh aku masuk, Tuan?" tanya Arneta setelah mengetuk pintu ruangan.
Lama ia berdiri di depan pintu ruangan tersebut, sampai akhirnya Arneta diijinkan masuk oleh atasan barunya.
"Anda memanggilku?" tanya Arneta dengan menyembunyikan ketakutannya, berusaha bersikap setenang mungkin.
Padahal saat ini tubuh Arneta bergetar hebat karena begitu takut pada sosok pria dari masa lalunya. Apalagi saat merasakan aura Lio yang begitu dingin hingga membuat suasana diruangan tersebut begitu mencekam.