"Jika kamu masih mengaggap Paman, seperti keluargamu. Maka jangan mau menerima lamaran dari Alvin. Karena dia bukan lelaki yang baik untukmu." ungkap Danu paman dari Fira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3
Di rumah, Danu. Acara tetap berlangsung walaupun tanpa adanya Fira. Danu sedikit merasa tidak enak dengan keponakannya itu. Namun, Marni berkali-kali membisikkan pada Danu, kalau semua itu bukanlah salah Danu. Melainkan takdir yang kuasa. Lagipula, ini saatnya Fira membalaskan jasanya pada mereka semua. Dengan merelakan Alvin hidup bahagia bersama dengan Raya.
Setelah semua tamu pulang, bisik-bisik tetangga mulai terdengar. Sebab sebagian dari mereka tahu, jika Alvin merupakan pacar dari Fira. Dan kenapa sekarang, lamaran dengan Raya?
Bahkan banyak dari mereka yang menuduh, Raya merebut Alvin dari Fira. Buktinya, sampai Fira menangis dan menarik paksa Asma untuk pulang. Padahal, acara belum lah, selesai.
Namun, Marni mematahkan semua tuduhan yang tertuju pada putrinya. Dia mengatakan pada tetangganya, jika semula, Alvin memang berniat melamar Fira pada Danu suaminya. Namun, Fira menolak dengan alasan tidak siap, dan tidak mau cepat-cepat meninggalkan Ibunya. Tetapi, karena keluarga dari Alvin, yang menginginkan Alvin segera menikah, malah tertarik melihat kecantikan dan kemolekan dari Raya, akhirnya mereka memutuskan melamar Raya. Tentu saja, setelah Alvin dan Fira memutuskan hubungan, akibat penolakan yang dilakukan Fira.
"Ibu aku kerja dulu." pamit Fira pada Asma yang sedang mencuci pakaian dari tetangganya.
"Baiklah, hati-hati. Jangan terlalu pikirkan tentang masalah ini. Fokus lah, pada pekerjaan." nasihat Asma pada putrinya.
"Baik Bu, aku pergi dulu."
Fira pergi bekerja, namun sialnya jalan menuju toko kelontong itu harus melewati rumah Raya. Fira berharap, jika tidak ada Raya atau siapapun disana. Namun, harapannya pupus sudah, saat mendengar panggilan dari Bibinya.
"Ada apa Bi?" tanya Fira datar. Dia harus bisa menahan diri, karena bagaimanapun, perempuan didepannya ikut andil dalam membantunya dan Ibunya selama ini.
"Kamu gak apa-apakan?" tanya Marni basa-basi.
Padahal, dia jelas bisa melihat, ada luka dimata Fira.
"Jangan salahkan Raya ya Fira. Itu semua keputusan dari keluarga nak Alvin. Akhirnya mereka sadar, kalo Raya adalah yang terbaik untuk Alvin. Ya, kami pun, harus menerimanya. Toh, itu adalah permintaan yang mulia." jelas Marni panjang lebar.
"Aku kerja dulu Bi." ucap Fira.
"Ini lah, satu alasan mereka menolakmu Fira. Sudah miskin, gak ada sopan santunnya. Orang tua lagi ngomong, malah ditinggal." sindir Marni dengan suara yang keras.
Tatapi, Fira tetap pada niatnya, untuk mengabaikan teriakan dari Marni.
Sampai di tempat kerja, Fira langsung ditatap sendu oleh teman sekaligus pemilik dari toko kelontong itu. Kebetulan sang pemilik, merupakan tetangganya Fira juga.
"Kamu yang sabar ya Fira. Yakinlah, jika nanti akan ada pemuda yang lebih baik dari pada lelaki yang telah mengabaikan mu itu." ujar Bu Santi, pemilik dari toko kelontong. "Apa baiknya, kamu gak usah masuk hari ini? Kamu bisa kok libur." ucap Santi prihatin.
"Makasih Bu, karena telah peduli. Sekarang aku udah gak apa-apa. Aku kerja saja, supaya bisa mengalihkan pikiranku." ungkap Fira.
Santi pun, pamit pulang setelah kedatangan Fira.
Tak lama kemudian, Alvin mengunjungi Fira yang lagi kerja. Karena pembeli lagi ramai, Fira tidak tahu, jika Alvin berada tidak jauh darinya.
"Bagaimana?" tanya Alvin setelah pembeli berkurang.
Fira langsung tercekat, dan membalikkan tubuhnya.
"Kamu kecewa kan? Karena telah menolak aku?" tuduh Alvin.
"Bang Alvin ..." lirih Fira.
"Aku,"
"Menyesal? Seharusnya kamu pikir-pikir dulu, sebelum menolak ku Fira. Coba lihat dirimu, kamu itu gadis yatim yang miskin. Memang kamu cantik, tapi seharusnya kamu juga sadar diri, gak ada lelaki kaya lain yang mau melirik mu." potong Alvin cepat. "Dan entah kenapa selama ini, aku dibuat buta oleh cintaku padamu." lagi, Alvin mengeluarkan kata-kata pedasnya.
"Seharusnya kamu mendengar penjelasan ku dulu Bang, baru kamu bisa menyimpulkan tentang apa dan bagaimana aku."
"Halah, itu gak penting. Dan sekarang aku puas, bisa buat kamu menyesal. Aku masih ingat bagaimana kamu menangisi aku dan Raya kemarin." kekeh Alvin, meninggalkan Fira.
"Bang, Bang Alvin." panggil Fira, namun Alvin tidak menghiraukannya. Dia malah langsung pergi setelah menaiki mobilnya.
"Mungkin benar, kamu bukan lelaki yang baik untukku." batin Fira.
Hari sudah malam, dan sudah saatnya Fira menutup toko kelontongnya. Tentu saja dengan dibantu oleh Santi. Karena setiap malam, Santi pasti ke toko, untuk mengambil uang hasil jualannya hari ini. Bukan dia tidak percaya sama Fira. Namun, dia hanya jaga-jaga, setidaknya nanti kalau ada pencuri yang mencuri di tokonya, paling tidak uangnya sudah aman.
"Sepertinya, aku gak bisa mengantarmu Fira, karena malam ini, suamiku mengajak kami jalan-jalan." ucap Santi menunjukkan mobil suaminya yang terparkir di depan toko.
Akhirnya Fira pulang sendiri, dia berjalan kaki karena memang letak toko tersebut, tidak lah jauh dari rumahnya. Dan tentu saja, orang-orang masih rami di sepanjang jalanan.
"Fira," panggil Raya. Padahal, dia sejak tadi telah mengabaikan mereka, dengan tidak melihat dua orang manusia yang duduk di teras rumah itu.
Fira tetap berjalan, pura-pura tidak mendengarkan panggilan dari Raya. Namun, Raya tidak menyerah, buktinya dia langsung mengejar Fira, dan menarik pergelangan tangannya.
"Ayo gabung." ajak Raya memperlihatkan Alvin yang menatap kearah mereka.
"Aku mau pulang Raya, aku capek." tolak Fira dengan halus.
"Kamu tidak sedang cemburu kan Fira?" tuduh Raya.
"Aku pulang." pamit Fira, apalagi Alvin, sudah berjalan mendekati mereka.
Raya langsung mencekal pergelangan tangan Fira. Dia menahan, agar Fira jangan pergi terlebih dulu.
"Maafkan aku Fira." isak Raya, setelah Alvin berhasil mendekati mereka. "Sungguh ini bukan kemauanku Fira." lanjut Raya.
"Kenapa?" tanya Alvin, melihat tunangannya menangis. Sedangkan Fira memutar mata malas.
"Fira menuduhku merebut mu darinya." ucap Raya, langsung membuat Fira melongo.
"Bukankah, itu kenyataannya? Bahkan paman Danu."
"Cukup Fira, jangan kamu bawa-bawa Ayahku dalam hak ini. Dia gak salah apapun." lagi, Raya terisak.
"Aku baru tahu, jika kamu se licik ini Fira. Bahkan kamu tega memutar balikkan fakta." cemooh Alvin.
"Dan aku juga baru tahu, kalo seleramu adalah gadis seperti dia." ujar Fira merendahkan Raya.
"Apa maksudmu?" tanya Raya tidak terima.
"Haruskah, aku perjelas kan, disini?" tantang Fira.
Melihat wajah tegang dari Raya, Fira tersenyum puas. Dia langsung pergi meninggalkan dua sejoli itu.
Sedangkan Raya hanya bisa mengepalkan tangan pertanda amarahnya sedang memuncak.
Sampai di rumah, Fira langsung mandi dan makan makanan yang telah disiapkan oleh Ibunya. Tentu saja, dengan ditemani oleh sang Ibu tercinta.
Sekarang Fira sadar, mungkin Alvin bukan jodoh yang baik untuknya, karena dulu, Alvin sempat meminta Fira untuk tinggal, di rumah Alvin sendiri. Karena menurut Alvin, rumah Fira terlalu kecil, untuk di tempatkan bersamanya.
tp klo crta romantis2 ga ada konflik jg mls bacanya.
berti othor berhasil klo bs menciptakan emosi pembaca kaya aku ini.. gemeshh kali sama org yg ga tau diri dan ga ngaca kaya jalan raya ini.