Masa lalu Arneta yang begitu kelam, karena diceraikan dalam keadaan hamil anak dari pria lain. Membuat wanita itu memutuskan kembali ke Indonesia dan membesarkan anaknya seorang diri.
Wanita itu ingin mengubah masa lalunya yang penuh dengan dosa, dengan menjadi seorang Ibu yang baik bagi putri kecilnya. Tapi apa jadinya jika mantan pria yang membuatnya hamil itu justru menjadi atasannya di tempat Arneta bekerja?
Akankah pria itu mengetahui jika perbuatan semalam mereka telah membuat hadirnya seorang putri kecil yang begitu cantik? Dan akankah Arneta memberitahu kebenaran tersebut, di saat sang pria telah memiliki seorang istri.
Ini kisah Arneta, lanjutan dari You're Mine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Yogi menurutmu bagaimana Arneta?" tanya Lio sambil menutup dokumen yang baru saja ditandatanganinya.
"Nona Arneta, sekretaris Anda?" Yogi balik bertanya dengan menautkan kedua alisnya.
"Ya."
Yogi terdiam sesaat sambil berpikir. "Menurutku dia seorang sekertaris yang cukup handal, dia bahkan mengerjakan semua tugas yang Anda berikan meskipun tugas itu bukan pekerjaannya sebagai seorang sekretaris," jelasnya sambil membayangkan saat Arneta mengepel lantai ruangan tuan Lio tanpa protes sama sekali.
"Maksudku bukan tentang pekerjaannya tapi kepribadiannya?
Yogi lagi-lagi terdiam dengan alis saling bertautan. "Dia wanita yang baik, ramah, meskipun banyak sekali suara-suara sumbang yang mengatakan jika Nona Arneta seorang wanita —"
"Apa? Wanita apa?" tanya Lio dengan semangat.
"Wanita penggoda."
Lio pun tersenyum sinis. "Sudah aku duga, di sini juga dia menjadi wanita murahan."
Karena Lio sendiri secara tidak sengaja pernah beberapa kali melihat Arneta berbicara intim dengan karyawan pria. Ya, meskipun ia belum pernah melihat langsung Arneta menggoda para kliennya saat mereka melakukan pertemuan.
"Tapi itu menurut suara-suara sumbang di luaran, karena yang aku lihat sendiri Nona Arneta jarang berinteraksi dengan para karyawan pria bahkan menjaga jarak dari karyawan pria yang berusaha mendekatinya," jelas Yogi dengan jujur dari apa yang pernah dilihatnya.
Senyum sinis pada bibir Lio menghilang saat mendengar penjelasan assiten pribadinya. Ia pun berpikir apakah benar Arneta sudah berubah, dari apa yang diceritakan Candra dan Yogi. Dan dari kejadian dua hari yang lalu, di mana Arneta begitu melawan bahkan sampai memohon agar ia tidak menyentuh wanita itu. Karena jika Arneta yang dulu, pasti tidak akan menolak bahkan akan dengan senang hati menerima sentuhannya.
"Apa kau ingat Arneta itu siapa?" tanya Lio setelah lama terdiam.
Yogi menganggukkan kepalanya. "Kalau aku tidak salah ingat, Nona Arneta adalah wanita yang pernah bersama Anda saat di hotel Malte beberapa tahun yang lalu." Ia ingat betul kejadian malam itu, karena Yogi yang menangani kekacauan yang dibuat tuan Lio Richard bersama dengan wanita yang ia ketahui seorang model papan atas.
"Ya, Hotel Malte."
Lio terdiam dengan bersandar pada kursi kerjanya, menerawang kejadian beberapa tahun yang lalu di mana ia meniduri Arneta tanpa sengaja karena mabuk, dan pengaruh obat perangsang yang diberikan oleh saingan bisnisnya.
Sialnya yang ia temui saat itu adalah Arneta yang juga sedang mabuk berat, sehingga tanpa sadar mereka melakukannya. Dan setelah sadar Lio justru memarahi Arneta bahkan mengancam akan membunuh wanita itu jika membocorkan kejadian tersebut. Padahal seharusnya ia meminta maaf pada Arneta, karena menjadikan wanita itu sebagai pelampiasan hasratnya.
"Tuan, karena Nona Anna menunda kedatangannya jadi aku akan—"
"Kita pergi sekarang!" potong Lio sambil beranjak dari kursi kerjanya.
Mengambil jas hitam yang tersampir di atas sofa, lalu dikenakannya sebelum keluar dari ruangan.
"Tapi Tuan, kita mau kemana?" tanya Yogi dengan bingung.
"Kita ke rumah Arneta."
"Apa?" pekik Yogi dengan terkejut.
Karena tiba-tiba saja tuannya itu ingin pergi ke rumah Arneta dengan bersemangat, sampai tidak mendengarkan informasi yang ia sampaikan tentang istri tuannya yang menunda kedatangannya ke Jakarta.
Setelah sempat mencari tahu lebih dulu alamat lengkap rumah Arneta, akhirnya mobil yang ditumpangi Lio dan Yogi sampai di tempat yang dituju, sebuah rumah minimalis modern yang tampak sepi seperti tak ada penghuninya.
"Benar ini alamatnya?" tanya Lio sambil menatap rumah tersebut.
"Benar Tuan."
Lio terdiam sambil terus menatap rumah tersebut, dengan perasaan bimbang apakah tetap akan mengunjungi Arneta untuk meminta maaf atau mengurungkan niatnya tersebut.
"Bagaimana Tuan? Apa kita turun?"
Lio menggelengkan kepala mengurung niatnya tersebut, karena Ego nya menyuruh agar ia tak melakukannya. Dalam pikiran Lio selalu tertanam kalau Arneta tidak berhak mendapatkan kata permintaan maaf darinya.
"Kita pergi se—" Lio tak jadi berucap saat melihat pintu di rumah tersebut terbuka.
Menampakkan seorang anak kecil yang tengah berlari bersama seorang wanita muda di sampingnya.
"Anak itu...."