Dia Yang Kau Rebut

Dia Yang Kau Rebut

Acara lamaran Raya

Fira langsung memasuki kamarnya. Hatinya sesak saat mengetahui, Pamannya tidak merestui hubungannya dengan Alvin. Kekasih hatinya.

Padahal mereka sudah menjalin hubungan selama kurang lebih, hampir satu tahun. Dan keluarga dari Alvin, tentu saja sudah mengenali Fira.

Fira merupakan anak yatim, dia dibesarkan oleh Ibunya semenjak dia masih umur dua tahun. Dan dibantu oleh adik dari Bapaknya, yang dipanggil paman oleh Fira. Dia bernama Danu.

Fira sadar, Ibunya yang sering sakit-sakitan memang tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Jika, tidak dibantu oleh pamannya. Tentu saja, didukung oleh istri dari pamannya yang bernama Marni.

Bibi Marni dan Paman Danu juga mempunyai seorang anak perempuan yang seusia Fira, dia bernama Raya.

Hubungan Fira dan Raya layaknya saudara kandung. Bahkan mereka besar bersama dan sekolah ditempat yang sama. Apalagi rumah mereka yang berdekatan, hanya berselang beberapa rumah lainnnya.

Fira mempunyai kulit putih bersih, hidung mancung dan tubuh yang kecil, serta rambut panjang sepinggang. Sedangkan Raya, bisa dikatakan montok, dan juga memiliki kulit putih bersih dan rambut sebahu.

"Jika kamu masih mengaggap Paman, seperti keluargamu. Maka jangan mau menerima lamaran dari Alvin. Karena dia bukan lelaki yang baik untukmu." ungkap Danu paman dari Fira.

"Tapi dia baik Paman, dia banyak membantu Fira selama ini." bantah Fira pada ungkapan Pamannya.

"Sebanyak apa sih dia membantumu? Apa sebanyak Paman? Dia baru kamu kenal Fira. Bukan seperti Paman. Yang udah kamu kenal sejak kamu lahir." bantah Danu.

"Ibu ..." rengek Fira menatap Ibunya. Yang sejak tadi hanya menyimak ucapan iparnya itu.

"Tapi sepertinya kamu keliru Danu, menurut penilaian ku, nak Alvin cukup baik untuk menjadi pendamping Fira." ungkap Asma.

"Tidak Asma, kamu salah. Alvin tidak sebaik itu. Dan baiknya kamu berdua pikirkan ucapan dan larangan dari aku." ujar Danu tegas. Dia biasa memanggil Asma dengan sebutan nama, karena umur Asma jauh lebih muda darinya.

"Tapi ,,,"

"Dengar Asma, sebelum Abang meninggal. Dia pernah menyuruhku untuk menjaga kalian. Apapun yang terjadi. Dan sampai sekarang aku hanya mencoba menjaga kalian berdua, dari lelaki seperti Alvin. Dan aku harap kamu berdua mengerti." jelas Danu.

"Tapi ,,, Bang Alvin akan kesini minggu depan Paman." isak Fira.

"Biar itu urusan Paman. Dan Paman harap kamu tidak lagi menghubungi Alvin." cetus Danu meninggalkan kediaman rumah Fira.

"Ibu ..." Fira langsung menangis di pelukan Ibunya, setelah kepergian Danu.

"Sabar nak, mungkin Pamanmu benar. Jika nak Alvin gak baik untukmu." ujar Asma menenangkan anaknya.

Sebenarnya hati Asma ikut pedih, kala wali satu-satunya sang anak menolak dengan tegas. Permintaan anaknya. Apalagi, menikah adalah perbuatan mulia.

Sudah sejak seminggu Danu memutuskan, agar Fira tidak menerima lamaran dari Alvin. Sejak saat itu juga Fira tidak lagi menghubungi Alvin.

Dan anehnya lagi, Alvin pun, tak sekalipun mencoba menghubungi Fira. Padahal sebelumnya, Alvin termasuk salah pacar yang posesif tehadap Fira.

"Assalamualaikum Asma ..." suara teriakan terdengar dari luar rumah yang sederhana itu.

Asma langsung keluar, setelah sebelumnya menjawab salam dari pemilik suara yang sangat dikenalinya.

"Ada apa Marni." tanya Asma.

"Ini, aku mau mengabarkan, kalo besok Raya mau lamaran. Tolong kamu datang, dan bantu-bantu masak ya. Soalnya mereka kan orang berada. Jadi, harus kami sambut dengan mewah." jelas Marni.

"Baik, emang calon Raya orang mana? Kan selama ini, aku gak tahu kalo Raya, ada dekat sama cowok." tanya Asma penasaran.

"Iyalah, Raya itu pandai menjaga hubungan. Diam-diam langsung lamaran. Gak kaya Fira, udah diumbar-umbar eh malah jadi bubar, kan?" sindir Marni. Fira yang mendengarnya dari dalam hanya bisa menelan ludah pahit.

"Mungkin, Raya sudah mendapatkan lelaki yang selama ini diidamkannya." batin Raya ikut senang.

"Tolong beritahu pada Fira, agar bisa datang untuk membantu. Aku izin pamit dulu, karena mau belanja." pamit Marni meninggalkan kediaman Asma dan Fira.

"Kamu udah dengar sendiri kan, nak?" tanya Asma.

"Sudah Bu," sahut Fira.

"Mungkin, apa yang dikatakan Bibimu benar Fira. Kamu terlalu sering memamerkan nak Alvin. Dan mungkin, hubungan kalian kena ain." ujar Asma membenarkan ucapan Marni.

"Iya Bu, mungkin karena kami tidak berjodoh." sahut Fira lesu.

"Kamu makan lah, bukan kah nanti kamu masuk kerja?"

"Baik Bu." sahut Fira.

Fira bekerja, disebuah toko kelontong yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Dia biasanya masuk dari jam tiga sore, sampai dengan jam 10 malam. Dimana toko kelontong tersebut sudah tutup.

Selama Danu menyuruh Fira untuk membatalkan acara lamarannya. Hubungannya dengan Raya pun, seperti menjauh. Karena Fira biasanya selalu mendatangi rumah Raya, jika ada waktu luang.

Hari lamaran Raya pun, tiba. Fira dan Asma sudah datang sejak pagi tadi. Mereka langsung ke dapur, untuk membantu memasak dengan beberapa orang tetangga lainnya.

Sejak kedatangan Fira. Fira tak melihat Raya, karena menurut informasi yang didengarnya, Raya lagi berada di salon, untuk melakukan make-up tunangan.

Fira langsung melupakan masalahnya, ketika ada banyak kerja yang harus dilakukan. Apalagi saat berkumpul dengan Ibu-ibu ada saja bahasan yang membuat Fira tertawa.

"Gak nyangka ya Asma, Raya sudah mau lamaran aja. Dan dengar-dengar calonnya orang berada ya." tanya tetangga Marni.

"Saya gak tahu jelas Mbak, karena saya pun baru diberitahu oleh Marni." sahut Asma.

Obrolan terhenti, saat Raya memasuki dapur.

"Cantiknya." puji Fira melihat sepupu sekaligus sahabatnya itu.

"Fira, kemari lah," ujar Raya.

Fira pun mendatangi Raya. Dan langsung digandeng oleh Raya, dan mereka memasuki kamar Raya.

"Selamat ya Raya." ucap Fira tulus, bahkan dia bahagia saat melihat Raya.

"Makasih ya Fira. Aku bahagia banget. Makasih ya, akhirnya aku bisa dilamar oleh lelaki idamanku." seru Fira antusias.

"Kamu curang, kenapa sampai sekarang kamu menyembunyikan siapa lelaki itu. Kamu gak adil sama aku." rajuk Fira.

Raya langsung terkekeh dan memeluk sepupunya itu. "Tunggu lah sebentar lagi, kamu akan tahu." bisik Raya.

"Fira, nanti kamu temenin Raya, saat keluar kamar ya." perintah Marni, setelah sebelumnya dia mengetuk pintu. "Rombongan udah sampai, jadi saat nanti ada yang mengetuk pintu, tolong kalian keluar." lanjut Marni.

Diluar, acara berlangsung dengan lancar. Bahkan mereka sudah memutuskan jika pernikahan akan berlangsung dalam waktu dua bulan ke depan. Karena dari pihak lelaki sudah menyiapkan semuanya.

"Kamu bahagia kan?" tanya Raya.

"Aku bahagia Raya, apalagi kamu telah menemukan belahan jiwamu." ujar Fira.

"Jadi kamu ikhlas?"

"Sangat ikhlas? Walaupun aku lebih tua darimu beberapa bulan. Tapi aku ikhlas, jika emang kamu mendapatkan jodoh terlebih dulu." ucap Fira menggenggam tangan Raya.

Ketukan dari luar, membuat genggaman tangan Fira lepas. Dia langsung berdiri, di ikuti oleh Raya.

Fira mengandeng Raya untuk keluar. Ada di kampung mereka, calon pengantin perempuan, akan keluar saat penyerahan cincin dari pihak lelaki.

Fira langsung tercekat, saat matanya memandang ke arah Alvin, yang juga menatap ke arahnya. Bahkan sekarang, udara disekitarnya seperti habis tanpa tersisa.

"Bang Alvin." gumam Fira menghentikan langkahnya.

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

cerita awalnya keren.
lanjut kak

2024-04-03

1

Teteh Lia

Teteh Lia

pantas saja, pamannya menentang keras Fira dan Alvin. ternyata.... untuk anaknya to.... 🤦‍♀️

2024-03-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!