Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.
Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembaran Arion
Bab 11-
Kerajaan Taewon selalu dipenuhi kesibukan, tapi hari ini suasana terasa lebih tegang dari biasanya. Arion, dengan tubuhnya yang baru saja pulih dari luka, berjalan cepat menuju ruang takhta. Setelah kembali dari pertempuran yang nyaris merenggut nyawanya, ada hal penting yang harus segera dilaporkan kepada Raja Arthur.
Pintu besar dari kayu eboni terbuka dengan bunyi berderit lembut, dan Arion langsung disambut oleh pandangan tajam ayahnya, Raja Arthur. Sosok Raja Arthur berdiri dengan wibawa kuat, rambut peraknya yang mulai memudar menunjukkan kebijaksanaan usianya. Meski ia adalah seorang penguasa yang bijak dan disegani, ada aura ketegasan dan kekuatan yang tak pernah pudar darinya.
Arion berdiri di tengah aula, di hadapan tahta kerajaan, lalu menundukkan kepalanya dengan hormat. Raja Arthur mengamati putranya dengan penuh perhatian, merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar laporan pertempuran biasa.
"Arion, laporanmu." Suara Raja Arthur menggema di ruangan besar itu, dalam dan penuh otoritas.
Arion mengangkat kepalanya, tatapannya serius. "Ayah, dunia bawah retak lagi. Monster-monster dari bawah tanah mulai kembali menyerang. Saya terluka akibat serangan mendadak mereka di hutan. Untungnya, kami bisa menghalau sebagian besar serangan, tapi ini hanya awal dari masalah yang lebih besar."
Wajah Raja Arthur mengeras. "Dunia bawah retak lagi, katamu? Seberapa parah keretakannya?"
"Saya tidak bisa memastikan seberapa besar, tapi berdasarkan jumlah monster yang menyerang, ini bukan retakan kecil. Dan... Raja Peri Acros sepertinya sudah mulai bergerak menutup celahnya, meski saya tidak tahu seberapa lama dia bisa menahan kekuatan dari dunia bawah," Arion berhenti sejenak, menimbang-nimbang, lalu menambahkan, "Jika tidak segera ditangani, kemungkinan besar ini akan melibatkan seluruh Luminos."
Raja Arthur tampak merenung sejenak. la memejamkan mata, seolah memikirkan langkah selanjutnya. "Kita tidak bisa meremehkan situasi ini. Jika dunia bawah kembali terbuka, keseimbangan Luminos dan dunia manusia akan terganggu. Ini bisa menyebabkan kehancuran besar."
Arion menatap ayahnya dengan cerminan rasa tanggung jawab yang mendalam. "Saya siap melakukan apa pun yang diperlukan untuk menjaga wilayah kita, Ayah."
Namun, Raja Arthur tidak segera menjawab. Wajahnya tetap dingin, tapi dalam benaknya, ia tahu ini adalah ancaman yang jauh lebih besar daripada yang pernah dihadapi sebelumnya. "Kita harus bertindak cepat," katanya dengan tegas. "Aku akan memanggil para penguasa wilayah lain untuk mengadakan rapat darurat. Taewon tidak bisa menghadapi ini sendirian. Kita perlu dukungan dari Tierse, Taegong, dan Tiorse."
Arion mengangguk setuju, meski pikirannya terus kembali pada peristiwa di hutan, pada pertempuran yang hampir merenggut nyawanya. Satu hal yang terus menghantui pikirannya adalah kehadiran "Utusan Peri" yang misterius. Rere, wanita yang begitu gigih ingin membantu, meski ia tidak mengetahui apa niat sebenarnya. Dan rasa terhubung aneh yang terus ia rasakan setiap kali berada di dekatnya membuat Arion semakin bingung.
"Ayah, ada satu hal lagi," Arion berkata perlahan. Raja Arthur mengalihkan pandangannya kembali kepada putranya, menunggu penjelasan. "Utusan Peri yang menyelamatkanku... Dia tampak memiliki maksud lain yang belum jelas. Saya tidak yakin apa yang sebenarnya ia sembunyikan, tapi sepertinya ada sesuatu yang lebih dari sekadar membantu perang ini."
Raja Arthur memandang Arion dengan seksama, matanya menyipit. "Kau percaya bahwa utusan peri ini memiliki motif tersembunyi?"
"Belum ada bukti pasti, tapi... rasanya ada sesuatu yang salah. Dia terlalu melindungi saya."
Raja Arthur terdiam sejenak, lalu menghela napas. "Kita akan mengurus ini nanti. Sekarang fokus kita adalah retakan dunia bawah. Kau harus bersiap-siap untuk pertemuan ini. Kita akan berhadapan dengan penguasa wilayah lain, dan mereka pasti akan membawa tuntutan serta kepentingan masing-masing."
Arion mengangguk dengan penuh tanggung jawab. la tahu apa yang akan datang tidak akan mudah. Di satu sisi, ia harus menghadapi para penguasa yang memiliki kepentingan berbeda, dan di sisi lain, ada sesuatu yang jauh lebih pribadi-utusan peri yang terus membayangi pikirannya.
Beberapa jam kemudian, seluruh istana Taewon sibuk mempersiapkan pertemuan darurat. Para pelayan berlarian, menata aula besar termpat pertemuan itu akan digelar. Sementara itu, Arion berdiri di balkon kamarnya, merenungkan percakapannya dengan sang ayah.
Di kejauhan, ia bisa melihat persiapan yang dilakukan untuk menyambut kedatangan para penguasa wilayah lainnya. Langit mulai memudar menjadi warna jingga, pertanda malam akan segera tiba. Pertempuran yang akan mereka hadapi bukan hanya melawan monster dari dunia bawah, tapi juga melawan ketegangan politik yang selama ini membekap Luminos.
Dan di tengah semua itu, Arion tidak bisa mengabaikan perasaan aneh yang terus menghantui dirinya-perasaan bahwa ada sesuatu yang penting, sesuatu yang sangat berharga yang disembunyikan dari dirinya.
Pagi itu, Rere akhirnya merasa tubuhnya pulih dari keletihan setelah semua peristiwa yang terjadi. Kekuatan Undine yang tersalurkan selama ia membantu para prajurit yang terluka mulai kembali, meskipun masih terasa sedikit lemah. Merasakan udara segar di taman istana yang luas menjadi penyembuh terbaik baginya. Ia berjalan perlahan, menikmati aroma bunga-bunga yang mekar dan gemericik air dari air mancur di tengah taman.
Sementara Undine terbang kecil di sampingnya, peri air itu terlihat lebih ceria, meski masih ada sedikit kekhawatiran di wajah mungilnya. "Akhirnya, kita bisa istirahat, Rere, gumamnya. "Aku masih ingat bagaimana kamu memaksaku untuk terus membantu para prajurit. Kamu benar-benar keras kepala."
Rere tersenyum tipis, tapi sebelum ia bisa menjawab, sebuah sosok berwarna putih tiba-tiba melesat dari balik pepohonan. Seokor serigala berbulu putih berlari cepat, mendekati Rere dengan langkah ringan tapi penuh tenaga. Serigala itu berhenti tepat di kakinya, mendongak dengan mata cerah, seolah ingin mencari perhatian.
Rere tersentak sedikit, tetapi cepat menenangkan dirinya. Di sisi lain, Undine langsung melompat ketakutan, bersembunyi di balik bahu Rere. "Serigala! Rere! Itu serigala!" rengek Undine, suaranya bergetar ketakutan. Peri kecil itu tak terbiasa melihat makhluk berbulu besar seperti itu dari jarak dekat, apalagi di tengah-tengah taman.
Namun, Rere yang melihat sosok serigala putih itu hanya tersenyum lembut. Tanpa rasa takut sedikit pun, ia mengulurkan tangannya dan mengusap kepala serigala itu dengan lembut. "Tidak apa-apa, Undine. Lihat, dia tidak berbahaya," bisik Rere menenangkan peri kecil itu.
Serigala itu mengendus-endus tangan Rere sebelum menjilatnya dengan lembut, seolah memberi tanda persahabatan. Bulu putihnya terasa lembut di bawah sentuhan tangan Rere, dan mata hewan itu tampak seolah-olah mengandung kedamaian.
Saat Rere asyik dengan serigala putih itu, suara langkah kaki mendekat. Rere menoleh, dan dilihatnya seorang wanita muda berjalan cepat ke arahnya. Wanita itu tampak memanggil pelan serigala putih tadi, yang segera menoleh dan mendekatinya. Rambut wanita itu pendek sebahu, berkilauan di bawah sinar matahari. Wajahnya tampak segar dan penuh semangat, tetapi ada sesuatu yang membuat Rere tersadar-wajahnya begitu mirip dengan Arion. Matanya, postur tubuhnya, dan bahkan cara berjalannya sangat mengingatkan pada sang putra mahkota yang dikenal Rere dengan baik.
"Ah, dia menemukanku lagi," wanita itu tertawa ringan sambil mengusap kepala serigala putih itu dengan penuh kasih sayang. "Aku harap dia tidak menakutimu," katanya sambil melihat ke arah Rere.
Rere hanya tersenyum tipis, lalu menggeleng. "Tidak, dia baik sekali," jawab Rere pelan, meskipun dalam hatinya dia masih terkejut melihat betapa miripnya wanita ini dengan Arion.
Wanita itu melangkah maju, memperkenalkan dirinya. "Aku Putri Arliana, adik kembar dari Arion. Dan ini sahabatku, Frost." la menunjuk ke arah serigala putih yang kini duduk di sampingnya.
"Oh..." Rere menyembunyikan keterkejutannya dengan sopan. Arliana, meski memiliki aura yang sama kuat dengan Arion, jelas berbeda dalam cara bicaranya. Ada kebebasan dan kehangatan dalam suaranya, sangat berbeda dengan sikap tegas dan dingin kakaknya. "Senang bertemu denganmu, Putri Arliana."
"Dan siapa namamu, Utusan Peri?" tanya Arliana penasaran, sedikit memiringkan kepalanya. Ada sinar di matanya yang penuh rasa ingin tahu, seolah ia sedang mempelajari Rere dengan saksama. Rere sedikit gugup. la tidak terbiasa diperkenalkan dengan nama lain selain "Utusan Peri" di tempat ini, apalagi di hadapan sosok kerajaan. Namun, sebelum ia bisa menjawab, Undine dengan hati-hati muncul dari balik bahunya, masih sedikit gemetar, tapi cukup penasaran untuk mengintip sosok putri dan serigala itu.
"Oh! Perimu sangat manis!" Arliana tersenyum cerah, matanya berbinar-binar saat melihat Undine. "Aku selalu menyukai peri. Mereka memiliki keajaiban tersendiri. Kalian berdua tampak sangat dekat."
Undine yang biasanya pemalu sedikit tersipu mendengar pujian itu, tapi ia masih bersembunyi di balik Rere. Rere hanya tersenyum tipis, merasa ada sedikit kehangatan dalam percakapan yang baru dimulai ini.
"Aku hanya seorang utusan," jawab Rere akhimya. "Tugasku adalah membantu... dan melindungi."
Arliana tersenyum lebar. "Nah, tugas mulia. Tapi kuharap kamu juga menyempatkan waktu untuk menikmati keindahan istana ini. Taman ini adalah salah satu tempat favoritku untuk bersantai. Dan Frost di sini selalu suka berkeliaran bebas," katanya sambil menepuk kepala serigala putih itu dengan penuh kasih.
Rere mengangguk pelan. Meskipun hatinya masih berat dengan banyak rahasia yang harus ia simpan, terutama tentang bayinya dan Arion, setidaknya di sini, di taman yang tenang ini, ada sejenak ketenangan. Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu bahwa pertemuannya dengan Arliana mungkin tidak akan sesederhana ini.
Undine, yang kini tampak lebih nyaman, terbang lebih dekat ke arah Frost, seolah ingin berkenalan. Rere melihat peri kecil itu mulai tertawa kecil, menunjukkan bahwa Undine telah melupakan ketakutannya, setidaknya untuk sementara.
Arliana, yang menyadari bahwa Rere tampak sedikit terdiam, menatapnya dengan penuh perhatian. "Kamu terlihat lelah. Jangan terlalu memaksakan diri. Kita semua di sini saling menjaga, dan kakakku, meskipun dia sedikit dingin, pasti sangat menghargai bantuanmu."
Rere hanya tersenyum samar, tidak tahu bagaimana harus merespons. Namun, ada sesuatu dalam pernyataan Arliana yang menenangkan hatinya.
"Terima kasih, Putri Arliana," jawab Rere, mengakhiri percakapan dengan rasa hormat.
Dan saat Arliana pergi bersama Frost, Rere kembali duduk di bangku taman, memandangi langit yang cerah, sambil memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya-antara dirinya, Arion, dan bayi mereka yang masih tersembunyi dari dunia.
pliz jgn digantung ya ...
bikin penasaran kisah selanjutnya
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?