NovelToon NovelToon
RAHASIA GELAP GADIS MISTERIUS

RAHASIA GELAP GADIS MISTERIUS

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / Identitas Tersembunyi
Popularitas:16.1k
Nilai: 5
Nama Author: LennyMarlina

“Apakah kau sedang berusaha untuk mengakhiri hidupmu?”

Celphius menemukan seorang gadis yang di buang seseorang di dalam hutan dalam kondisi tubuh yang sudah memprihatinkan. Suatu ketika saat Celphius membawanya pulang ke rumah, terjadi keanehan misterius pada gadis itu di mana setiap pulang dari luar, tubuh gadis itu sudah di penuhi dengan darah dan kamar yang berantakan. Ingin mencari tahu sumber masalah itu, Celphius pun memasang kamera tersembunyi di kamar gadis itu dan hasilnya membuat bibirnya menganga!

Apa yang terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LennyMarlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekadar Perjodohan Bisnis

7.00 AM

Harapan Celphius akhirnya terwujud setelah beberapa jam memutuskan untuk membawa Dokter yang memeriksa gadis itu datang menghampirinya, Ruby mulai membuka matanya saat Celphius hendak melihatnya.

Gadis itu sudah tidak lagi berbaring setelah satu bulan dan justru sekarang posisinya sedang terduduk di atas tempat tidur sembari menjuntaikan kedua kakinya di samping tempat tidur. Ruby juga menghadap jendela.

“Ruby?”

Yang dipanggil menolehkan wajahnya ke arah pintu dan melihat seorang lelaki sedang berdiri di sana. Tanpa ekspresi, Ruby terus memperhatikan Celphius dengan pandangan yang tidak begitu bersemangat.

Celphius memutuskan menghampirinya. “Ruby, apa kau baik-baik saja? Apa ada yang sakit? Katakan saja padaku kalau ada tubuhmu yang sakit. Aku akan panggil Dokter.”

Ruby tidak menjawab, bibirnya seolah sangat berat untuk mengungkapkan apa yang ingin dikeluarkannya. Apakah mungkin Ruby masih mengalami sebuah rasa trauma atas insiden pembuangan sebulan yang lalu?

“Kapan kau sadar? Kenapa tidak memberitahuku? Kau bisa berteriak meminta tolong untuk membantumu bangun. Kau tidak tahu sudah berapa lama kau seperti itu.”

Apa yang dilakukan oleh Ruby hanya diam seribu bahasa. Ada dua kemungkinan diamnya Ruby dengan raut penasarannya itu. Pertama, Ruby tidak bisa berbicara karena pendidikan atau karena trauma mendalam.

“Kau butuh minum? Sebentar, aku ambilkan dulu.” Celphius keluar sebentar dari kamar Ruby membawakan segelas air untuk pertama kalinya setelah koma.

Vernon yang kebetulan lewat secara tidak sengaja bertemu dengan majikannya lalu menghampiri beliau yang memanggilnya. “Anda memanggil saya, Tuan Celphius?”

“Panggil Dokter, cepat! Ruby sudah sadarkan diri dan sudah waktunya bagi dia untuk diperiksa! Setelah sadar, kita harus memaksanya untuk bicara soal asal-usulnya!”

“Apa? Baik, Tuan!”

Sang bodyguard buru-buru meninggalkan Celphius dan memanggil seorang Dokter yang sudah diputuskan untuk mengambil jasanya saja. Sedangkan lelaki muda itu kembali ke kamar Ruby membawakan air.

Posisi duduk Ruby yang masih sama seperti sebelumnya, tanpa berkata-kata, atau bahkan menggerakkan sedikit tubuhnya membuat Celphius merasa khawatir. Karena bisa jadi Ruby mengalami gangguan kesehatan.

“Ruby, minumlah airnya.” Celphius memberikan segelas air putih pada gadis itu dengan nada yang sangat berhati-hati. “Ini hanya air biasa, kau tidak perlu takut.”

Tahu itu hanyalah air minum biasa, Ruby memajukan sedikit wajahnya dan mulai meneguk pelan air dalam gelas tersebut. Sangat melegakan rasanya. Tenggorokan yang kering mulai terbasahi dengan air itu.

“Sekarang, apa kau bisa mendengarku dengan baik dan menceritakan apa saja yang terjadi padamu sampai seperti ini? Kalau kau mau, aku bisa menolongmu, Ruby.”

“Kalau kau tahu siapa orangnya, aku akan membantu membalaskan dendammu padanya dan membuatnya menderita seperti yang sekarang kau alami selama ini.”

“Jadi, jangan pernah takut untuk bercerita. Aku berada di pihakmu dan akan selalu membantumu.” Celphius terdiam. “Tapi, setelah semuanya selesai, kau harus pergi.”

Celphius tidak bisa selalu merawat Ruby dalam genggaman tangannya. Dikarenakan banyak orang yang dengan sengaja berniat menghancurkan kehidupan politiknya, ada banyak orang yang tidak menyukai Celphius.

Semakin lama Celphius menyembunyikan Ruby walau seketat apa pun, orang-orang yang tidak menyukainya akan melakukan berbagai cara supaya Celphius mau menyerah dengan menggunakan Ruby sebagai alat.

Dan tentu saja meskipun Celphius dan Ruby tidak memiliki hubungan darah sama sekali, keberadaan Ruby adalah tanggung jawab Celphius karena dirinyalah Ruby bisa kembali sehat seperti ini berkat penolongannya.

“Aku bukannya tak mau merawatmu tapi dengan posisimu yang terus berada di sekitarku juga bisa membuatmu merasa menderita. Kau juga bisa saja terluka.”

“Maka dari itu ketika semuanya sudah terselesaikan dan kau sudah mulai sembuh total, atau kapan pun aku memintamu untuk pergi, kau harus melakukannya, Ruby.”

“Bagiku, kau hanyalah orang yang pernah kutolong dan aku pun sudah memenuhi tanggung jawabku sebagai penolongmu dengan merawatmu sampai di titik sekarang.”

“Tentu saja aku tidak akan memintamu untuk membayar seluruh biaya yang telah kulakukan ini hanya untuk menyadarkanmu. Kau bisa pulang tanpa utang apa pun.”

Semua yang dia lakukan adalah sesuatu yang gratis tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membayar utang-utangnya. Ruby bisa hidup dengan tenang dan nyaman yang jauh dari kata 'bahaya' di sekitarnya.

Walau kadang terasa sangat berat meninggalkan tempat yang menurutnya sangat nyaman dan damai, tetapi terkadang hidup itu selalu berputar maju dan tidak selamanya berada dalam kehidupan yang sama.

Ruby mengangguk dan perlahan berseru, “Aku ... mengerti. Aku akan meninggalkan tempat ini saat kondisinya sudah memuaskan. Aku tidak akan mengecewakanmu.”

“Aku bukannya kecewa kau berada di sini. Aku hanya sedang membuatmu mengerti bahwa tempat yang kau tempati ini bukanlah tempat yang menurutmu aman.”

“Kadang aku juga merasa khawatir bagaimana kondisimu saat keluar dari rumah ini nanti dan apa kau akan bahagia atau tidak. Aku akan mengirimmu sejauh mungkin.”

“Jika kau merasa tidak nyaman dengan suasana yang ada di kota ini, ataupun suasana bersama dengan keluargamu, aku akan membantumu meninggalkan negara ini, Ruby.”

Gadis itu tertunduk seolah sedang merenungkan sesuatu yang membuatnya menderita seperti ini. Ada banyak hal yang sebenarnya harus dibicarakan tetapi Ruby tidak yakin Celphius mau mendengarkannya atau tidak.

Sebaiknya Ruby menutupi segala sesuatu yang membuatnya begitu terluka dan sakit hati kepada siapa pun. Bagaimanapun situasinya nanti Ruby sendiri yang akan menanggung semuanya dan melepaskan segalanya.

TRING!

Ada suatu pesan berbunyi di ponsel Celphius. Lelaki itu memeriksanya langsung dan menemukan pesan dari Daniar Rowland yang mengajaknya untuk bertemu di suatu tempat yang sudah direncanakan. Apa yang terjadi?

“Sepertinya aku harus pergi sebentar. Kau tetaplah di sini dan jangan pergi ke mana pun tanpa izin dariku! Vernon akan ada di sini. Panggillah jika kau butuh bantuan.”

“Iya.”

Celphius menutup pintu kamar Ruby untuk menemui Daniar Rowland yang mengajak bertemu di pagi hari buta. Memang tidak biasanya tetapi kemungkinan ada sesuatu yang harus dibicarakan dan sangat penting.

.

.

.

Di sebuah taman yang diramaikan oleh banyak orang, Daniar Rowland sudah menunggu kedatangan Celphius di sana dengan pandangan yang celingak-celinguk ataupun sesekali memeriksa ponselnya.

Banyak anak-anak yang berlarian ke sana ke mari dengan pengawasan orang tua mereka tanpa mau mengalihkan pandangan sedikit pun. Karena ini hari Minggu tentu banyak orang yang memilih untuk liburan.

Sesekali pikiran Daniar tertuju pada anaknya kelak yang pastinya sangat bahagia saat orang tuanya mengajaknya ke sebuah taman yang luas untuk bermain dan bertemu dengan teman-teman yang lain di sana.

Bibirnya terangkat secara tidak terduga setelah membayangkan anak kecil yang duduk di sampingnya saat itu. Tetapi sekarang bukan itu yang harus dipikirkan. Daniar harus fokus pada pertemuannya dengan Celphius.

‘Kenapa dia belum datang juga? Biasanya Celphius selalu datang tepat waktu. Tapi sekarang terlambat. Apa di jalan sangat macet?’ gumam Daniar dalam hatinya.

Untuk menghubunginya pun Daniar sangat ragu-ragu karena di antara mereka tidak memiliki hubungan apa pun selain teman dari pertemanan kedua keluarga. Daniar hanya perlu menunggu sebentar lagi.

“Nona Rowland.”

Setelah menunggu beberapa detik, Celphius langsung datang dan menyerukan nama belakangnya dengan nada yang halus. Seperti biasa namun sangat menyebalkan. Daniar dengan senang hati menyambutnya.

Keduanya berjabat tangan. Daniar berkata, “Akhirnya kamu datang juga. Aku sudah menunggu sangat lama di sini.” Langsung mengomel karena terlambat datang.

“Saya minta maaf. Saya memiliki keperluan lain yang harus saya urus.” Pertemuannya bukan hanya Daniar saja. “Kenapa Anda meminta saya untuk datang ke sini?”

“Hm, baiklah. Silakan duduk dulu.” Daniar mempersilakan Celphius untuk duduk di sebelahnya. Keduanya duduk agak berjauhan. “Aku ingin mengatakan sesuatu.”

“Apa itu?”

Celphius tidak sabar untuk mendengarnya. Jauh-jauh dia datang ke sana dengan tergesa-gesa takutnya memang ada hal penting yang harus dibicarakan. Jika masalahnya hanya sepele, percuma saja datang ke sana.

“Kamu tahu tak kalau ayahmu dan adikmu semalam datang ke rumahku? Mereka datang bertemu dengan Ayah dan aku untuk mengklarifikasi kesepakatan kita.”

Tidak ada yang tahu soal hal itu justru Celphius baru tahu saat Daniar menjelaskannya tadi. “Saya sudah tidak tinggal bersama mereka. Apa yang mereka bicarakan?”

“Pembahasannya masih sama seperti sebelumnya. Padahal aku sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan ini tapi mereka terus saja mendesak hal ini.”

“Aku tidak tahu harus bagaimana padahal perjodohan ini tidak ada untungnya bagi kedua belah pihak,” lanjut Daniar merasa terbebani dengan keputusan keluarga itu.

“Tentu saja ada untungnya. Anda tidak tahu? Apakah Tuan Rowland tidak mengatakan apa pun kepada Anda?” imbuh Celphius yang langsung mengungkapkan situasinya.

Daniar menggeleng, “Tidak, aku tidak tahu apa pun. Ayah hanya berkata kalau perjodohan ini bisa membuatku menikah dan memulai kehidupan yang baru denganmu.”

Rupanya, Tuan Rowland membohongi putrinya sendiri bahwa perjodohan yang saat ini mereka jalankan bukanlah sekadar perjodohan biasa. Ini adalah perjodohan bisnis. Di mana kedua belah pihak bisa saling menguntungkan.

Makanya saat itu ketika Tuan Cillian datang ke ruangan Celphius dan menginterogasi soal hubungan putranya dengan putri Tuan Rowland, beliau tampak sangat marah saat tahu anak-anaknya tidak lagi berhubungan.

Kemarahan yang hanya sekadar tubuh mematung dan wajah terkejut mengandung arti kemarahan dan kebencian di dalamnya. Celphius sangat tahu rasa kemarahan ayahnya yang terpaku pada kedataran wajahnya.

“Ini adalah perjodohan bisnis. Jika kita mulai berhubungan atau bahkan sampai menikah, maka kerja sama Tuan Rowland dan Ayah saya akan mulai terbentuk saat itu.”

“Wajar saja jika Anda tidak tahu apa-apa mengenai hal ini. Tuan Rowland pasti memiliki alasan mengapa beliau tidak mengatakan arti di balik perjodohan ini pada Anda.”

Tidak di sangka ayahnya mau berbuat seperti itu. “Ini mungkin karena aku tak suka perjodohan yang melibatkan bisnis. Apa mungkin itu alasan Ayah melakukan itu?”

Itu juga masuk akal. “Mungkin itu juga salah satunya. Saya tidak tahu apa-apa dan itu hanya dugaan saya saja. Yang penting keputusan kita sudah bulat dalam masalah ini.”

“Anda tidak perlu memedulikan apa yang mereka inginkan.” Kemudian, Celphius berdiri begitu saja setelah menasihati Daniar untuk hanya diam saja dalam hal itu.

“Tunggu! Apa kamu akan pergi begitu saja? Ini hari Minggu apa tidak sebaiknya kamu berjalan-jalan sebentar menikmati taman ini?” tanya Daniar menghentikan.

“Saya tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan hal semacam itu. Lagi pula, jika kita masih bertemu seperti ini, akan sulit bagi kita untuk berjauhan satu sama lain.”

Celphius tetap akan meninggalkan tempat itu karena masih mempunyai beberapa pekerjaan meskipun kantor tutup di hari Minggu. Ia juga tidak bisa meninggalkan Ruby sendirian di dalam rumah yang sepi.

.

.

.

Di kediaman Blair, Flavian sedang sibuk memikirkan sesuatu yang sangat penting untuk menghancurkan kehidupan kakaknya yang sudah berani melawan perintah ayah kandungnya sendiri. Itu membuatnya muak.

Bagaimana caranya agar sang kakak bisa mengerti bahwa ibunya yang meninggalkan mereka dengan alasan yang masuk akal? Flavian merasa kasihan kepada ayahnya yang menjadi bahan penuduhan oleh kakaknya.

“Sudah jelas kalau Ibu yang meninggalkan kami karena tidak sayang pada kami, tapi Kakak tetap menyalahkan Ayah seolah-olah benar-benar Ayah yang jahat di sini.”

“Kenapa Kakak tidak mau menerima kenyataan itu? Hanya Ayah di sini satu-satunya yang menjadi orang tua kita. Bagaimanapun, aku hanya percaya pada perkataan Ayah.”

Flavian merasa ayahnya benar dan ibunya salah. Sempat terpikirkan kalau ibunya mencuci otak sang kakak untuk senantiasa menyalahkan ayahnya atas kepergian beliau dan membuat Celphius membenci ayahnya.

Hal itu menjadi satu-satunya kemungkinan yang membuat Flavian percaya kakaknya telah memihak orang yang salah. Memihak orang yang tidak ada? Bukankah itu sungguh konyol dan membuat hati tergelitik geli?

TOK!

TOK!

TOK!

CEKLEK!

Saat Flavian membuka pintu, yang datang ternyata ayahnya. “Ayah? Apa yang membuat Ayah kemari? Jika Ayah membutuhkan sesuatu aku akan mengambilnya.”

“Tidak, Nak. Ayah tidak membutuhkan apa pun. Ayah hanya ingin menemuimu saja dan mengobrol denganmu. Bolehkah?” Meminta izin terlebih dahulu pada sang anak.

“Tentu saja, Ayah.”

BERSAMBUNG

1
Glamours Style
mana lanjutannya ka?
Abi Zar
keren kak
Abi Zar: trimaksih kak
total 1 replies
Sunraku
Recommend
Sunraku
Lanjut Mba/Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!