Ini lanjutan dari Novel keduaku yang berjudul "Gadis Barbar Kesayangan Tuan Muda Lumpuh"
Edgar merasa ada yang aneh dalam dirinya, dia mencoba memeriksakan dirinya ditemani oleh asisten setianya yang bernama Leo. Begitu ia datang kerumah sakit Edgar menemui dokter Andrologi, betapa terkejutnya ia mendapati hasilnya yang menyatakan kalau dirinya impoten.
Dibalik kesedihan pasti ada kebahagian yang telah di persiapkan oleh Tuhan, Edgar di pertemukan dengan seorang gadis tomboy bernama Zalea yang berasal dari keluarga broken home. Sebuah keajaiban datang ketika Edgar dan Zalea tak sengaja bertemu disuatu tempat, ia yang dinyatakan impoten tiba-tiba bereaksi ketika melihat Zalea.
Bagaimana kisah cinta Edgar dan juga Zalea? Apakah mereka akan bersatu?
Yuk simak ceritanya 💃🥰🤗
HAPPY READING 😚
Jangan lupa bintang 5 nya ya readers 🙏😚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengganti celana
Edgar dan Zalea pun makan bersama, bu Siti dan pak Ajat pun ikut bergabung meskipun tadinya keduanya menolak.
Beberapa menit kemudian.
Edgar dan yang lainnya menyelesaikan makannya, Zalea pun ikut membereskan piring kotor bersama bu Siti, dia ikut mencuci piring dan juga membersihkan meja. Bu Siti membuatkan teh manis dan juga merebus singkong hasil berkebun pak Ajat, di Villa yang udaranya dingin sangatlah cocok dengan makanan yang hangat. Selesai mencuci piring Zalea menghampiri Edgar yang tengah duduk menunggunya, baru saja ia ingin duduk tangannya di tarik masuk kedalam sebuah kamar. Edgar membuka lemari pakaian, dia mencari celana yang menurutnya cocok untuk Zalea.
"Coba kau pakai ini." ucap Edgar menyodorkan satu buah celana berwarna hitam.
"Gede ini om." ucap Zalea.
"Cobain dulu." ucap Edgar.
"Ya keluar dulu om, bukan muhrim." usir Zalea.
"Gapapa, kan bentar lagi halal." ucap Edgar santai.
"Oooooommmmmmm!" protes Zalea.
Edgar pun keluar dari dalam kamar sambil terkekeh, Zalea pun mengganti celananya karena memang ia juga merasakan kedinginan.
Ceklek.
Zalea keluar dari dalam kamar memegangi celana yang sudah di gantinya, Edgar menatap Zalea yang terus memegangi celana yang sudah di berikannya, dia menahan tawanya melihat celana yang dipakai Zalea menumpuk dibagian bawahnya.
"Ppppfftt, kenapa lu pegangi celananya?" tanya Edgar sambil menahan tawanya.
"Huhuhu, om kegedean 😭 celananya juga panjang banget, liat nih sampe numpuk kayak gini." rengek Zalea.
"Gak cocok banget tuh muka sama penampilan lu cil, gaya aja tomboy tapi ngerengek kayak bayi." ledek Edgar.
"Gapapa lah, pake celana yang tadi aja." ucap Zalea.
"Udah, paling bener lu pake sarung bokap gue aja." putus Edgar.
Edgar kembali masuk kedalam kamar dia membuka lemari pakaiannya lalu mengambil sarung ayahnya yang sering digunakan untuk sholat ataupun bersantai di Villa. Edgar menyerahkan sarung tersebut pada Zalea, dengan wajah yang kesal Zalea pun mengambil sarung tersebut, dia mengikat sarungnya dengan kuat agar tidak kedodoran. Saat Zalea keluar dari dalam kamar Edgar mengacungkan jempolnya, sedangkan Zalea semakin memberenggut kesal.
"Eh bentar, kayaknya ada yang kurang." ucap Edgar.
"Apalagi sih om?" kesal Zalea.
Edgar masuk lagi ke dalam kamarnya, dia mencari sesuatu di dalam lemarinya. Setelah mendapatkan apa yang dia cari, Edgar memasangkan sebuah peci di kepala Zalea sampai ia terkekeh sendiri.
"Nah, ini baru mantep hihihi." ucap Edgar.
Zalea melepaskan peci dari atas kepalanya, dia memukul-mukul tubuh Edgar dengan tenaga yang dimilikinya, dia kesal bahkan sangat kesal pada Edgar yang terus gencar mengerjainya.
"Gak sekalian pake koko aja, nyebelin banget sih om-om satu ini." sewot Zalea.
"Ide bagus tuh." ucap Edgar tersenyum.
"OOOOOOOOMMMMMMMM."teriak Zalea dengan begitu nyaringnya.
Prang..
Panci yang tengah di pegang oleh bu Siti sampai terjatuh, beruntung panci tersebut tidak ada isinya jadi ia tidak terlalu khawatir. Bu Siti memegangi dadanya yang terkejut mendengar teriakan Zalea, tangannya sampai bergetar serasa mendengar suara hantu yang sedang cekikikan.
"Astagfirullah, ya Allah." ucap bu Siti mengusap dadanya.
Edgar menutup mulut Zalea menggunakan tangannya, suara Zalea melengking dengan begitu nyaringnya sampai telinganya merasa sakit.
"Berisik!" sentak Edgar.
"Habisnya om nyebelin." gerutu Zalea.
"Daripada lu berisik disini, mending kita keluar." ajak Edgar.
Tanpa menunggu jawaban dari Zalea, Edgar menarik tangan Zalea keluar dari dalam Villa. Dia mengajak Zalea duduk diatas hamparan rumput yang hijau menghadap kearah danau, Zalea yang tadinya merah pun seketika emosinya mereda begitu melihat pemandangan di sekitarnya.
Maaf ya ketiduran tadinya hihihi 🙏😁
Rasain Lo Alina.