Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Dengan nafsu dan rasa penasaran yang sudah memuncak, Sandy langsung bersiap untuk berangkat menuju rumah Andini.
Dia berdandan rapi seperti anak muda yang sedang puber untuk bertemu dengan kekasihnya.
Prot prot prot.
Minyak wangi Sandy semprotkan ke seluruh pakaian dan juga leher sambil berdiri di depan cermin.
Olesan Pomade dia usapkan di rambutnya yang terlihat menjadi klimis dan terlihat menjadi segar.
"Gila, pantas saja banyak perempuan yang gampang tergoda olehku, ternyata aku setampan ini." Ucap tengil Sandy sambil tersenyum jahat ke arah cermin sambil menyisir rapi rambutnya.
Setelah selesai dengan tampilannya, Sandy pun langsung berangkat, tak lupa dia membawa tas selempang yang lumayan sedang yang di dalamnya berisi uang dan juga barang-barang berharga.
Dia berjalan dengan sangat cepat menuju lantai bawah kemudian berlanjut ke arah jalan raya. Sandy kini berdiri di atas trotoar untuk memberhentikan salah satu taksi yang lewat.
"Tumben banget sih taksi lama lewat sini." Gerutu Sandy dengan suara pelan hampir tak terdengar karena memang taksi belum ada setelah beberapa menit.
Bukannya taksi yang lewat, tapi dari kejauhan terlihat mobil Lita yang akan melintas melewati Sandy.
"What, mas Sandy?" Mobil terhenti seketika dari kejauhan dan terparkir di bahu jalan. Lita sedikit kaget karena bisa melihat mantan suaminya lagi tanpa di sengaja.
"Mau kemana dia?" Ucap Lita sambil menepuk-nepuk stir mobil dengan penuh rasa penasaran.
Akhirnya salah satu taksi pun datang dan berhenti tepat di samping Sandy. Kemudian Sandy masuk ke dalam taksi.
"Tujuannya mau kemana nih pak?" Tanya sopir taksi sambil melihat wajah Sandy lewat kaca spion tengah.
"Ke daerah perempatan Rimpun Pak, setelah perempatan, nanti saya tunjuk sendiri alamat lengkapnya." Jawab Sandy sambil melihat alamat lengkap di handphonenya.
"Oh oke baiklah." Sopir taksi pun mulai menjalankan mobilnya.
Dari arah belakang, karena rasa penasaran yang begitu tinggi, Lita mengikuti taksi yang Sandy tumpangi. Seharusnya Lita sedang dalam perjalanan pulang dari kantor menuju ke arah rumahnya. Tapi karena tak sengaja melihat Sandy dia pun kini mengikutinya.
Lita masih penasaran dengan kehidupan Sandy setelah ini. Karena sampai saat ini Andini sudah tak pernah memberinya kabar lagi tentang Sandy. Tapi Lita sudah sangat puas dengan kinerja Andini karena kini Sandy gagal untuk menguras hartanya dan dia pun tak pernah menyuruh Andini lagi untuk mengikuti kehidupan Sandy.
Di dalam taksi, Sandy tiba-tiba mendapatkan telpon dari kekasihnya yaitu Fika setelah perjalanan hampir sepuluh menit.
"Hallo sayang!" Ucap Sandy sambil menaruh handphone di samping telinganya.
"Mas, kamu lagi di mana? Aku kangen." Suara manja Fika di dalam telfon yang sangat rindu terhadap Sandy.
"Mas sedang di jalan sayang, sedang ada urusan. Mas juga kangen sama."
"Hmm. Mas kapan ke sini kira-kira? Memang belum selesai kamu di sana?"
"Belum sayang, kamu yang sabar ya! Setelah urusan Mas yang satu ini selesai hari ini, Mas akan pulang menemui mu di kampung. Mungkin esok hari atau lusa Mas berangkat."
"Serius?"
"Iya sayang mas serius, makanya kamu sabar ya di sana."
"Hmm yaudah deh, Oh iya aku sudah bilang sama kedua orang tuaku kalau kamu bakal ke sini secepatnya dan akan langsung melamar ku."
"Iya sayang, sabar ya sebentar lagi kita akan menikah dan akan hidup bahagia di sana."
"Baik lah Mas aku percaya akan rencanamu. Ya sudah kamu hati-hati selalu ya di sana! Aku selalu menunggu kabarmu di sini."
"Oke sayang terimakasih. Ya sudah nanti Mas telfon lagi yah."
"Oke, dah sayang I love you."
"I love you to." Balas Sandy sambil mengecup telpon genggamnya.
"Sebenarnya sih aku harusnya sudah bisa berangkat menemui Fika, tapi sayang banget kalau aku barus menyia-nyiakan kesempatan ini, kenangan terindah bersama Andini untuk yang terakhir kalinya harus aku dapatkan saat ini. Aku sudah tidak sabar Andini untuk melakukan itu semua denganmu. Aku akan melakukannya dengan penuh kesadaran." Hati Sandy bergumam dengan fantasi liarnya.
Sampai akhirnya Sandy pun sampai di depan gang rumah Andini. Dia kini sudah turun dari taksi.
Sandy kebingungan harus menuju ke arah mana, karena ada dua gang yang satu menuju rumah Andini dan satu lagi menuju sekolahan tempat Indra mengajar, dia pun kembali melihat maps yang Andini kasih, ternyata titiknya menuju gang sebelah kiri.
Sementara dari arah belakang, Lita sudah memarkirkan mobilnya di sebuah ruko besar yang di dalamnya menjual beberapa jenis pakaian. Lita berpura-pura memilih beberapa pakaian yang terpajang di luar ruko sambil melihat ke arah Sandy yang sedang sibuk dengan handphonenya.
Setelah Sandy masuk ke dalam gang, Lita pun langsung berjalan menuju gang yang sama.
Sampai akhirnya Sandy berhasil di titik yang dia tuju. Dia sudah berada di depan rumah Andini dan Sandy juga sudah yakin bahwa ini adalah rumahnya. Karena rumah Andini lumayan jauh dengan rumah berikutnya.
"Jelek banget ini rumah, kasihan sekali Andini kalau misalnya benar tinggal di rumah seperti ini." Ucap Sandy pelan sambil mencoba menghubungi Andini lewat telfon.
Baru saja Sandy mencoba menelpon, tiba-tiba saja pintu rumah terbuka.
Sandy sempat panik sambil memundurkan langkahnya karena takutnya bukan Andini yang membuka pintu rumah tersebut.
"Ayo sini!" Ajak Andini dari kejauhan sambil membukakan pintu gerbang rumah.
Tanpa ragu Sandy pun langsung menuruti ajakan Andini untuk masuk. Tapi dia berhenti di depan pintu menunggu Andini mengunci kembali pintu gerbang.
Setelah selesai mengunci gerbang kembali, Sandy sempat bertanya kepada Andini.
"Din, kamu yakin tinggal di rumah tua dan jelek seperti ini?" Sandy yang seperti jijik melihat keadaan rumah ini.
"Memang kamu kira aku sanggup membayar apartemen sepertimu. Aku hanya seorang pelayan warung. Jadi masih untung aku punya tempat tinggal." Andini sedikit kesal menjawab pertanyaan Sandy, tapi dia harus tetap menahan amarahnya.
"Ya sudahlah yang penting aku sudah sampai dan bisa menemui mu." Sandy menganggukkan kepalanya sambil mengintip ke arah dalam rumah.
"Ayo masuk nggak usah banyak bicara di sini, nanti keburu ada orang yang tahu." Ajak Andini sambil sedikit mendorong Sandy untuk melangkahkan kakinya ke dalam rumah.
Pintu rumah pun kini tertutup dan mereka berdua sudah berada di dalam.
Dari kejauhan, Lita yang mengintip dari balik pohon yang lumayan besar, langsung kaget dan sangat bertanya-tanya dalam hatinya..
"Bukankah itu Andini mantan suaminya mas Sandy? Ko bisa mereka akur kembali. Apa jangan-jangan mereka selama ini sekongkol untuk menghancurkan aku? Sialan! Aku harus tahu rencana mereka, aku harus mendekatinya."
Lita yang semakin penasaran langsung mendekat ke arah rumah itu. Tapi Lita kebingungan harus masuk lewat mana, karena pintu gerbang sudah di gembok dari dalam.
Lita sempat mondar-mandir di depan rumah memikirkan cara untuk masuk ke dalam rumah tersebut.
Di lihatnya dari arah samping ada tembok yang sudah roboh yang menuju ke arah sebuah jendela samping. Tapi banyak sekali rumput liar yang sudah tinggi untuk melewatinya.
Karena rasa penasaran yang begitu tinggi, Lita pun nekat menerobos rumput tersebut, dan kini dia berada di depan sebuah jendela yang sudah rapuh dan sudah dipenuhi oleh dedaunan liar yang menjulang sampai ke atas genteng.
Terlihat jelas di dalam sana Sandy dan Andini sedang duduk di atas sofa di ruang tengah.