Menikah tanpa cinta, tidak pernah ada dalam agenda ku. Tapi aku kalah dengan kekuasaan Omah, sehingga terpaksa menikahi Aisyah, gadis bercadar pilihan nya.
Amira kekasih hati ku, tidak bisa terima itu. Ia melakukan percobaan Bu Nuh diri namun bisa diselamatkan.
Aku tidak ingin kehilangan Amira, sehingga ku putuskan untuk menikahi nya bersamaan dengan malam inai di rumah ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon L-viie Ann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GAGAL BOBOL GAWANG
Pulang dari kantor, ku lihat keadaan di rumah baik-baik saja. Oma tersenyum, Mama dan Papa tidak berkomentar apapun.
Baguslah ! Berarti Aisyah tidak mengatakan apapun kejadian pagi tadi. Dia juga nampak sibuk menata makanan di atas meja membantu ART.
Hem pintar sekali mengambil hati orang rumah, padahal di rumah ini sudah memiliki ART sebanyak lima orang. Ngapain mengotori tangan nya untuk membantu.
Mungkin dia merasa biar terlihat rajin, aku akui jurus itu sukses dilakukan kepada keluarga ku. Tapi tidak dengan ku, percuma ! Yang aku cintai cuma Amira dan Amira.
Cantik, seksi, pintar memanjakan aku, kalau Aisyah ? Apa yang bisa aku nikmati dari dia? Tubuhnya hampir sembilan puluh sembilan persen ditutup kain. Hanya matanya saja yang melongo. Tidak menarik sama sekali.
" Nenek sudah boking tiket ke Bali untuk bulan madu mu" Ucap Oma, aku sudah tidak terkejut karena hal indah sudah ku rencanakan bersama Amira.
" Besok kalian berangkat "
Aku mengangguk saja, senang kan kalian ? Hem.. Aku juga akan bersenang-senang disana.
Esoknya aku dan Aisyah berangkat dengan menaiki pesawat. Sedangkan Amira menyusul dengan tiket yang ku belikan untuk nya.
Sesampainya di Bali, hotel sudah disewakan oleh Oma. Semua dipersiapkan dengan baik. Aku tinggal menunggu Amira datang.
Dia juga bilang kalau sekarang menstruasi nya sudah selesai, jadi tinggal tanam-tanam ubi hehehehehe.
Aku tidur siang sambil menunggu Amira sampai. Samar-samar aku mendengar lagi suara merdu orang mengaji. Indah sekali dan sangat menyentuh hati.
Perlahan ku buka mataku dan ku lihat seiras wajah bersih putih bersinar. Alis tebal menegaskan aura positif nya, bulu mata lentik tanpa eyelash . Membuat ku terpukau hingga tak mau mengedipkan mata.
" Sodakallahul'adhim..."
Aku langsung menutup mata kembali berpura-pura masih tidur. Anj**** kenapa aku harus takut ? Aku kan tidak melakukan kesalahan. Dia sendiri kenapa melepas cadar ? Mau nunjukin kecantikannya ?? Hemhhh
" Hey!!!"
Tubuh yang baru saja membuka telekungnya membatu.
" Kenapa nggak pakek cadar ? Hah?" Bentak ku, dia telah melanggar perintah ku maka aku harus memberinya peringatan.
" Masa sholat pakek cadar "
Oh iya ya, mana ada orang sholat pakek cadar ?
" I-iya tapi nggak harus menghadap ke wajah ku?" Aku masih mendapatkan celah untuk membela diri.
" Kan arah kiblat ke sana Kak"
Aku melongo, dia benar juga. Lalu?? Apa salahnya ??
" Ya sudah ! Cepat pakek cadar mu, aku mual sekali melihat nya"
Lekas aku turun dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi. Grogi betul aku Be... Apa dia tahu kalau aku tadi sempat menikmati kecantikan nya?? Sumpah dia gadis tercantik yang baru ku temui, natural banget. Kayak lukisan !
Ponsel ku melolong sejak tadi, aku percepat ritual mandi ku. Mengambil ponsel di atas meja lalu mengangkat nya.
" Sayang, aku udah di kamar 402 yang kamu pesan buat ku. Kamu dimana ?"
" Tunggu sebentar !"
Ku lirik Aisyah, dia tengah sibuk dengan ponsel nya. Seperti orang sedang berbalas chat.
" Sedang apa kamu?" Tanyaku, ia tergagap dan langsung mengunci layar ponsel nya.
" Ini.. Lagi WhatsApp an sama temen "
" Kok kayak ketakutan gitu ? Apa kamu punya pacar ?" selidik ku, dia menggeleng.
" Kalau pun iya nggak apa-apa, cerai saja dengan ku dan menikah lah dengan pacar mu" Seloroh ku enteng, dia menunduk.
" Ya sudah lah aku keluar dulu, nih kartu kredit bisa kamu pakai sesukamu. Pergilah jalan-jalan, aku ada urusan "
Dia menerima kartu yang ku berikan, dan ku tinggalkan dia sendiri di kamar hotel untuk bertemu Amira.
Di kamar Amira, aku pesan makanan dan kami makan bersama. Menikmati sunset dari koridor kamar. Sungguh indah sekali.
Amira duduk dipangkuan ku, mengajak ku bercumbu. Ku layani dia dengan hasrat yang menggebu-gebu. Ini adalah pertama kalinya aku akan melakukan hubungan intim dengan pasangan. Dan aku bahagia karena orang itu adalah Amira yang sudah sah menjadi istri ku. Meskipun hanya nikah siri, tapi itu juga sah bukan di mata agama.
Tiba-tiba ponsel berdering nyaring, mengganggu serangan ku yang sudah bersiap membobol gawang.
Awalnya ku abaikan, karena aku ingin fokus dengan Amira. Tapi deringan itu sangat menggangu. Hingga terpaksa aku menghentikan niat ku dan meraih gawai.
Ternyata dari Oma, nafsu yang sudah mencapai ubun-ubun seakan-akan rontok hingga ke kaki.
" Hallo Oma?"
" Kamu dimana ?"
" Di.. Di hotel Oma!"
" Mana Aisyah ?"
" Aisyah ?? Nggak tahu, dia keluar sejak tadi"
" Apa?? Dia keluar sendiri ? Kamu nggak temenin dia?"
" Emmm dia dia nggak pamit Oma" sengaja biar aku tidak disalahkan.
" Aisyah tidak akan pernah pergi tanpa pamit, kamu pasti boong. Kalau sampai terjadi apa-apa sama Aisyah di luar sana? Apalagi dia tidak tahu jalanan di Bali, dan diganggu sama bule-bule gatal, Awas kau ya!! Oma akan coret namamu dari daftar ahli waris dan Oma keluar kan dari perusahaan !"
Mataku membeliak lebar, tidak ! Itu tidak boleh terjadi. Nggak dapat warisan sih masih mending, tapi kalau sampai dikeluarkan dari perusahaan aku kerja apa?
" Cepat cari Aisyah !"
" I-iya Oma"
TUUUUUUUUUT
Telfon dimatikan secara sepihak.
" Kenapa sayang ?"
" Oma nanyain Aisyah, aku harus mencari nya. Pasti dia udah ngadu macem-macem sama Oma"
" Lah?terus aku?"
" Kamu tunggu dulu sebentar ya, aku harus menemukan Aisyah "
Cepat ku kenakan pakaian ku kembali. Amira nampak kesal, wajah nya cemberut sekali.
" Maaf ya sayang " Ku kecup keningnya lalu segera keluar dari kamar itu.
Aku celingukan kemana-mana, Aisyah tidak terlihat dimana pun. Pergi kemana dia? Bodohnya aku tidak punya nomor telepon nya. Jadi susah nyariin.
Terpaksa aku telfon Mama untuk minta nomor Aisyah, meskipun harus diomelin terlebih dahulu. Tapi akhirnya aku dapat juga nomor telepon nya.
Berkali-kali ku telfon tapi tidak diangkat, jual mahal sekali sih dia. Sampai akhirnya aku kirim pesan lewat WhatsApp.
" Kamu dimana ?"
Eh cuma di read doang, tidak dibalas.
" Aku nyariin kamu, kamu dimana ? Pusing nih kepalaku nyariin kamu" sekali lagi ku kirim pesan suara padanya.
Eh dia nelfon balik.
" Hallo !!"
" Assalamualaikum "
Subhanallah, suara nya merdu sekali.
" Wa- wa'alaikumsalam " sampai membuat ku gugup.
" Maafkan Aisyah Kak, dari tadi Opung putri nelfon Aisyah tidak berani angkat. Karena Aisyah tidak mau berbohong, ataupun nanti jawaban Aisyah akan menyulitkan Kakak. Tadi juga nomor Kakak ini, Aisyah takut orang rumah yang nelfon. Baru setelah Aisyah dengar Kakak, Aisyah berani angkat "
Oh begitu rupanya.
" Ya sudah kamu dimana sekarang ?"
" Di restoran tepi pantai "
" Ok!! Tunggu aku di sana !"
Ku putuskan sambungan lalu segera ku berlari ke tempat yang Aisyah maksud.
aisyah msih hidup lh kk author...
dy pasti gk jd ke yaman. soalnya pas di bandara ktmu sm amira. dy gk mau wahyu tau kmna dy pergi. jd ngerubah tmpt tujuan dy. pasti bgitu...🥺🥺🥺
masih penasaran author 😊😊
kapan kamu balik