Aisyah, Istri Kedua Ku.

Aisyah, Istri Kedua Ku.

PERNIKAHAN

" Ku terima nikahnya Aisyah Binti Muhammad dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai !"

Lafadz itu menggema bersamaan dengan hentakan tangan ku yang bersalaman dengan penghulu.

Sah??

Sah??

Sah!!!

Semua orang memanjat kan doa, termasuk gadis bercadar yang duduk bersimpuh di seberang sana.

Terlihat khusuk dan khidmat, tapi tidak dengan ku.

Aku gelisah, ingin segera ku tinggalkan tempat ini untuk menemui Amira. Istri pertama yang ku nikahi malam tadi.

Terdengar baji***n bukan ? Namun semua ini terpaksa ku lakukan. Aku tidak ingin kehilangan Amira, cinta ku sudah habis untuk nya. Dan pernikahan ku yang saat ini hanyalah keinginan sebelah pihak.

Oma ku, Ibu dari Papa adalah satu-satunya orang yang sangat berpengaruh dalam keluarga ini. Apapun yang ia katakan ada hukum mutlak yang tidak bisa diganggu gugat.

Termasuk keinginan nya untuk menjodohkan aku dan Aisyah. Padahal Oma sudah tahu hubungan aku dan Amira.

Tapi Oma seakan tidak perduli, dia hanya ingin Aisyah yang menjadi cucu menantu nya.

Entah apa yang diberikan oleh Aisyah kepada Oma, baru kali ini Oma sangat menginginkan seseorang. Padahal pernikahan sepupuku yang lain Oma ok- ok saja.

" Cepat masuk ke kamar ! Temui istri mu!" Lagi-lagi Oma memaksakan kehendaknya kepada ku. Belum cukupkah pernikahan ini? Apa Oma benar-benar ingin membun-uh perasaan ku?

Dengan langkah malas aku masuk ke dalam kamar yang sudah dihiasi oleh bunga-bunga indah.

Nampak Aisyah menundukkan wajahnya ketika melihat ku datang. Sekilas tatapan kami bertemu, anak matanya hitam pekat, bulu mata nya lentik dan panjang. Hanya itu yang bisa ku lihat dari seluruh tubuh nya.

Aku menghempaskan bobot tubuh ku di atas ranjang yang sebenarnya adalah kamar ku. Lalu perlahan ku rebahkan punggung ku dengan sedikit mengeliat.

Pegal rasanya seluruh tubuh ini mengikuti acara pernikahan yang sumbang.

" Tidak perlu kau perlihatkan wajah mu padaku " Ucapku ketus begitu ku sadari tangan nya yang dihiasi Inai merah maroon bergerak untuk membuka cadar.

" Aku tidak akan melirik mu apalagi sampai menyentuh mu"

Imbuh ku.

Bagaimana pun Aisyah harus tahu jika status ku sekarang adalah suami orang, meskipun hanya sebatas nikah siri.

" Aku sudah menikah"

Tak ada tanggapan dari Aisyah, gadis itu diam seribu bahasa. Kedua tangan nya yang indah bertumpu di atas pangkuannya.

" Jadi maaf, aku tidak akan mengkhianati istriku Amira"

Tanggapan Aisyah tetap sepi, seolah aku hanya bicara dengan batu.

" Kau dengar apa yang aku katakan bukan ?"

Aku jengkel juga dia mendiamkan aku, Tapi tetap saja. Hanya anggukan kepala yang menjadi jawaban nya. Apa dia bisu??

Ah kenapa aku baru berpikir ke arah sana? Sejak awal aku tidak pernah mendengar Aisyah bicara.

Tubuh ku berbalik ke posisi tengkurap tepat di depannya.

" Kau bisa bicara kan?"

Ku tengok wajah yang tertunduk itu lebih jelas.

" I-iya Kak"

Terdengar lembut namun dipaksa kan, syukurlah ternyata dia tidak bisu.

" Bagus,,, Untuk malam ini dan seterusnya kau tidur disini, Aku tidur di sofa "

Perlahan aku beringsut duduk, mengambil bantal dan selimut di dalam lemari.

" Tapi ingat, jangan sampai orang tahu masalah ini. Termasuk aku yang sudah menikah diam-diam dengan Amira, Kau mengerti ?!!" Sengaja ku tekan kan kalimat pertanyaan, agar dia paham bahwa ini bukan sekedar peringatan.

Aisyah menjawab dengan anggukan kepala.

Aku meninggalkan nya di ranjang pengantin kami, dan memilih tidur di sofa panjang. Sangat tidak nyaman, sempit dan susah untuk bergerak.

Biasanya aku tidur di ranjang ukuran big size seorang diri, dan sekarang harus tidur di sofa. Hemmmhhh sampai kapan aku akan seperti ini terus ?

Susah sekali bagiku untuk memejamkan mata, aku hanya bisa miring kanan - miring kiri. Sungguh membosankan.

Sedangkan Aisyah terlihat tidur dengan sangat pulas sekali. Tubuhnya anteng dan tenang, tidak gelisah seperti ku.

Iseng-iseng ku ambil ponsel ku, ternyata banyak sekali panggilan tidak terjawab dari nomor Amira.

" Buset !!! Aku lupa "

Tepukan kecil mendarat di jidat, kenapa aku bisa pelupa sih? Tadi sengaja aku kasih mode silent di ponsel ku selama acara pesta pernikahan berlangsung.

Dan aku lupa mengembalikan nya ke Mode normal , pasti Amira marah nih.

" Hallo..."

Syukurlah dia masih belum tidur dan mengangkat telepon ku.

" Kamu kemana aja sih Mas?? Pasti sedang bermesraan sama istri mu itu ya?" Suara Amira sesenggukan, seperti nya dia sedang menangis.

" Sayang... Jangan berpikir macem-macem deh, kamu kan tahu sendiri yang aku cintai cuma kamu. Kalau aku tidak cinta sama kamu, buat apa aku nikahin kamu? Bener nggak ?"

" Terus kenapa telfon ku nggak diangkat ?? Dari tadi pikiran aku sudah kemana-mana Mas, karena aku sama kamu aja belum melakukan malam pertama. Masa kamu sudah gitu-gitu sama dia"

" Hus!!! Kamu nih sayang, mana bisa aku melakukan seperti apa yang kamu pikirkan ? Kenal aja sama dia nggak ? Tahu mukanya aja nggak ? Kamu kan udah tahu banget tentang aku sayang "

" Iya, Awas loh... Kamu hanya bisa melakukan malam pertama sama aku, entar kalau aku sudah bersih dari masa menstruasi kita akan pergi bulan madu"

" Iya ... Iya sayang... Udah ya, ini udah malam.. Kamu cepat tidur, besok kita ketemu di kantor "

" He-em "

Aku mematikan sambungan telepon, kembali ku lirik Aisyah. Ia tetap di posisi seperti tadi, memunggungi keberadaan ku.

Pelan-pelan kembali ku rebahkan tubuhku, mencoba untuk tidur. Ini sudah lewat tengah malam, besok pagi-pagi sekali aku ada meeting yang akan ditemani Amira.

Kalau aku tidak tidur, alamat pasti bakal kebablasan.

Sayup-sayup terdengar suara seseorang mengaji, merdu sekali. Membuat tidur ku semakin nyaman.

Lambat laun hidung ku menangkap aroma hangat yang menggugah selera. Memaksa mataku untuk terbuka, samar-samar ku lihat seorang gadis bercadar tengah membungkuk.

Dari Sirat matanya, bisa ku nilai jika gadis itu pasti cantik sekali. Apakah dia bidadari yang sengaja turun dari Surga untuk menemui ku? Hehehe

Pikiran ku terlalu jauh sekali, namun setelah penglihatan ku mulai sadar rupanya itu adalah Aisyah, istri ku.

Spontan aku langsung bangun, ia cukup terkejut karena aku bangun secara tiba-tiba. Aisyah mengangguk kan kepalanya lalu mundur dan keluar dari kamar.

Sopan sekali dia, seperti gadis Jawa tulen pada umumnya. Baru kali ini aku diperlakukan sangat sopan.

" Lah.. Ini si pengantin pria sudah bangun " Seru Dayat sepupu ku.

Aku cuek saja, dia memang sangat usil sekali.

" Berapa ronde semalam? Sampek kesiangan ?"

Wajahku memanas mendengar Celutuk kannya. Ku lirik Aisyah yang sibuk menata makanan di atas meja, ia nampak tidak perduli atau memang tidak mendengar ucapan Dayat.

Oma senyam-senyum, ia sangat bahagia sekali. Wajahnya berseri-seri, mungkin karena keinginan nya sudah tercapai. Mengintimidasi masa depan ku.

Terpopuler

Comments

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Sabar Aisyah 😌

2024-11-07

0

neng ade

neng ade

hadir thor ..

2024-10-29

1

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

aku mampir

2024-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!