NovelToon NovelToon
ZIELL

ZIELL

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Persahabatan / Angst / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Meka Gethrieen

"Ketika cinta dan kesetiaan diuji oleh kebenaran dan darah, hanya hati yang tahu siapa yang benar-benar layak dicintai." - Kenzie William Franklyn.

•••

Vanellye Arch Equeenza, atau Ellyenza. Perempuan nakal dengan masa lalu kelam, hidup dalam keluarga Parvyez yang penuh konflik. Tanpa mengetahui dirinya bukan anak kandung, Ellyenza dijodohkan dengan Kenzie, ketua OSIS yang juga memimpin geng "The Sovereign Four." Saat rahasia masa lalunya terungkap—bahwa ia sebenarnya anak dari Sweetly, sahabat yang dikhianati ibunya, Stella—Ellyenza harus menghadapi kenyataan pahit tentang jati dirinya. Cinta, dendam, dan pengkhianatan beradu, saat Ellyenza berjuang memilih antara masa lalu yang penuh luka dan masa depan yang tidak pasti.

Akan seperti apakah cerita ini berakhir? mari nantikan terus kelanjutan untuk kisah Kenzie dan Ellyenza.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meka Gethrieen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ZIELL 2 ; Interaksi Yang Dingin.

..."Bukannya takut untuk berhadapan, hanya saja ketika itu terjadi sulit buat mengendalikan perasaan."...

...- Vanellye Arch Equeenza -...

...●●●...

Aula OSIS yang luas dipenuhi oleh suara riuh anggota yang sedang berdiskusi mengenai berbagai agenda sekolah. Suara kursi yang bergeser dan percakapan yang menggema di dinding aula memberikan kesan bahwa rapat hari itu akan berlangsung cukup lama. Di depan, Kenzie William Franklyn, ketua OSIS yang dikenal tegas dan disiplin, berdiri dengan postur tegap. Tampilannya rapi dengan seragam putih yang terpasang sempurna, lengan kemejanya tergulung hingga siku. Ekspresi wajahnya serius, matanya tajam mengamati beberapa catatan di tangannya sebelum dia mulai berbicara.

"Rapat hari ini kita mulai dengan membahas persiapan acara festival sekolah bulan depan," kata Kenzie dengan nada tegas, suaranya jelas terdengar di seluruh ruangan. Dia memimpin rapat dengan cara yang efisien, tidak membuang-buang waktu pada hal-hal yang tidak perlu. Anggota OSIS lainnya mendengarkan dengan seksama, meskipun beberapa di antara mereka tampak agak gelisah.

Di tengah keseriusan itu, pintu aula berderit pelan saat Ellyenza melangkah masuk. Semua mata sedikit beralih padanya, namun dia tampak sama sekali tidak peduli. Seragamnya tidak serapi yang lain. Kemejanya tidak dimasukkan dengan benar, dan rok abu-abunya tampak sedikit kusut. Rambut panjangnya tergerai bebas tanpa usaha untuk menatanya lebih baik. Ellyenza masuk dengan langkah santai, hampir seolah tidak ingin berada di sana. Dia menatap sekeliling aula dengan tatapan datar sebelum duduk di bangku belakang tanpa sepatah kata pun.

Kenzie, yang sedang berdiri di depan, melirik ke arahnya sejenak. Wajahnya tidak menunjukkan emosi apa pun, namun gerakan halus alisnya sedikit terangkat, menandakan ketidakpuasannya terhadap keterlambatan Ellyenza. Namun, dia tidak berkata apa-apa. Hanya mendesah pelan, mengalihkan kembali perhatiannya ke rapat dan mencoba mengabaikan ketidakhadiran semangat dari salah satu anggotanya itu.

"Seperti yang kita bahas minggu lalu," lanjut Kenzie, nada suaranya kembali stabil, "kita perlu memastikan bahwa setiap divisi sudah siap dengan tanggung jawab mereka untuk festival. Ini akan menjadi acara terbesar tahun ini, jadi aku harap kalian semua bisa bekerja dengan maksimal."

Ellyenza menyilangkan lengannya di depan dada, matanya melirik Kenzie yang terus berbicara dengan penuh semangat tentang tanggung jawab OSIS. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mendengus dalam hati. Bagi Ellyenza, semua ini hanyalah formalitas yang tidak menarik. Kenzie dengan segala kesempurnaan dan kedisiplinannya, tampak membosankan baginya. Meski dia tahu bahwa Kenzie adalah ketua OSIS yang dihormati oleh banyak orang, bagi Ellyenza, pria itu hanyalah seseorang yang terlalu terpaku pada aturan dan tidak bisa bersenang-senang.

Rapat berlangsung selama hampir satu jam. Kenzie tetap memimpin dengan sikap yang sama-tegas dan penuh kontrol. Namun, selama rapat itu, sesekali matanya kembali melirik ke arah Ellyenza, seolah ingin memastikan apakah dia memperhatikan atau tidak. Ellyenza, di sisi lain, hanya duduk di sana, tampak acuh tak acuh, seolah tidak ada satu hal pun yang menarik perhatiannya.

Ketika rapat berakhir, Kenzie memberikan instruksi terakhir sebelum semua anggota mulai beranjak keluar dari aula. Ellyenza berdiri dengan malas, melempar pandangan sekilas ke arah Kenzie sebelum melangkah keluar, tanpa sepatah kata pun diucapkan. Kenzie melihatnya pergi, bibirnya menipis, tapi lagi-lagi dia memilih untuk tidak menanggapi. Interaksi mereka selalu seperti itu-dingin dan penuh jarak.

...•••...

Di dalam kelas, suasana berbeda dari aula OSIS yang penuh formalitas. Saat pelajaran matematika berlangsung, kebanyakan siswa tampak bosan, menatap ke papan tulis tanpa banyak minat. Ellyenza duduk di bangku tengah bersama dua sahabatnya, Ayu dan Chitra, yang juga tampak lebih sibuk dengan percakapan mereka daripada pelajaran yang sedang berlangsung. Guru di depan sedang menerangkan rumus-rumus aljabar yang rumit, namun Ellyenza sama sekali tidak memperhatikannya.

Ayu, dengan rambut hitam panjang yang dikepang rapi, menoleh ke arah Ellyenza dan berbisik, "Ell, kamu jadi datang ke pesta akhir pekan nanti, kan?"

Ellyenza tersenyum kecil, mengangguk santai. "Tentu saja. Aku nggak mungkin melewatkan acara kayak gitu."

Chitra, yang duduk di sebelah Ayu, ikut menyeringai. "Aku dengar acaranya bakal seru banget. Kamu udah siapkan dress yang bakal bikin semua orang terpesona, kan?" tanyanya sambil menggoda.

Ellyenza tertawa pelan. "Pasti dong. Aku bakal datang dengan penampilan terbaik. Ini kesempatan buat bersenang-senang, kan?"

Ayu mengangguk setuju, matanya berbinar-binar membayangkan keseruan pesta yang akan datang. "Aku dengar DJ-nya juga keren. Pokoknya harus seru!"

Namun, di tengah percakapan seru mereka tentang pesta, Chitra tiba-tiba menyikut Ellyenza dengan senyum nakalnya. "Ngomong-ngomong soal seru ... Kamu ada hubungan apa sama Kenzie?"

Ellyenza langsung memutar bola matanya, mendengus. "Kenzie? Jangan bercanda! Dia cuma cowok membosankan yang nggak punya nyali buat bersenang-senang."

Chitra tertawa terbahak-bahak, menutupi mulutnya agar tidak terlalu menarik perhatian guru di depan. "Iya, iya, aku tahu. Tapi setiap kali kalian ketemu, pasti ada aja ketegangannya."

Ayu ikut tersenyum, menambahkan, "Mungkin dia sebenarnya tertarik sama kamu, Ell. Tapi caranya menunjukkan itu agak beda."

Ellyenza menggeleng cepat. "Nggak mungkin. Dia terlalu serius untuk hal-hal kayak gitu. Lagi pula, aku nggak tertarik sama orang kayak dia. Hidupnya cuma tentang aturan dan disiplin. Bosan banget!"

"Coba deh, siapa tahu di balik sikap seriusnya itu ada sesuatu yang menarik," goda Chitra lagi, membuat Ellyenza hanya tertawa sambil menggelengkan kepala.

Sementara percakapan mereka berlanjut, guru di depan masih berbicara tanpa menyadari bahwa beberapa muridnya sudah tenggelam dalam dunia mereka sendiri. Bagi Ellyenza, hari-harinya di sekolah tidak lebih dari rutinitas yang harus dijalani. Pesta akhir pekan nanti adalah satu-satunya hal yang saat ini membuatnya bersemangat, setidaknya untuk sementara mengalihkan pikirannya dari segala hal yang membuatnya merasa tertekan.

Meski begitu, di balik canda dan tawa bersama teman-temannya, Ellyenza tahu bahwa ada sesuatu tentang Kenzie yang selalu membuat pikirannya terusik. Bukan karena dia tertarik, tapi karena setiap kali mereka bertemu, selalu ada ketegangan yang tidak bisa dia jelaskan. Mungkin karena Kenzie begitu berbeda darinya, atau mungkin karena dia selalu merasa bahwa Kenzie mengawasinya dengan cara yang berbeda.

Saat bel tanda istirahat berbunyi, Ellyenza, Ayu, dan Chitra berdiri dari kursi mereka, bersiap untuk pergi ke kantin. Percakapan mereka masih berkisar tentang pesta akhir pekan nanti, tapi di dalam kepala Ellyenza, pikirannya sempat melayang sejenak, memikirkan Kenzie yang selalu terlihat begitu tenang dan terkendali. Entah mengapa, dia merasa sedikit terganggu dengan ketenangan itu.

...• Bersambung •...

1
Kyra Queensha
bagus banget
Meka Gethrieen: Halo kak! Terima kasih banyak udah baca dan memberikan komentar ya 😊 terus dukung karya ini ❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!