"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa ingin tahu
Sasmita mengetuk pintu dan terdengar sahutan dari dalam barulah dirinya masuk.
Riko melirik Sasmita yang datang sambil mendorong troli berisi pakaian yang baru diambilnya dari ruang loudry.
"Maaf, mengganggu Tuan." Katanya sambil melirik Riko yang duduk di sofa sambil memandang laptop di depannya.
Sasmita berdiri didepan lemari pakaian menggeser pintunya dan menyusun pakaian Riko kedalamnya, tak hanya pakaian saja, tapi juga pakaian dalam pria itu, membuat Sasmita mengembuskan napas berkali-kali saat menyentuh barang penting milik pria lain.
Selama ini Sasmita hanya menyentuh barang penting suaminya saja, ehh.
Dari posisinya duduk, Riko bisa melihat sosok Sasmita dari samping, posisinya tak berubah tapi arah matanya menatap lurus wanita yang berdiri sambil menyusun pakaian.
"Kenapa pulang begitu cepat." Suara berat Riko membuat Sasmita yang sedang fokus menoleh.
Keduanya saling pandang, hingga suara Riko kembali terdengar. "Bukanya kamu sudah lama tidak pulang, kenapa cuma semalam." Katanya lagi.
Sasmita hanya tersenyum dan kembali bergerak melanjutkan pekerjaannya.
"Ngak papa Tuan, lagi pula saya juga tidak ada kerjaan dirumah. Sudah melihat keadaan suami saya itu sudah cukup."
Riko masih menatap lurus Sasmita yang masih sibuk menata pakaiannya.
"Bukanya suaminya sudah sembuh, seharusnya mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk bersama bukan."
Riko menghela napas kasar, entah kenapa pikiranya justru lari kesana.
Sedangkan Sasmita juga sedang memikirkan ucapan Nyonya Mayang yang membuatnya cukup syok.
'Sebenarnya pernikahan macam apa yang Tuan Riko jalani dengan nyonya Briana,'
Sasmita menutup kembali pintu lemari dan mendorong kembali troli yang sudah kosong. Saat akan lewat didepan Riko Sasmita memperlambat jalannya, antara ingin berhenti namun dirinya juga ragu.
Tapi rasa penasaran dan keinginan tahunya begitu mendesakkan ingin bertanya.
"T-tuan," Sasmita tampak ragu, apalagi Riko menatapnya dan menunggunya bicara.
Jemarinya mencekram pegangan troli erat, matanya bergerak gelisah.
"Ada apa?"
Suara berat Riko membuat Sasmita menatapnya ragu.
"Itu, tadi Nyonya Mayang-" Sasmita mengigit bibirnya, tampak begitu takut.
"Pergilah, jika tidak ada yang di tanyakan." Tatapan Riko kembali fokus pada laptop didepanya. Tanpa memperdulikan Sasmita yang berdiri mematung.
"Kalau boleh aku tahu, Tuan dan nyonya-" Sasmita mengigit bibirnya kuat-kuat, " Maaf, sepetinya aku sudah lancang Tuan." Potongnya lebih dulu dan memilih untuk tak bertanya lagi.
"Permisi." Katanya dengan tergesa keluar dari kamar.
Riko hanya meliriknya sekilas tanpa memperdulikan kepergian Sasmita.
*
*
Disebuah restoran bintang lima, Briana baru saja melakukan pertemuan dengan klien, wanita itu begitu terlihat anggun dan menawan saat menjalankan perannya sebagai pemilik perusahaan kosmetik yang sedang tenar. Disampingnya duduk seorang pria yang sejak tadi menemaninya.
"Aku gak nyangka, bisa sampai ditahap seperti ini." Katanya dengan senyum mengambang penuh kepuasan.
Baru saja Briana melakukan kesepakatan kerja sama yang sangat menguntungkan, bahkan ia tak percaya jika kliennya beberapa datang dari luar negeri.
"Kamu jangan khawatir sayang, perusahaan yang kamu miliki cepat atau lambat akan mengalahkan bisnis Fernandez," Ucap pria yang duduk disisi Briana.
Pria itu mengusap pipi mulus Briana dengan lembut.
"Semua berkat kamu dan rencana kita sayang, mereka tidak akan berulah selama Riko masih dengan kakinya yang lumpuh, hahaha." Briana tertawa lebar, ia nampak sangat bahagia sekali.
"Tentu saja, karena obat yang dia minum tidak akan membuatnya sembuh tapi justru sebaliknya." Ucap si pria dengan seringai licik di bibirnya.
"Aku benar-benar bahagia sayang, akhirnya aku bisa membuat mereka bertekuk lutut di kakiku!" Briana tersenyum sinis mengingat keluarga Fernandez.
"Ngomong-ngomong aku akan kehutan, apa kau akan ikut?" Tanya pria yang sejak tadi bergelut di tubuh Briana.
"Boleh, aku sudah lama tidak bertemu Papa mertua yang sepuh itu, karena disini hanya ada Papa mertua yang gagah perkasa." Briana mengedipkan matanya sebelah membuat wajahnya tampak menggoda.
Pria itu tanpa permisi langsung menyambar bibir merah Briana dan melumatnya dengan penuh rakus.