Kehidupan Alexa dibuat berubah sejak kedatangan lelaki yang berhasil membuat setetes air matanya jatuh dipertemuan pertama mereka. Dalam kekosongan hidupnya, Alexa menemukan Elio lelaki yang mengubah segalanya. Bersama Elio, ia merasakan kebebasan dan kenyamanan yang tak pernah ia miliki sebelumnya. Meskipun banyak yang memperingatkannya tentang sisi gelap Elio, hatinya menolak untuk percaya. Namun, ketika sebuah peristiwa mengguncang dunia mereka, keraguan mulai merayap masuk, memaksa Alexa untuk mempertanyakan pilihannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhea Annisa Putri Sofiyan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Moments
Alexa keluar dari dalam walk in closet kini Alexa sudah berganti pakaian mengenakan piyama tidurnya, melangkahkan kaki menghampiri Elio ikut duduk disampingnya.
“Kak El ngapain kesini?” tanya Alexa pelan Ia masih malu mendapati Elio yang melihat tingkah randomnya tadi.
Bukannya menjawab Elio justru menggeser sebuah paperbag besar dihadapannya. Alexa mengeluarkan isi dari dalam paperbag tersebut. Ternyata berisi novel terkenal seperti series The Lord of the Rings, Harry Potter, dan The Hunger Games.
“Woow” gumam Alexa tanpa sadar, matanya menatap tumpukan novel ditangannya dengan pandangan berbinar.
“Lo suka?” senyum Elio terbit melihat reaksi Alexa, menggemaskan mirip seperti anak kucing.
“Sukaaa bangeett.. Kak El tahu darimana Gue suka baca novel?” tanya Alexa.
Elio menunjuk kearah rak yang terletak disudut kamar Alexa yang berisi deretan koleksi novel, komik, dan majalah miliknya.
Alexa yang tersadar mendiami Elio karena terlalu asik dengan novel ditangannya.
“Kak El mau langsung pulang?” tanya Alexa, belum sempat Elio menjawab Alexa langsung menyela “Maksudnya jangan.. eh bukan itu emm gimana kalau kita nonton film”
“Oke” Elio menganggukan kepala sebagai jawaban.
Alexa mengeluarkan proyektor LED, mematikan lampu kamar lalu, mengatur suhu pada remote AC, menarik keluar kulkas mini dari bawah ranjang, bantal-bantal juga selimut yang berada diatas kasur Ia letakkan diatas karpet bulu, Alexa tersenyum puas melihat karyanya.
“Cheers” ujar Alexa
Bunyi kaleng minuman bertubrukan memenuhi udara.
Elio dan Alexa duduk bersampingan mereka menonton film Harry Potter yang ke pertama, beruntung kamarnya kedap suara jadi Alexa bisa leluasa, meski begitu Ia tak membesarkan volume suara.
“Gue paling suka karakter Hermione diHarry Potter, kalau Lo apa Kak?”
“Cedric” ucap Elio asal sambil mengangkat bahu seolah tak yakin.
“Gue pengen deh kuliah diOxford” ucap Alexa tiba-tiba.
“Kenapa ngga? sekolah kita punya alumni disana” ujar Elio.
“Itupun kalau diizinin” raut wajah Alexa berubah menjadi murung.
Keduanya kembali menikmati film, ditengah film Alexa sudah tak dapat menahan kantuknya, sesekali Ia menguap lalu tertidur dengan kepala bersandar dipinggiran kasur. Elio yang melihat Alexa tertidur dengan kepala miring, mengangkat tubuh Alexa keatas kasur, membenarkan posisi kepalanya pada bantal, dan menarik selimut menutupi tubuh Alexa hingga sebatas leher.
Elio mematikan layar proyektor, membersihkan sisa makanan, dan keripik yang sudah terbuka dilipat rapi. Setelah semuanya bersih dan rapi Elio keluar dari dalam kamar menutup pintu balkon dengan perlahan.
Elio turun dari balkon dengan hati-hati, menjaga agar langkahnya tidak terlalu terdengar. Sesampainya di halaman, ia mengamati sekeliling untuk memastikan tidak ada yang melihatnya. Setelah merasa semuanya aman, ia melangkah perlahan menuju tembok yang memisahkan rumah Alexa dengan jalan perumahan.
Dengan gerakan gesit, Elio melompat ke arah tembok, menggunakan kekuatan kakinya untuk menanjak. Tangannya meraih bagian atas tembok, dan dalam sekejap, ia sudah berada di sisi luar. Setelah mengatur napas sejenak, ia meninjau sekeliling sebelum melanjutkan langkahnya.
Setelah menuruni tembok, Elio berjalan menuju jalan yang terletak di belakang rumah Alexa. Di sana, terparkir sepeda motor kesayangannya, sebuah motor sport berwarna hitam yang telah dimodifikasi di beberapa bagian. Ia mengenakan helm dengan cepat, lalu menyalakan mesin motor dan melaju keluar dari area perumahan.
Angin malam berembus kencang menerpa wajahnya, sementara pikirannya melayang mengingat momennya bersama Alexa. Senyumnya yang manis, matanya yang menyipit saat tertawa, dan raut wajahnya yang tenang ketika tertidur mirip seperti bayi. Ia menekan gas, motor melaju lebih cepat membelah jalanan kota Jakarta di malam hari.
Setelah beberapa menit berkendara, Elio tiba di rumahnya. Ia memarkirkan motor di depan garasi, lalu turun dan melepas helm.
Sesampainya di dalam, Elio menutup pintu dengan lembut, memastikan tidak mengeluarkan suara. Ia beranjak menuju kamar tidurnya, mengabaikan rasa lelah yang mulai menyergap tubuhnya.
Elio masuk kedalam kamar, melepaskan jaketnya dan meletakkannya di kursi. Ia duduk di tepi ranjang, Elio mengeluarkan ponselnya dan memeriksa pesan-pesan yang masuk. Tidak ada yang terlalu penting, hanya beberapa notifikasi dari teman-temannya tentang game terbaru yang mereka mainkan.
Elio berbaring di ranjang dengan perlahan, membiarkan tubuhnya terbenam dalam kasur yang empuk. Ia memejamkan mata, tetapi pikirannya tak henti-hentinya melayang ke momen dirinya bersama dengan Alexa. Senyumnya merekah, merindukan suara tawa dan kilauan binar di matanya, tanpa sadar membuat Elio tertidur.
Keesokan harinya Elio mengajak Alexa untuk pergi ke toko koleksi piringan hitam, berniat untuk menambah koleksinya sekalian jalan-jalan.
Akhirnya mereka tiba di toko vinyl, sebuah bangunan vintage dengan papan nama kayu yang bertuliskan “Vinyl Vibes” dalam huruf bergaya retro. Dari luar, sudah terlihat poster-poster band klasik seperti The Beatles, Pink Floyd, dan Led Zeppelin terpajang di jendela kaca, menambah kesan old-school.
Saat masuk, mereka disambut aroma khas dari perpaduan kayu tua dan bau khas vinyl yang menguar di dalam ruangan. Rak-rak kayu berderet rapi, dipenuhi dengan vinyl dalam berbagai genre, mulai dari rock, jazz, blues, hingga soundtrack film klasik. Di salah satu sudut toko, terdapat turntable tua yang sedang memutar lagu dari album Fleetwood Mac, memberikan suasana yang hangat dan nostalgik.
Alexa tampak begitu antusias. Ia berkeliling sambil melihat-lihat, sesekali berhenti untuk memegang vinyl yang menarik perhatiannya. Elio ikut tersenyum melihat Alexa yang begitu terpesona dengan koleksi di toko itu. Ia sendiri pun mulai mencari-cari vinyl yang diinginkannya.
“Kak El, lihat ini!” Alexa memanggil dengan nada gembira sambil mengangkat sebuah vinyl album Abbey Road dari The Beatles. “Gue suka banget sama ini album, kalau dengerin dari vinyl langsung suaranya bakal beda ga?”
Elio mendekat, melihat vinyl itu dengan kagum. “Itu klasik banget. Pasti suaranya lebih kaya kalau denger dari vinyl asli. Apalagi yang analog gini, beda banget sama digital.”
"Gue mau beli vinyl tapi ga punya alat buat muternya terus gimana?"
"Gue punya alatnya dikamar jadi Lo bisa dengerin vinyl yang Lo mau"
Mereka melanjutkan pencarian masing-masing. Elio berhenti di bagian vinyl rock dan jazz, menemukan album Kind of Blue dari Miles Davis, salah satu album jazz yang selama ini ia cari. Tak hanya itu, ia juga mengambil beberapa album dari Queen dan Nirvana yang langsung menarik perhatiannya. Setelah merasa cukup dengan pilihannya, Elio menghampiri Alexa yang masih sibuk memilih.
“Udah?..ayo bayar” ucap Elio sambil menunjukkan koleksi vinyl yang ia pilih.
Alexa melihat pilihan Elio dan terkekeh. "Wah, Kak El rock banget ya! pasti asyik kalau bisa main gitar sambil dengerin ni album”
Elio hanya tersenyum kecil sambil mengangguk, “Nanti kita bisa dengar bareng.”
Setelah membayar, mereka keluar dari toko dengan perasaan puas. Elio membawa kantong berisi beberapa vinyl pilihannya.