Ini karya ku yang baru mohon kalau membaca dengan bijak ya~~
Di tunggu jejak komen kalian🤗
Davina Aurellia terpaksa harus menerima tawaran Ayahnya untuk menikah dengan seorang pria yang ia tak kenal. Semua itu Davina lakukan demi menyelematkan ibunya yang sedang berada di Rumah Sakit. Tanpa Davina sangka bahwa anak dari sahabat Ayahnya itu adalah presdir perusahaan tempatnya bekerja yang bernama Yohanes David Abraham.
David yang tak menyetujui pernikahan ini juga harus terpaksa menerimanya, Maka sebelum pernikahan terjadi ia mengajak Davina untuk membuat perjanjian kontrak pernikahan mereka.
Setiap hari, ada saja perdebatan kecil diantara mereka. Sampai pada akhirnya David mulai jatuh cinta pada istrinya sendiri. Tapi cinta pertama Davina tiba - tiba kembali di kehidupannya.
Akankah Davina kembali pada cinta pertamanya atau membalas cinta David?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwiezy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuat perjanjian
Davina tidak menceritakan mengenai hal yang terjadi dengan ibunya kepada Venus, karena ia tidak mau membagi bebannya kepada sahabatnya itu.
"Vina, kamu ke ruangannya Pak Riko sekarang ya, serahkan laporan ini kepadanya." Pinta Bu Jova.
"Ba... Baik, Bu." ucap Davina terbata. Riko adalah manager HRD di perusahaan ini, dia sudah menyukai Davina sejak pertama kali bertemu bahkan sudah menyatakan perasaannya kepada Davina tapi Davina selalu menolaknya dengan berbagai alasan.
Kali ini malah harus bertemu dengan Riko lagi, setelah dua hari yang lalu Davina kembali menolaknya. Pasti suasananya akan menjadi canggung.
"Ve, bantuin dong, anterin ini ke ruangannya Pak Riko," ujar Davina meminta bantuan Venus untuk mengantarkan laporan yang baru saja di berikan oleh, Bu Jova.
"Big No, Na!" Tolak Venus.
"Please..." ucap Davina memohon. Ia masih belum sanggup jika harus bertemu dengan Riko lagi, apalagi setelah penolakannya yang kesekian kali, ia merasa tak enak hati apalagi Riko selalu membantunya dan bersikap baik kepadanya.
"Gak bisa, Vina sayang, lihat nih tugasku juga masih menumpuk,"
Venus pun menujukkan data yang harus ia buat.
"Aku yang kerjain itu semua. Tapi, kamu ke ruang Pak Riko sekarang, Bagaimana?" Davina mencoba menego kepada sahabatnya itu.
Venus meletakkan jari telenjuknya di dahinya seolah berpikir.
"Oke deh, kamu kerjain semua ya, sampai selesai."
"Iya, gampang itu," tutur Davina menyetujui.
"Ya sudah, mana laporan yang tadi di kasih Bu Jova?" tanya Venus yang sudah berdiri di samping Davina. Venus sudah mengganti sandal jepit dengan sepatu flat miliknya.
Davina membuka laci mejanya dan menyerahkan kepada Venus bundelan laporan yang sebelumnya di berikan oleh Bu Jova.
"Kalau Pak Riko, nanyain kamu gimana, Vina?" goda Venus yang masih berdiri di sebelah Davina.
"Terserah kamu mau jawab apa, Ve," jawab Davina yang masih fokus menghadap komputer.
"Beneran?" masih menggoda Davina.
"Iya, sudahlah kamu cepat pergi sana," kata Bu Jova tadi urgent tuh laporannya." seru Davina mengusir Venus agar segera pergi dari ruangan mereka.
Setelah di usir oleh Davina. Venus bergegas ke ruang pak Riko dengan gaya jalan yang lenggak - lenggok seperti model profresional ia berjalan menuju lift. Departement Admin berada di lantai 12 sedangkan Departement HRD berada di lantai 17, jadi Venus, harus menunggu antrian lift sebelum naik ke lantai 17.
"Venus..."
Mendengar namanya yang di panggil, Venus langsung menoleh ke sumber suara.
"Eh, Mbak Hilda. Ada apa Mbak?" tanya Venus.
"Saya mau tanya, Davina bukannya nama teman kamu yang sering ke kantin bareng kamu itu?" tanya Hilda memastikan. Ia lupa - lupa ingat nama gadis itu, karena dalam urusan pekerjaan tidak pernah berhubungan dengan gadis itu.
"Davina, Mbak. Ada apa?" tanya Venus yang masih bingung tentang pertanyaan Hilda yang tiba - tiba bertanya tentang sahabatnya.
"Kasih tau dia, Pak Presdir inigin menemui dia besok pagi," ujar Hilda dengan ketus.
Sekarang Hilda menjabat sebagai sekretaris Presdir yang baru, jadi hal ini di infokannya pasti bersangkutan dengan Pak Presdir.
"Haah, Pak Presdir ingin menemui, Davina?" gumamnya pelan namun masih bisa terdengar oleh Hilda.
"Jangan lupa sampaikan itu! Ingat sampai ada gosip karena Pak Presdir tidak suka ada gosip di perusahaannya," Hilda mengingatkan.
Sebenarnya ia malas harus ke ruangan Admin untuk menemui Davina, jadi ia menyampaikan pesan itu lewat Venus. Hilda juga tidak tahu kenapa Presdirnya ingin bertemu dengan Davina, bahkan Presdirnya minta data tentang Davina.
"Baik, Mbak."
Ting..
Lift terbuka. Dengan buru - buru Venus masuk ke dalam lift dan memikirkan kesalahan apa yang telah di lakukan oleh sahabatnya itu dengan Pak Presdir baru mereka.
Ting...
Lift terbuka di lantai 17, Venus keluar dan menuju ke bagian Manager HRD.
Tanpa mengetuk terlebih dahulu, Venus langsung masuk ke dalam ruangan tersebut dan membuat pemilik ruangan terkejut atas kedatangannya.
"Kok, kamu yang datang, Ve?" tunjuk sang pemilik ruangan yang bernama Riko Adipura.
"Iya, ada Pak dengan saya, Pak? Bapak kecewa gitu yang datang saya?" tanya Venus to the point.
Venus tahu bahwa Riko Adipura manager HRD yang berusia 25 tahun itu menyukai Davina sejak satu tahun yang lalu.
"Sudah tahu, pakai nanya lagi?" sahut Riko tak suka apalagi Venus masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Padahal sebelumnya Riko sudah berpesan kepada Bu Jova agar Davina yang mengantarkan laporan yang dimintanya. Tapi bukan sang pujaan hati yang datang, jadi membuat mood hari ini rusak.
"Hallo, Pak. Sudah ya jangan bete gitu dong hanya gara - gara saya yang anterin laporan ini," ucap Venus seraya meletakkan laporan yang di bawanya di atas meja Riko.
"Emangnya Davina kemana, kok kamu yang anterin?" tanya Riko penasaran.
"Dia sangat sibuk sekali, Pak. Tadi saya liat dia ada isi form ijin meninggalkan tempat kerja. Mungkin, habis siang di bakalan pergi dan gak bakalan balik lagi.
"Mau kemana?" tanya Riko ingin tahu.
"Mana saya tahu, Pak. Coba Bapak tanyakan langsung pada orangnya," sahut Venus tidak peduli dengan pertanyaan Riko.
"Ya sudah, sana kamu cepatan keluar dari ruangan saya dan ingat tiap kali harus ketuk pintu dulu sebelum masuk, PAHAM?!" Riko memperingati Venus dan menatapnya tajam kali ini.
"Iya... iya, Pak. Jangan gitu ah, Davina gak suka loh cowok yang kaya gitu."
"Masa sih? Coba kasih tahu, apa kriteria cowok Davina," tanya Riko, ingin tahu lebih jauh mengenai Davina. Akhirnya mereka menghabiskan waktu 30 menit untuk membicarakan tentang Davina.
Setelah urusannya selesai dengan Riko, Venus kembali ke ruangannya.
"Ve, ini kerjaan kamu sudah kelar semua," ujar Davina sambil menunujukan data yang sudah ia copy di flashdisk yang sebelumnya sudah di letakkan dime kerja Venus.
"Wih, gercep banget ya, kamu," puji Venus menatap kagum pada teman kantornya ini. ia saja jika mengerjakan tugas itu mungkin bisa sampai dua jam, dan ini Davita bisa mengerjakannya tidak sampai 1 jam.
"Oh ya, Pak Riko titip salam tuh sama kamu, Davina,"
"Oh..., Davina hanya ber oh ria, tidak menanggapi apa yang di ucapkan oleh Venus.
"Kok cuma, Oh sih, Vina?" itu Pak Riko beneran cinta mati sama kamu deh. Masa dia sangkain kamu yang datang, Venus mencoba mempromisikan Riko di depan Davina, karena Riko dan Venus sudah membuat perjanjian jika Davina menjadi pacar Riko, Riko akan membelikan barang mahal yang di minta oleh Venus.
"Ok, done. " ucap Davina setelah mengetik tanda titik di laporan yang di ketiknya.
Jangan lupa like, komen dan vote
lanjutan cerita David dan Davina