NovelToon NovelToon
My Posesif Brother

My Posesif Brother

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Trauma masa lalu
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Asmawi97

"Aletha jangan pulang terlambat!"

"Aletha jangan berteman dengan dia, dia tidak baik!"


"ALETHA!"


"KAKAK! Tolong berhenti mengatur hidupku, hidupku ya hidupku. Tolong jangan terus mengaturnya seolah kau pemilik hidup ku. Aku lelah."

Naraya Aletha, si adik yang sudah lelah dengan sikap berlebihan kakak tiri nya.

Galang Dwi Ravindra, sang kakak yang begitu membutuhkan adiknya. Dan tidak ingin sang adik berpaling darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmawi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

.

7 hari kemudian....

Keadaan Naraya sudah lebih membaik. Anak itu akhirnya dapat kembali pulang. Namun Galang masih tertahan di rumah sakit. Selain karena luka nya, dokter menyarankan agar Galang kembali mendapatkan perawatan dari seorang psikiater. Tentu saja hal tersebut membuat Galang meradang, dia sudah merasa sehat dan ingin pulang bersama adiknya. Namun sang ayah dan juga para dokter tidak mengijinkan kepulangan nya. Akhirnya, Galang harus berpuas diri. Dan menuruti kehendak ayahnya itu.

"Naraya. Tidak bisakah Raya temani Kakak dulu disini?" Galang bertanya pada adiknya yang sedang duduk di ranjang nya. Menunggu ibunya yang sedang membereskan baju nya.

Naraya menggeleng. "Tidak bisa Kakak. Raya bosan di rumah sakit terus Kakak. Maaf, tapi Raya mau pulang sekarang. Tidak apa yah Kakak."

Galang tersenyum lalu mengusap rambut Naraya. "Kalau Raya mau nya seperti itu, Kakak bisa apa... Ya sudah hati hati yah. Setelah pulang, istirahat. Jangan banyak main di luar. Mengerti?"

"Aku ngerti Kakak."

.

.

"Hana. Kau yakin ingin pulang sendirian?"

"Papa~ Mama pulang sama Raya! Tidak sendiri." Naraya mempoutkan mulutnya kesal mendengar penuturan ayahnya itu. Mama kan tidak pulang sendiri, tapi dengan Naraya juga.

"Haha... Iya Papa lupa. Maaf." ucap Angga sambil mengacak rambut Naraya.

"Tentu saja. Kau jaga Galang saja. Raya bersikeras ingin pulang sekarang. Tidak apa kan Mas?"

"Tidak apa. Pulang lah. Aku akan disini menemani Galang."

"Ya sudah. Kalau begitu aku pulang dulu. Sampaikan salam ku pada Galang." Hana berbalik dan menggandeng Naraya menuju halaman rumah sakit. Namun setelah beberapa langkah, Angga kembali memanggil nya.

"Hana tunggu!"

Hana membalikkan tubuh nya dan memandang heran Angga yang kembali mendekati nya.

Angga memandang istrinya itu. Entah kenapa, dia merasa begitu resah membiarkan Hana pulang seorang diri. Angga lalu memeluk Hana. Membuat Hana mengerutkan dahinya.

"Mas Angga kenapa sih?"

Angga tidak menjawab. Malah mempererat pelukan nya. Membuat Hana semakin heran dengan sikap suaminya ini.

"Aku mencintaimu Hana." ucap Angga setelah beberapa saat membuat Hana tersenyum dan mengusap lembut bahu suaminya.

"Aku juga. kenapa tiba tiba, mengatakan hal tersebut? Di depan Raya? Gak malu kamu." ucap Hana main-main sambil mencubit pinggang suaminya.

Naraya tersenyum melihat ibu dan ayah nya. Dia lalu memeluk kaki Angga. "Papa. Raya juga cinta Papa!" seru Naraya meminta di perhatikan.

Angga tertawa lalu membawa Naraya ke pangkuan nya. Dan mencium pipi gembil Naraya. "Tentu saja... Papa juga menyayangi putri kecil ini... Hati hati di jalan Hana. Hubungi aku jika kau sudah sampai."

"Baiklah Mas..."

Hana lalu mengambil alih Naraya dan menggendong putrinya itu. Kembali memandang Angga dan tersenyum begitu manis.

"Mas Angga... Aku pergi dulu."

DEG

Angga mengerjapkan kedua matanya saat melihat senyum manis Hana. Entah kenapa, perasan nya kembali tidak tenang. Senyum itu, kenapa senyum itu seolah pertanda buruk. Namun Angga mengeyah kan pikiran buruknya dan menganggukkan kepalanya.

"Hana. Pulang lah dengan selamat."

Hana menganggukkan kepalanya. Dan memasuki mobil nya setelah mendudukan Naraya di kursi penumpang.

.

.

.

Perlahan mobil Hana melaju dan meninggalkan area rumah sakit. Angga masih melihat mobil tersebut sampai benar-benar menghilang dari pandangan nya.

Seseorang yang sejak tadi memerhatikan Hana pun melakukan hal yang sama. Dengan memakai topi serta masker hitam orang tersebut tersenyum miring melihat kepergian Hana.

"Hana. Hari ini mungkin hari terakhir mu." ucapnya lalu melajukan mobil nya. Hendak mengikuti mobil milik Hana.

.

.

.

"Mama. Setelah di rumah Raya ingin main yah."

Hana menganggukkan kepalanya. Mengerti bahwa keinginan putrinya untuk cepat pulang adalah karena ingin bermain dengan teman-teman nya.

"Dengan Abim dan Melisa?"

"Hm! Raya kangen mereka Mama."

"Baiklah, Mama akan menuruti semuuuua kemauan putri kecil Mama ini.."

"Hehe. Terima kasih Mama."

Naraya tersenyum senang membayangkan dia akan segera bermain dengan teman-teman nya. Namun Naraya mengerutkan dahinya saat mobil yang Mama nya kemudikan serasa melaju begitu cepat.

"Mama. Kenapa mobil nya begitu cepat. Pelan pelan Mama. Raya takut ~"

Hana mengerutkan dahinya. Setahunya tadi dia membawa mobil dengan pelan dan di bawah rata-rata kecepatan. Namun sekarang, Hana bahkan tidak dapat memberhentikan mobil nya ini yang terus melaju di atas kecepatan rata-rata.

"Mama, ada apa sih Ma?"

Hana menjadi panik. Terus berusaha untuk menghentikan mobil nya yang hilang kendali.

"MAMA ADA MOBIL DI DEPAN!"

Hana membulatkan kedua bola matanya terkejut. Dia mencoba untuk mengerem mobil nya. Namun tidak bisa. Entah apa yang salah, tapi mobil nya benar-benar tidak dapat dia kendalikan. Hana tidak menyerah tetap mencoba memberhentikan mobil nya. Dia lalu memutar stir untuk menghindari kecelakaan. Namun yang terjadi malah mobil nya berputar-putar beberapa kali membuat Hana semakin takut. Apalagi melihat Naraya yang sudah menangis histeris sambil memanggil nya.

"MAMAAAA"

Dia lalu melepaskan sabuk pengaman nya. Dan memeluk putrinya. Berharap hal buruk tidak terjadi pada putrinya. Walaupun hal buruk tersebut terjadi padanya. Tidak apa, asal putrinya baik-baik saja.

CKIIIT...

BRAKK!

BRAKK

Mobil Hana akhirnya berhenti setelah menabrak pembatas jalan. Asap mengepul dari mesin mobil tersebut. Naraya dengan sulit membuka kedua matanya. Bau anyir langsung tercium oleh indra pencium nya.

"Ma....ma....." Naraya kembali memejamkan kedua matanya saat merasakan sakit di seluruh tubuhnya serta tubuh sang Mama yang memeluk nya di penuhi darah.

Pria yang sejak tadi mengikuti Hana tersenyum menyeringai melihat mobil Hana yang ringsek dan menabrak pembatas jalan. Terlihat Hana dan putrinya yang sudah tidak sadarkan diri juga di penuhi darah yang mengalir dari luka keduanya, terutama Hana yang memeluk Naraya. Pria itu, Deri Wiratama. Kakak nya Yeri.

Dia lalu keluar dari mobil nya. Memotret mobil Hana yang sudah hancur lalu mengirimkan nya pada adiknya. Beruntung tempat kecelakaan Hana merupakan tempat yang sepi. Bahkan mobil yang tadi hendak bertabrakan dengan Hana juga pergi begitu saja.

"Yeri. Kakak sudah melakukan kemauan mu. Berbahagia lah."

Dia lalu kembali memandang Hana dan putrinya.

"Aku minta maaf Hana. Kau hanya, seorang wanita yang kurang beruntung karena pernah menjadi milik Juan."

Deri menghela napasnya. Merasa bersalah pada Hana. Namun dia juga ingin Yeri merasakan kebahagiaan. Walaupun harus melakukan berbagai hal. Asalkan adiknya bahagia. Jaebum lalu meninggalkan tempat tersebut, sebelum seseorang melihat nya.

.

.

.

"Papa. Ada apa?"

Galang bertanya pada ayahnya yang terus mundar mandir di ruangan nya.

Angga tersenyum. "Ah. Papa hanya... Tidak apa Galang. Istirahat saja ya."

Galang menganggukkan kepalanya dan merabahkan tubuhnya. Dia lalu kembali memandang ayah nya.

"Naraya sudah sampai Papa? Mereka sudah pulang satu jam yang lalu kan?"

Angga teringat. Seharusnya Hana sudah menghubungi nya. Jarak dari rumah sakit ke rumah nya tidak terlalu jauh.

"Ah benar. Papa hubungi Mama mu dulu ya."

"Tante Hana bukan Mama ku Papa."

Angga menggeleng miris. Galang masih belum menerima kehadiran Hana sebagai Mama nya.

"Kenapa tidak di jawab sih..."

Angga kembali merasakan perasaan resah saat Hana tidak bisa dia hubungi. Namun Angga terus mencoba menghubungi dan hasilnya tetap sama. Nomor Hana tidak dapat di hubungi. Membuat Angga semakin cemas saja.

"Tuan Angga Ravindra?"

"Iya."

Angga meletakkan ponsel nya dan menghampiri seorang perawat yang memasuki ruangan Galang. Perawat tersebut terdiam.

"Tuan Angga.... Nyonya Hana,....meninggal karena kecelakaan. "

.

.

.

Angga langsung berlari setelah mendengar pernyataan dari perawat yang mendatangi nya, sementara Galang pun ikut berlari di belakang ayah nya setelah mendapat kabar tentang kecelakaan mobil Hana. Angga menangis. Perasaan cemas dan takut yang tadi dirasakan nya kini terasa jelas. Ternyata hal buruk memang terjadi pada Hana. Dan bodoh nya Angga tidak mengikuti kata hati nya untuk melarang Hana pulang.

Angga lalu memasuki ruangan jenazah. Begitu takut saat hendak menghampiri tubuh Hana yang sudah terbujur kaku serta di tutup oleh kain putih. Dengan pelan Angga menghampiri blangkar. Dengan tangan bergetar membuka kain putih penutup tubuh Hana.

"Hana... Hana... HANAAAAA..." tangis Angga pecah setelah melihat wajah pucat penuh luka tersebut. Wajah itu adalah wajah yang tadi tersenyum begitu manis padanya. Namun kini, senyum tersebut telah hilang. Angga kembali kehilangan seorang istri dalam hidup nya.

"Tidak boleh. Kau tidak boleh meninggalkan ku Hana.... Hanaaa!!" Angga memeluk tubuh kaku Hana sambil menangis. Membuat perawat dan juga Galang ikut sedih.

"Bangun Hana.. Aku mohon jangan seperti ini Hana... Kita berencana untuk liburan kah? Bangun Hana.."

"HANAAA...."

Galang ikut sedih memandang wajah pucat Hana. Walaupun sebentar dan tidak pernah dekat dengan Hana. Namun Galang tahu, bahwa Hana adalah seorang wanita dan juga ibu yang baik. Galang lalu teringat Naraya yang juga bersama Hana.

"Naraya. Dimana Naraya? DIMANA NARAYA?!"

"Anak yang bersama Nyonya Hana untungnya masih hidup. Namun dia kritis. Dokter sedang menangani nya. Berdoa saja."

"Dimana Naraya sekarang. Antarkan aku pada Naraya."

Perawat tersebut menganggukkan kepalanya. Dan berjalan untuk menunjukkan dimana Naraya. Galang lalu memandang ayah nya yang masih menangis di samping tubuh Hana ahjumma.

"Papa...." ucap Galang menatap Papa nya yang masih meratapi Mama Hana.

"Pergilah.... Lihat keadaan Naraya Galang. Papa masih ingin disini." ucap Angga sambil menggenggam tangan dingin istrinya.

Galang menganggukkan kepalanya dan mengikuti perawat yang akan menunjukkan ruangan Naraya.

.

.

.

Yeri tersenyum senang saat mendapatkan kabar dari kakak nya bahwa Hana sudah meninggal. Dia lalu menghubungi kakaknya itu untuk memastikan.

"Yeri... Ada apalagi?"

"Eoh Kakak. Terima kasih sudah menyingkirkan nya." ucap Yeri bahagia.

"hmm... Tapi ku dengar anak itu selamat. Perlu aku membunuh nya juga?"

Yeri nampak berpikir lalu menggeleng kan kepalanya. "Jangan Kakak, Kakak tahu aku seorang ibu juga kan... Aku akan berbaik hati. Biarkan saja anak itu hidup."

"Begitu kah? Baiklah, setelah ini hiduplah dengan bahagia."

"Iya Kak...."

Yeri tersenyum setelah panggilan tersebut berakhir. Akhirnya kini Juan benar-benar milik nya. Seutuh nya.

"Mama. Siapa yang Mama hubungi? Siapa yang Paman singkirkan?" Yeri terperanjat saat putranya menghampiri nya.

"Ah itu. Hanya masalah kecil Davin.... Sudahlah, sana masuk."

Davin mengerutkan kening nya. Memandang sang Mama yang terlihat begitu bahagia. Entah karena apa. Namun kenapa Davin merasa tidak nyaman dengan kebahagiaan Mama nya itu.

.

.

.

1
nyonya
kaka gila ini mah
Mamimi Samejima
Penasaran banget sama kelanjutannya, update please! 😍
Shishio Makoto
Tidak sabar untuk kelanjutannya!
Asmawi97: Makasih dah jd komentar pertama ku.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!