NovelToon NovelToon
Pewaris Terhebat

Pewaris Terhebat

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Menantu Pria/matrilokal / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:101.6k
Nilai: 4.6
Nama Author: BRAXX

Datang sebagai menantu tanpa kekayaan dan kedudukan, Xander hanya dianggap sampah di keluarga istrinya. Hinaan dan perlakuan tidak menyenangkan senantiasa ia dapatkan sepanjang waktu. Selama tiga tahun lamanya ia bertahan di tengah status menantu tidak berguna yang diberikan padanya. Semua itu dilakukan karena Xander sangat mencintai istrinya, Evelyn. Namun, saat Evelyn meminta mengakhiri hubungan pernikahan mereka, ia tidak lagi memiliki alasan untuk tetap tinggal di keluarga Voss. Sebagai seorang pria yang tidak kaya dan juga tidak berkuasa dia terpaksa menuruti perkataan istrinya itu.

Xander dipandang rendah oleh semua orang... Siapa sangka, dia sebenarnya adalah miliarder terselubung...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 Dendam

Malam itu, tepat pukul sembilan, Xander tiba di rumah setelah hari yang melelahkan. Setelah membersihkan diri, ia langsung menuju kamar pamannya, Sebastian. Berdiri di depan pintu, Xander mengetuk perlahan.

“Masuklah, Xander,” terdengar suara Sebastian dari dalam.

Xander membuka pintu dengan perlahan dan berjalan masuk dengan langkahnya tegap. Di dalam kamar yang hangat dan tertata rapi, ia melihat pamannya duduk dengan punggung setengah membelakanginya. Kedua tangan Sebastian menggenggam sebuah foto di dalam figura, yang segera dikenali Xander sebagai gambar mendiang ayah dan ibunya.

“Bagaimana keadaan paman saat ini?” Xander bertanya dengan nada lembut seraya mendekat.

Sebastian menoleh sedikit, menyambutnya dengan senyuman yang hangat namun lelah. “Seperti yang kau lihat, kondisiku semakin membaik setiap harinya.” Ia meletakkan figura itu di atas meja kecil di sampingnya. “Aku mendengar dari Govin bahwa kau menemukan tiga jalan rahasia saat mengejar tiga orang yang dicurigai sebagai anggota keluarga Hillborn. Itu benar-benar luar biasa, Xander.”

“Aku tidak mungkin bisa melakukannya tanpa bantuan Govin dan yang lain, termasuk bantuanmu, Paman.” Xander balas tersenyum, mengamati wajah pamannya lekat-lekat. Mendengar cerita Govin tadi, benar-benar membuatnya semakin kagum dengan sosok ayah dan pamannya yang luar biasa. "Tapi aku harus minta maaf karena belum berhasil membawa ketiga orang itu ke hadapan Paman. Aku ingin mengenal lebih dekat keluarga dari pihak ibuku.”

Sebastian menepuk kedua bahu Xander dengan lembut. “Tidak masalah. Kita memiliki banyak waktu untuk itu. Kau sudah melakukan semua yang kau bisa. Aku yakin akan ada kesempatan lain.”

Mereka lalu duduk berdampingan di sofa, masing-masing tenggelam dalam pikirannya. Sebuah keheningan nyaman menyelimuti mereka, hingga akhirnya Xander memecahnya.

“Paman, apa yang dilakukan Dalton dan Ruby di rumah kita tadi? Apa mereka menyakitimu dengan tindakan mereka?” tanya Xander

Sebastian tertawa kecil. “Tidak, mereka hanya melakukan kunjungan biasa. Sepertinya mereka sedikit merindukan paman mereka. Mereka benar-benar tumbuh dengan cepat.”

Xander mengangguk pelan, namun ekspresinya tetap serius. “Paman, jika kau memiliki masalah, kau bisa memberitahuku dengan segera. Aku tidak ingin kau menderita sendirian. Kau harus membagi masalah dan lukamu padaku. Selama ini kau selalu menanggung rasa sakit sendirian, dan aku tidak ingin melihat kau merasakannya kembali.”

Sebastian terkejut dengan kata-kata itu, tapi segera wajahnya melunak. Sebuah senyum penuh kasih terpancar. “Kau sudah dewasa, Xander. Andai saja ayah dan ibumu masih berada di sini, mereka pasti bangga padamu. Mereka benar-benar mencintaimu hingga akhir.”

Xander mengangguk, matanya berkaca-kaca. Meski hatinya terasa berat, ia menahan tangisnya. Sejak kecil, ia jarang menangis, bahkan di saat-saat tersulit sekalipun. Baginya, air mata hanya mampu meredakan rasa sakit sesaat, tapi tidak bisa mengubah kenyataan yang telah terjadi.

"Paman, Govin sudah menceritakan padaku tentang konflik berdarah yang pernah terjadi di keluarga Ashcroft," ucap Xander dengan tangan mengepal, “aku benar-benar marah dan frustrasi karena tidak ada di saat Ayah dan Ibu membutuhkanku. Mereka berdua pasti sudah mengalami hari-hari yang sangat berat. Untuk itu, aku berjanji akan membalas semua orang yang sudah membuat aku dan mereka terpisah selama ini."

Sebastian, yang duduk di sampingnya. Ia menepuk bahu keponakannya perlahan. "Begitu juga denganmu, Xander. Kau pasti sudah menjalani hari-hari yang begitu berat tanpa kehadiran kami. Tapi aku bersyukur kau tumbuh menjadi pria dewasa yang kuat."

"Paman, tolong ceritakan bagaimana Ayah dan Ibu meninggal," pintanya tegas. "Dan tolong kali ini, jangan mengelak lagi dari pertanyaan itu. Aku harus mengetahui semuanya agar aku bisa membalas semua perbuatan buruk mereka tanpa rasa penyesalan."

Sebastian terdiam sejenak, pandangannya jatuh ke lantai. Matanya berkaca-kaca, namun ia segera mendongak, menghadapi tatapan teguh Xander dengan senyuman pahit. "Baiklah, Xander."

Ia berdiri, berjalan menuju sebuah lemari kayu besar yang dipenuhi buku dan dokumen. Setelah beberapa saat mencari, Sebastian menarik sebuah folder kusam dari salah satu rak. Ia kembali duduk di sofa, membuka folder itu, dan mengeluarkan selembar surat kabar yang tampak usang. Dengan hati-hati, ia menyerahkan surat kabar itu kepada Xander.

Xander menatap gambar di halaman utama surat kabar tersebut. Gambar itu menunjukkan sebuah mobil terbalik dengan api yang membumbung tinggi ke udara. Ia tercekat, tubuhnya kaku. "Ini... tidak mungkin, Paman," gumamnya lirih.

Sebastian menarik napas panjang. "Ayah dan ibumu meninggal dalam kecelakaan, Xander. Mereka terjebak di dalam mobil sebelum sempat mendapat pertolongan medis." Sebastian tampak meremas koran yang dipegangnya. “Ini semua salahku, Xander. Kalau saja aku tidak membiarkan mereka pergi tanpa pengawalan, mungkin mereka masih bersama kita saat ini."

Xander menunduk, matanya memanas, tetapi tidak setetes pun air mata jatuh. Perlahan, ia meraih bahu pamannya dan memeluknya dari samping.

Sebastian tersenyum kecil, menepuk punggung Xander. Ia meletakkan surat kabar itu kembali ke folder dan menyingkirkannya. Tapi kemudian, wajahnya berubah serius. "Xander, setelah melakukan penyelidikan, sopir yang membawa ayah dan ibumu menghilang secara misterius di saat kejadian. Selain itu, ditemukan rem mobil yang rusak. Aku mencurigai saudara-saudaraku kembali terlibat dalam kecelakaan orang tuamu lima tahun yang lalu."

Kata-kata itu menghantam Xander seperti badai. Dadanya terasa sesak, dan amarah yang selama ini ia tekan kembali meluap. Rahangnya mengetat, wajahnya memerah, dan kepalan tangannya mengeras seperti batu.

“Mereka...” Xander berbisik dengan suara penuh kebencian, “...mereka benar-benar tidak punya hati. Membunuh keluarga mereka sendiri untuk apa? Harta? Kekuasaan? Aku bersumpah, Paman, aku akan mengungkap kebenaran ini dan memastikan mereka membayar untuk semua perbuatan mereka."

“Mereka benar-benar sudah keterlaluan, Paman,” ujar Xander dengan suara yang bergetar oleh amarah, “mereka benar-benar sudah keterlaluan!”

Sebastian mengangguk perlahan, matanya penuh dengan dendam yang tertahan. “Kau benar, Xander. Mereka sudah sangat keterlaluan pada keluarga kita. Hanya karena tidak bisa bersaing secara sehat dengan kita, mereka melakukan beragam cara untuk menghancurkan kita. Mereka pengecut, sangat pengecut. Dan mereka pantas menerima hukuman yang sangat berat.”

“Kau benar, Paman. Mereka sangat pengecut dan tidak layak berada satu kelas dengan kita, pemenang sejati.”

“Aku sudah mengumpulkan banyak bukti kejahatan saudara-saudaraku selama ini. Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menyeret mereka ke dalam penjara.” Sebastian berdiri, berjalan mendekati Xander, dan meletakkan kedua tangannya di bahu keponakannya. “Xander, kau harus sangat waspada dengan kakakku, Franco, dan kedua adikku, Fabian dan Felix. Selain itu, kau juga harus berhati-hati dengan semua orang yang dekat dengan mereka. Mereka adalah dalang di balik semua kejadian nahas yang menimpa keluarga kita. Mereka monster yang tidak akan segan-segan melakukan apa pun untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.”

“Franco, Fabian, Felix,” ulang Xander dengan sorot mata menajam, seperti menghafal nama-nama itu dengan penuh kebencian.

“Di hadapan mereka, aku mungkin bisa tersenyum dan bersikap ramah, tetapi di dalam hati, aku mengutuk mereka setiap hari. Mereka masih bebas berkeliaran karena mereka adalah mayoritas suara di keluarga kita. Dari dulu, apa pun yang aku dan ayahmu usulkan, mereka selalu berseberangan dengan kami.”

Sebastian menghela napas panjang, berjalan kembali ke kursinya. “Dahulu, setelah kepergian ayahmu, kakekmu, Marcus, menaruh kepercayaan besar padaku untuk mengurus hampir semua perusahaan keluarga dan berada di pihakku. Namun, saat ini, dia cenderung berada di awang-awang, antara mempercayaiku atau justru menjadi mempercayai kakak dan adikku, terutama kondisinya sudah sangat tua sekarang sehingga akan sangat mudah dikendalikan."

Xander mengepalkan tangan, mencoba menahan emosinya yang terus membuncah.

“Xander,” lanjut Sebastian, “kau adalah harapanku satu-satunya untuk bisa menyeret orang-orang jahat itu ke penjara, harapan untuk membuat mereka menerima balasan atas semua perbuatan mereka. Jika kau marah, jika kau murka dengan perbuatan mereka, ubahlah kemarahan dan kemurkaan itu menjadi kekuatan untuk terus maju seberat apa pun hambatan yang kau hadapi. Pasti ayah dan ibumu akan selalu mendukungnya meski mereka tak berada lagi di sisimu."

“Paman... Aku mengerti, Paman. Aku akan mengingat pesanmu dengan baik.”

Sebastian tersenyum kecil. “Setelah kau tampil sebagai penerus Mendiang ayahmu di hadapan semua anggota keluarga Ashcroft, kau akan menghadapi beragam bahaya yang mengancam. Untuk itu, kau harus menjadi kuat dari waktu ke waktu."

“Aku siap, Paman.”

Xander dan Sebastian berbicang mengenai beragam topik setelahnya, percakapan mereka kemudian beralih ke rencana Sebastian yang akan memberikan latihan super extra pada Xander mengenai berbagai keterampilan. Latihan tersebut akan dilakukan di lokasi terpencil, jauh dari Royaltown, untuk menghindari kecurigaan. Pelatihan akan dimulai lusa dengan pengamanan ekstra ketat.

Xander dengan semangat menyanggupi rencana tersebut. la sudah bertekad untuk membalas dendam atas tindakan dirinya, ayah dan ibunya alami.

1
Andi mappangile Amphal
up
Cahaya Merah
lanjut...lagi tegang2nya
Rahmat BK
mantap...makin menegangkan konflik klg
lily
up
Eko Stew
matap
Was pray
xander babat habis keluarga arshcoft yg bersekongkol dlm pembunuhan samuel
lily
lanjut 🥰
Budiarto Taman Roso
terlalu lambat
terlalu drama
terlalu naif
tak realistis
iq jongkok
out aja,.
lily
up
Ruby Adawiya
bukan crita mafia tp kok berlarut2 penembakan pengeboman pembuhan warga tak bersalah critanya mesle dr alur ahli waris
Glastor Roy
up
Was pray
waduh, xander dan govin jadi daging panggangkah?
Ruby Adawiya
MC sgt lemot sdh jd org kuat dr kluarga hebat berpikirnya lelet kyk ulat ltdk mencerminkan ketangkasan keberanian
Azril Parmen
Luar biasa
Glastor Roy
up
lily
lanjut 🥰
juju Banar
durasi pendek
Riki
ya
Riki
bagus dan menarik
Anonymous
Lumayan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!