Karya ini hanya imajinasi Author, Jangan dibaca kalau tidak suka. Silahkan Like kalau suka. Karena perbedaan itu selalu ada 🤭❤️
Perjodohan tiba-tiba antara Dimas dan Andini membuat mereka bermusuhan. Dimas, yang dikenal dosen galak seantero kampus membuat Andini pusing memikirkan masa depannya yang harus memiliki status pernikahan.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Dini menunggu sedikit jauh dari mobil Dimas diparkiran basement. Dia tidak mungkin terang-terangan menunggu disamping mobil dosen tersebut. Apa kata orang, bisa dikira penguntit dia.
"Lama sekali dia" Dini memainkan sepatunya dilantai.
"Tit" suara klakson bunyi menyadarkan Dini dari lamunannya. Dilihatnya dari jauh, Dimas melangkah menuju mobil.
Melihat Dimas berjalan, Dini cepat-cepat lari ikut menuju mobil dan langsung membuka pintu belakang mobil. Dimas yang melihat kelakuan Dini hanya menggelengkan kepala, tingkah Dini sungguh absurd.
"Kamu fikir saya sopir?" ucap Dimas dengan ketus setelah masuk kedalam mobilnya.
"Maksud bapak?"
"Duduk didepan" Dimas sedikit menaikkan nadanya. Melihat Dimas yang memarahinya, Dini langsung membuka pintu dan pindah duduk didepan dengan bibir yang manyun.
"Ga sah dimanyun-manyunin bibirnya, ga bakal tergoda saya" seru Dimas masih menatap jalan didepan.
"Siapa juga yang mau goda dinding" balas Dini sambil memutar bola matanya malas.
"Kamu bilang saya dinding?"
Dini hanya mengangkat bahunya tanda dia sudah malas meladenin calon suaminya yang menyebalkan.
"Kita ga beli sesuatu dulu? Masa saya kerumah bapak hanya tangan kosong?" tanya Dini setelah dia sadar dia tidak membawa buah tangan.
"G usah, Keluargaku cuma pengen ketemu kamu bukan pengen hadiah dari kamu" jawab Dimas.
Sesampainya dikediaman Niratama, Dini dan Dimas sama-sama keluar dari mobil dan menuju pintu utama.
"Assalamualaikum" salam Dimas ketika membuka pintu.
"Walaikumusalam, sudah pulang kak? Masa Kak Dini?" tanya seorang perempuan didalam rumah yang Dini belum mengenalnya.
Dimas langsung menggeser tubuhnya memperlihatkan seorang wanita dengan tinggi sebatas bahu Dimas.
"Ini Kak Dini? Cantik ya. Perkenalkan saya adiknya Kak Dimas, Davina" Perempuan itu menjabat tangan Dini dan langsung mencium punggung tangannya.
"Ayo, Kak. Mama lagi didapur" ajak Davina menarik tangan Dini.
"Eh" Dini menoleh ke Dimas tapi laki-laki itu hanya mengangkat bahunya.
"Dasar dosen ga ada akhlak" batin Dini.
"Ma.. Ma.. Kak Dini sudah datang?" panggil Davina.
Mama Dian yang sibuk memanggang kue lekas menoleh melihat calon menantunya sudah datang.
"Dini, sayang. Kapan sampainya?" sapa Mama Dian
"Barusan aja, Tan" kata Dini.
"Jangan panggil, Tante dong. Panggil Mama aja seperti yang lain"
"Tapi kan Dini belum ...."
"Ga papa, masalah jawaban kamu nanti saja dibahas. Mama sudah suka dan sayang sama kamu dari dulu" Mama Dini memegang tangan Dini dengan penuh kasih sayang. Ada rasa sedikit menyentuh dihati Dini.
"Sudah.. Sudah.. Ayo Kak Dini kita bantu Mama bikin brownies" ajak Davina kembali menarik tangan Dini.
"Ayo" Dini tersenyum ke Davina, serasa punya adik kandung.
Mama Dian meminta Dini dan Davina untuk memixer adonan brownies. Kejahilan Davina mengundang tawa didapur tanpa terkecuali Dimas yang diruang Tv.
"Rame banget dah" protes Dimas mendengar keberisikan para wanita. Dimas berjalan mendekat menuju dapur. Dilihatnya wajah Dini yang terkena tepung karena ulah Davina.
"Muka kamu kenapa? Sudah besar masih saja kayak anak-anak" ucap Dimas.
Seketika Dini menoleh ke sumber suara dan meliriknya dengan tajam. Tidak mungkin dia membalas ejekan Dimas didepan Mama Dian, bisa turun harga diri calon menantu. Eh!
"Dimas" Mama Dian memanggil nama Dimas dengan sedikit tekanan.
Dimas yang dipanggil begitu oleh mamanya seketika diam. Bisa panjang urusannya kalau membantah ras terkuat dimuka bumi.
the best kalian