DARA : Love Storry

Tok tokk

Davian mengetuk tanpa menunggu jawaban dia langsung masuk begitu saja

"Bu Rena kemana?" Davian menatap Dingin Rania, tidak tau kah jika Davian sudah capek, harusnya dia sudah tidur sekarang ini, bukan malah balik lagi kerumah sakit

"pulang" jawab nya singkat

"to the point aja, mau Lo apa?" Davian membuang muka saat Rania menatap nya

"tanggung jawab Lo"

Davian tertawa sinis mendengar nya, memang, selama ini dia ngapain? Buang-buang waktu cuma buat nemenin perempuan itu? ditambah semua biaya rumah sakit dia yang tanggung

"Lo hamil sama siapa emang?" tanya Davian menatap remeh gadis itu

Rania mengangkat sebelah alis nya, tidak tersinggung dengan ucapan lelaki itu. dirinya malah merasa tertantang untuk mendapat kan hati Davian

"tanggung jawab kaya gimana lagi yang Lo mau?" Davian semakin geram melihat gadis itu hanya diam

"atau.. Sama kaya yang bokap Lo mau? Gue nikahin Lo?" lanjut cowok itu, terkekeh sinis. keluarga aneh!

"Lo denger baik-baik ya, gua gak takut sama ancaman bokap Lo! Karna gua, lebih baik di penjara dari pada harus nikahin cewek selain dara! Paham?" Davian menumpu kedua tangan nya di sisi ranjang, menatap tajam perempuan itu

"oke.. Gue gak minta Lo nikahin gue, cuman yang gue mau Lo balikin kaki gue kayak semula.." ucap nya santai

Davian menegakkan kembali tubuh nya, menyugar rambut nya frustasi

"Lo fikir gue diem aja? Gue juga lagi usahain ngasih pengobatan terbaik buat Lo, karna sorry, gue juga gamau punya istri lumpuh!"

bohong jika Rania tidak sakit hati dengan ucapan lelaki itu, sedari tadi dirinya hanya pura-pura bersikap santai, untuk menutupi perih di hati nya

Davian memang bukan tipe orang yang suka basa basi, dia akan berkata sesuai dengan isi hati nya, jika ia tidak suka, dia akan mengungkapkan nya secara terang-terangan

"kalo ga ada yang penting, gue cabut.."

Brakk !

Rania berjengit setelah Davian keluar membating pintu, ia meremas dada nya kuat berharap mengurangi rasa sakit di hati nya

.....

satu bulan sudah berlalu, selama itu juga dara selalu menemani Rania setiap akan melakukan terapi.

Kini Rania sudah pulang kerumah 2 Minggu yang lalu, dengan catatan harus melakukan terapi setiap Minggu agar mempercepat proses penyembuhan nya

"ayo.. coba lagi! Lo pasti bisa!" seru dara menyemangati Rania yang sedang berusaha berdiri sendiri

setelah kejadian satu bulan yang lalu, saat Davian memberi nya kata kata yang begitu kasar, membuat Rania merubah sikap nya pada dara

kini gadis itu lebih bisa menerima dara, dan menyadari jika Davian memang benar-benar mencintai gadis itu

"ngga gue ga kuat.." Rania kembali mendudukan diri dengan nafas tersenggal

"yah... payah Lo.." Dara berjongkok membenarkan posisi kaki Rania agar berada di pijakan kursi roda

"thanks.." ucap nya setelah dara kembali berdiri

'*kalo dia ga bisa jalan, apa Davian beneran mesti nikahin dia*?' batin dara mulai resah, setelah melihat progres kesembuhan Rania yang semakin hari semakin kecil kemungkinan nya

"Lo punya cita-cita ngga?" tanya dara sambil mendorong kursi roda Rania, kini mereka sedang berkeliling di area taman dekat rumah Rania

"Dulu ada, tapi sekarang gue udah kubur semua mimpi gue" jawab Rania tersenyum miris

"kenapa?" Dara menghentikan langkah nya di depan gerobak telor gulung, rasanya dia pengen banget makan telor gulung

membuat nya jadi teringat sang putra, tapi semenjak sibuk mengurus kerjaan dan juga Rania, waktunya dengan Raffi jadi berkurang

mengingat Davian yang sudah bersikeras tidak ingin mengurus Rania lagi, mau tidak mau dirinya yang menggantikan

"Lo mau telor gulung?" tanya dara sebelum memesan pada si Abang nya

"Boleh, ngga pedes ya.." Rania mengangguk riang di balas acungan jempol oleh dara

"so, kenapa Lo gak coba raih mimpi Lo?" tanya dara lagi setelah memesan jajanan nya

"Dengan kondisi gue yang sekarang?" Dara menatap sendu Rania, begitu berpengaruh kah kesalahan Davian? Hingga membuat seseorang mematahkan mimpi nya

"Ran, Ngga ada yang gak mungkin kalo kita mau berusaha. karna usaha Tidak mengkhianati hasil.." Dara duduk di kursi plastik yang di beri penjual telor gulung, menghadap Rania, mengenggam tangan nya, berharap gadis itu kembali semangat menjalani hidup nya

"Lo ngmong gitu karna Lo gada di posisi gue, bukan cuma kondisi gue yang bikin gue gak mungkin meraih mimpi gue Ra.." Rania menatap dara penuh arti, berharap dara dapat mengerti apa yang tengah dia sampaikan lewat mata nya

Dara mengernyit mencoba memahami maksud dari wanita itu

'*maksudnya gimana sih? Bukan nya tinggal berusaha biar cepet sembuh aja ya kan*?' demi apapun, dara tidak mengerti maksud dari ucapan Rania

"ini neng, pesanan nya.."

Dara mengerjap saat penjual itu menyodorkan dua plastik telor gulung pada nya

"A-ah iya bang, ini uang nya.." dara memberikan selembar uang warna biru pada si Abang nya

"Ini kembalian nya neng.."

"Gapapa buat Abang aja, terimakasih telor gulung nya.." dara tersenyum ramah, lalu kembali mendorong Rania menuju bangku taman

....

Rania menghela nafas, ia terus memperhatikan dara yang tidak berhenti berbicara. Ada saja topik pembicaraan yang keluar dari bibir nya

"Eh udah sore, balik yu.." Rania menoleh lalu mengangguk kecil, lagipula mereka kesana tanpa kendaraan, jika tidak pulang sekarang, bisa keburu malam

"Ra.." Dara menoleh saat hendak mendorong kursi roda Rania

"Reyhan?"

"Beneran Lo ternyata.." Reyhan tersenyum manis pada dara, dan itu semua tidak lepas dari pandangan Rania sedikit pun

"Lo ngapain disini?" tanya dara sambil melangkah beriringan dengan cowok itu

"Jalan-jalan, Lo udah mau pulang?" tanya Reyhan balik

"Iya, nganterin Rania dulu tapi.."

Rania hanya diam menyimak, lagipula ia tidak kenal dengan cowok itu. ia juga tidak berminat basa basi

"Ohh.. emang rumah nya dimana?"

"Deket sini kok, tinggal belok kiri nyampe.. Lo kesini sendiri? Jalan kaki?" jawab dara menatap heran lelaki itu, pasalnya rumah reyhan cukup jauh dari daerah situ

"m.. tadi gue kesini sama temen, tapi temen gue pulang duluan.." ujar nya sepenuh nya bohong, orang mobil nya dia tinggal di parkiran taman

"Oh.. Yaudah bareng aja, gue bawa mobil kok.." ajak dara yang langsung di angguki oleh cowok itu

'*hhh.. Polos banget*' batin Rania, yang seperti mengetahui jika Reyhan hanya spik spik saja agar bisa pulang bersama dara

"nah.. Udah nyampe, Lo tunggu sini, gue anterin dia masuk dulu sekalian ambil mobil.." ujar nya antusias lalu membawa Rania masuk ke dalam rumah nya

....

Tin tin

Setelah berpamitan, dara langsung keluar dengan mobil nya

"Pindah, gue yang nyetir.." Reyhan menduduki kursi kemudi setelah dara pindah ke samping nya

Deb

Mobil nya melaju meninggalkan sepasang mata yang terus memperhatikan nya dari lantai 3 rumah itu

........

kejar tayang nih..

Semangatinn donggg?????